Saat Ara hendak melangkah kembali ke rooftop menyusul Raka. Langkahnya tiba-tiba dihadang oleh cowok dengan pakaian formal yang membuatnya terlihat memesona.
Sebelah tangan cowok itu mencekal pergelangan tangannya.
Tatapan matanya yang sayu dan wajah yang tak sedatar biasanya membuat kesan baru di mata Ara. Tampaknya cowok itu baru saja menghadiri acara resmi. Iya, karena resort ini juga sering dipakai untuk acara-acara seperti itu. Mungkin saja dia baru selesai menghampiri rapat kerjasama dengan rekan bisnisnya?
Dengan cepat Ara menepis tangan cowok itu. Dalam sekali hentakan, cekalannya terlepas.
Ara bersiap untuk lari secepat kilat. Sayang, Alaska jauh lebih cepat.
Dihadapannya kini ada Aluna kedua. Mini dress Sabrina mengingatkannya pada Aluna yang sangat menyukai model dress seperti itu. Kali ini Alaska berharap penuh pada Ara.
"Ra."
Oke, gue gak salah manggil nama lagi.
Ara menghela nafas, "apa?"
"Lo masih marah sama gue gara-gara siang tadi?"
Ara memilih tidak menjawab.
"Kalo iya, gue minta maaf Ra." Tampak jelas raut penyesalan dikedua matanya.
"Apa peduli lo kalo gue mau maafin atau nggak?" Astaga! Ara merutuk mulutnya sendiri yang telah melontarkan kalimat itu.
Alaska menggaruk tengkuknya. Dia sendiri tidak tahu apa motifasinya sampai harus memohon agar Ara memaafkannya. Ataukah hanya karena Aluna?
Aluna lagi.
"Udah ya Ska. Gue ditunggu orang nih," decak Ara sembari berusaha melepas tangan Alaska dengan tangan sebelahnya. Tapi tetap Alaska tidak membiarkan Ara pergi begitu saja.
Mulutnya perlahan bergerak mengucapkan kata-kata lagi. "Tadi siang gue meluk lo tanpa izin. Apa sekarang gue boleh meluk lo setelah izin?"
"Hah!" Ara tersentak.
"Gue cuma mau ngerasain meluk Aluna sebelum balik ke Amrik."
Ara menarik nafas dalam. Dia berharap detik seperti ini Tuhan dengan baik hati mau menolongnya.
Sebuah suara sangat familier terdengar memanggil namanya.
"Ara!" seru Raka seraya menghampirinya. Sontak pegangan tangan Alaska terlepas begitu saja. Keduanya tersenyum canggung menatap kehadiran Raka yang merupakan anugrah bagi Ara.
"Lo lama banget sih! Gue nunggu sampe lumutan diatas. Makanya gue susulin kebawah," cerocos Raka setelah berhasil diri disamping Ara sambil merangkul gadis itu.
Ara tersenyum kikuk.
Raka beralih menatap Alaska dengan senyuman lebar. Lalu menjabat tangannya. "Raka," katanya.
Dengan ragu Alaska menjawab, "Alaska." Lantas segera menarik tangannya dan memasukannya ke kantong celana.
Melihat Ara dan Raka mengingatkan Alaska pada Aluna yang memilih Reiki daripada dirinya. Huft, kenapa sih semua yang terjadi harus disangkutkan padanya?
Alaska berniat melangkahkan kakinya. Namun, sebelum sempat melangkah suara Raka menahannya. Membuat Alaska berbalik dan memperhatikannya dengan sebelah alis terangkat.
"Lo temennya Azam, kan?"
Ternyata bukan Ara doang yang tahu, Raka juga. Sebenernya siapa aja yang Azam kasih tahu tentang gue sama Aluna?
KAMU SEDANG MEMBACA
INSEPARABLE (SEGERA TERBIT)
Fiksi Remaja[SEBELUM BACA FOLLOW DULU!!!] [COMPLETED] Terjebak dalam permainan takdir yang begitu memaksa hingga menyatukan mereka dalam sebuah perjodohan. Itulah yang Alaska dan Aluna rasakan. Terlibat dalam perjodohan yang direncanakan oleh ayah dan bunda Al...