PART 55

59.6K 3.9K 174
                                    

Lagi dan lagi, di cafe yang sama, Alaska kembali bertemu dengan gadis yang hingga kini dirinya belum mengetahui namanya.

Yang membedakan, malam ini Alaska ditemani oleh Rian. Cowok yang terus-terusan menggerutu kepo akan sosok mirip Aluna tersebut.

Nampak jelas Rian tercengang, mulutnya terbuka lebat dan matanya nyaris keluar. "M--mirip banget," cicit Rian.

"Sumpah, Ska! Penyakit halu lo gak nular ke gue, kan?"

Alaska mendelik, "bacot!"

Rian mengedikkan bahunya acuh. Atensinya masih berfokus disatu titik sampai lagu yang dimainkan habis. Rian beranjak, menahan pergelangan gadis itu yang sengaja melintas didepan meja mereka.

Gadis itu menunduk, menatap Rian yang menarik pergelangannya. Sorot matanya menyiratkan kalau dia menanyakan ada apa padanya.

"Kannst du Indonesisch?" tanya Rian padanya disambut anggukan kecil serta senyuman manis andalan gadis itu.

"Iya. Ada apa?" Dia balik bertanya setelah Rian melepas cekalannya.

"Duduk."

Keningnya berkerut, menimang-nimang suruhan Rian padanya. Detik selanjutnya dia sudah duduk di kursi single yang berhadapan langsung dengan 2 cowok tampan ini.

Sepersikian menit terjadi keheningan sampai Rian kembali membuka suara.

"Nama lo siapa?" tanya Rian, "eh, enaknya ngomong lo-gue atau aku-kamu, ya?" Dia terkekeh.

Gadis itu melirik Alaska sebelum menjawab pertanyaan Rian. "Nara Devin Margaretha. Panggil aja Ara. Lebih enak gue-lo sih." Gadis yang mengaku bernama Nara atau Ara mengulurkan tangannya yang langsung dibalas oleh Rian.

"Rian Valen."

Ara beralih pada Alaska. Tidak mengulurkan tangan masing-masing. Hanya lewat sorot mata Alaska menjawab, "Alaska." Singkat, padat dan sangat jelas. Wajahnya terlampau datar dan nada bicaranya terkesan dingin.

Rian menendang ujung sepatu Alaska dari bawah meja membuat Alaska menatapnya dengan sebelah alis terangkat. Kilat matanya seakan berbicara pada Alaska.

Jangan cuek-cuek! Kebiasaan!

Tetapi, Alaska memilih menghiraukannya.

Jauh dilubuk hati yang terdalam, hatinya berdesir hebat. Ritme jantung yang tak beraturan mengingatkan Alaska pada Aluna. Stop it! Berhenti memikirkan Aluna!

"Suara lo bagus," puji Rian. Alaska mendengus malas. Dimana-mana, batinnya.

Pipi Ara bersemu. "M--makasih," jawabnya gugup.

"Dari kapan nyanyi?" Pertanyaan itu terlontar dari bibir Alaska.

"Udah lama. Dari kecil," aku Ara, dibalas anggukan kecil olehnya.

"Lo dari Indonesia juga?" Beralih pada Rian lagi.

"Iya."

INSEPARABLE (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang