Rian terbangun dari tidurnya ketika mendengar suara bising dari arah dapur. Dia mengendap lalu mengintip dari celah pintu kamarnya.
Rian mengembuskan nafas lega saat melihat suara bising itu berasal dari Alaska yang sedang berdiri didekat meja makan. Dia berinisiatif menghampirinya.
"Ska," panggil Rian.
"Hm."
"Lagi ngapain lo?"
"Ambil minum."
"Oh, gue kirain tadi apaan berisik-berisik di dapur," ucap Rian diselingi kekehan.
Alaska membalasnya dengan alis yang terangkat kemudian beranjak meninggalkan dapur untuk kembali ke kamar.
Rian mengekorinya dibelakang. Khawatir terjadi apa-apa pada temannya. Menurut kabar yang dia dapat dari empat sepupu Alaska, cowok itu kerap kali menyakiti dirinya sendiri jika terbangun tengah malam, penyebabnya tak lain dan tak bukan adalah si gadis bisu itu.
Benar saja. Tidak lama Alaska masuk kedalam kamar, Rian langsung mendengar suara kaca yang pecah. Dia terkejut dan buru-buru mengintip. Mulutnya menganga melihat darah bercucuran dari tangan Alaska.
Menyaksikan Alaska menopang tubuhnya dengan kedua tangan yang berdarah itu di meja rias. Pandangannya menatap lurus serpihan kaca yang berserakan di lantai. Barang-barang diatas meja pun sudah berantakan.
Dia hancur.
Sangat hancur.
Alaska tidak tahu kenapa semuanya bisa begini? Hatinya selalu merasakan sakit yang mendalam membuat penyesalan itu kembali mengunjungi kehidupannya yang bahkan tak bisa dikatakan baik-baik saja.
Mendiang kepergian Aluna adalah salah satu faktor utama perubahan sikap Alaska. Sifat tempramennya bertambah 2× lipat dari sebelumnya.
Alaska semakin sensitif jika menyangkut tentang Aluna.
Bahunya berguncang hebat.
Rian tak dapat melakukan apa-apa sekarang. Dia cukup takut menghampiri Alaska, lebih tepatnya takut menjadi bulan-bulanan cowok yang emosinya sedang ada diubun-ubun. Pasalnya, disini hanya ada mereka berdua tanpa Kevin dan Dino yang biasanya akan menyelamatkan Rian jikalau terlibat perkelahian antarnyawa dengan Alaska.
Rian bingung harus bagaimana? Kalau tidak segera diakhiri, dirinya takut Alaska akan memilih jalan bunuh diri.
"Lo gak pa-pa, Ska?"
Akhirnya, Rian putuskan menghampiri karibnya saja.
Alaska tidak menjawab. Tetap diam dalam posisinya. Darah terus menetes, membuat genangan di lantai. Rian meringis. Dia yakin pasti itu menyakitkan.
"Ska, lo mimpiin Aluna lagi ya?" tanya Rian pelan-pelan berusaha agar tidak menyinggung perasaan Alaska yang berakibat buruk baginya nanti.
Alaska masih bertahan dalam diamnya.
"Kalo butuh temen buat cerita--." Alaska menyelanya, "--berisik! Tinggalin gue sendiri atau lo bakal mati!"
KAMU SEDANG MEMBACA
INSEPARABLE (SEGERA TERBIT)
Ficção Adolescente[SEBELUM BACA FOLLOW DULU!!!] [COMPLETED] Terjebak dalam permainan takdir yang begitu memaksa hingga menyatukan mereka dalam sebuah perjodohan. Itulah yang Alaska dan Aluna rasakan. Terlibat dalam perjodohan yang direncanakan oleh ayah dan bunda Al...