Sebab, kebahagiaan dan kesedihan itu selalu sepaket.
***
Author POV
Gino menatap bangga rekan setimnya yang telah memberikan kontribusi terbaik mereka. Bagaimana tidak? Juara 1 dan 2 jatuh pada Dimas dan Gerald yang tak lain adalah anggota dari klub yang dia pimpin.
Raut bahagia nampak tercipta dari wajah Gino dan rekan seklub nya yang berjumlah tak lebih dari 15 orang itu.
"Gila ! Lo pada hebat semua !" Gino memeluk Dimas dan Gerald singkat diikuti oleh rekan yang lain.
"Habis ini kita makan, gue yang bayar !" Seru Gino membuat anggotanya bersorak gembira.
"Randy sama Renaldi?" Cetus Gibran membuat yang lain teringat bahwa kedua rekannya masih di basecamp.
"Biarin mereka di basecamp, ntar kita bungkusin aja. Toh Randy juga masih sakit." Putus Gino sebelum meninggalkan area perlombaan.
Sedang mereka tak menyadari bahwa sedari tadi ada beberapa pasang mata yang menatap mereka tak suka.
Orang-orang itu adalah orang yang tidak terima dengan kemenangan yang diterima oleh klub pimpinan Gino. Mereka merasa bahwa merekalah yang lebih layak untuk menyabet gelar juara.
Ini bukan semata-mata karena hadiah yang diterima, namun ini tentang harga diri. Klub mereka selalu menjadi juara bertahan di kejuaraan ini, namun kali ini ada satu klub yang mengalahkan mereka, padahal klub itu terbilang pendatang baru di kejuaraan ini.
"Lo pada gimana sih? Lawan anak baru gitu aja gagal !" Protes seseorang yang sepertinya adalah ketua dari klub itu. "Lo juga Gil ! Gimana bisa lo jatuh di awal?" Ekspresi mengerikan ditunjukkan oleh orang itu, dia benar-benar tidak terima dengan kekalahan ini.
Gilang menoleh begitu mendengar namanya dipanggil, "Gue udah berusaha, cuma emang mereka main licik, gue dipepet terus ditendang, makannya gue jatuh." Gilang berusaha membela diri, karena itu memang suatu keharusan. Jika tidak, dia akan habis di tangan ketuanya yang sudah sangat menyeramkan.
Laki-laki gagah itu menatap Gilang intens, "Lo nggak lagi beralibi kan?"
Gilang menggeleng, "Buat apa gue bohongin elo?"
Tangan si ketua mengepal, "Kita serang markas mereka malam ini juga !"
"Gue nggak mungkin nyerang mereka dalam kondisi kaki gue yang pincang kaya gini kan?" Seru Gilang.
"Lo nggak usah ikut." Ujar si ketua, pandangannya berpindah ke Gabriel, "Lo temenin Gilang ke rumah sakit, yang lain ikut gue."
Amarah lelaki berambut pirang itu telah menguasai otak dan hatinya, kali ini klub pimpinan Gino harus menerima ganjaran yang setimpal dengan perbuatan mereka. Minimal harus ada anggota mereka yang babak belur sama dengan yang dialami oleh Gilang.
"Genta ! Lo sama Fandi pantau terus klub itu, gue denger mereka mau makan-makan, kabarin kalau mereka udah mau balik." Perintah si ketua sebelum meninggalkan arena perlombaan.
Dan sekarang, nyawa Renaldi dan Randy terancam.
***
"Gue cek dulu, kayaknya ada orang yang datang." Renaldi berdiri dari duduknya.
"Gue ikut !" Seru Randy.
"Nggak ! Lo disini." Tolak Renaldi.
Randy menggeleng sambil berdiri dari tempat duduknya, "Gue tau itu bukan suara motor temen kita. Gue takutnya ada yang nyerang kita."
"Lo bener juga." Renaldi membenarkan analisa Randy.
Randy mengangguk, "Apalagi tadi Gino sempat kasih gue kabar kalo tadi sempet ada insiden di race awal."
Kini giliran Renaldi yang mengangguk, "Tapi lo nggak bisa brantem, udah lo disini, kalau ada apa-apa biar lo gampang kaburnya."
"Dan biarin lo ngadepin mereka sendirian? Nggak ! Kita cek dari jendela, kalau emang ada yang mau nyerang, kita langsung kabur bareng lewat pintu belakang." Putus Randy.
Ya, kali ini Renaldi bersyukur karena memiliki teman dengan analisa kuat seperti Randy ini. Dengan ketenangannya Randy ternyata masih mampu berpikir jernih, bahkan saat dalam kondisi genting seperti ini.
Dengan perlahan, keduanya mengintip siapa yang datang melalui jendela. Dan benar saja, keduanya melihat di luar sana sudah berbaris beberapa orang asing yang nampak sudah bersiap menghancurkan basecamp berserta semua isinya, termasuk Randy dan Renaldi.
"WOY ! GUE TAU ADA YANG DI DALAM ! KELUAR LO PADA SEBELUM GUE HANCURIN TEMPAT INI !" Seru orang yang sepertinya pimpinan geng itu.
"Ran, lo bener, kita harus kabur sekarang !" Bisik Renaldi, meskipun dia memiliki basic karate, namun dia tak mungkin mampu jika harus melawan mereka semua.
Dan dengan gerakan cepat keduanya berlari menuju pintu belakang.
"Kuncinya dimana Ran?" Tanya Renaldi sedikit panik.
"Gue lupa, kuncinya ada di depan, biar gue ambil."
Tangan Randy ditahan oleh Renaldi, "Nggak ! Lo ke depan, gue juga ! Apapun itu kita harus hadapin bareng !"
Karena kondisi yang sudah sangat genting, akhirnya Randy mengangguk sembari berusaha untuk tidak panik.
Namun sayang, ketika keduanya sudah berada di depan, klub motor itu telah berhasil mendobrak pintu depan.
"Mau kemana lo?" Seru salah satu dari mereka.
Renaldi dan Randy tak mengetahui siapa yang dihadapinya. Mereka semua mengenakan masker sehingga hanya memperlihatkan matanya saja.
Dan kali ini Renaldi dan Randy tak mampu menyembunyikan kepanikannya. Refleks keduanya saling mendekat seraya terus menatap orang asing yang sepertinya memang berniat jahat pada mereka.
"Siapa kalian? Ada apa kalian kemari?" Tanya Randy setenang mungkin, padahal dalam hatinya dia sudah panik luar biasa.
"Nggak penting siapa kita, yang jelas lo harus tanggung apa yang udah temen-temen lo lakuin !" Jawab si ketua yang memberi kode pada teman-temannya untuk segera menghabisi Renaldi dan Randy.
Baku hantam pun tak dapat dihindari lagi, sekuat tenaga Renaldi melawan. Sedang Randy tak mampu berbuat banyak, dia memang tidak bisa berkelahi, hal yang membuat Renaldi berusaha mati-matian mencegah agar orang-orang itu tidak mampu menjangkau tubuh Randy.
Menghadapi banyak orang tentunya bukan perkara mudah bagi Renaldi. Tenaganya benar-benar terkuras habis kali ini, dalam hati dia terus berdoa agar segera datang bala bantuan karena dia sempat mengirim pesan singkat kepada Gino tadi.
Hingga akhirnya Renaldi pun kewalahan, dia tak mampu menjaga Randy. Randy yang mendapat pukulan di bagian tengkuknya pun langsung jatuh tersungkur di lantai.
Situasi semakin memanas mana kala Renaldi berhasil menarik masker yang digunakan oleh orang yang baru saja memukul Randy menggunakan balok kayu hingga membuat Randy terjatuh pingsan.
Namun tak lama setelah dia melihat wajah itu, satu pukulan juga mendarat di tengkuknya, membuat dia pun ikut tersungkur tak sadarkan diri di lantai.
"Cabut !" Si ketua menaikkan maskernya dan bergegas meninggalkan basecamp itu sebelum ada orang lain yang mengetahui aksinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Kita (SELESAI)
Teen FictionIni adalah kisah klasik masa remaja seorang Liliana Narendra Lili selalu menggantungkan hidupnya pada orang lain, hidupnya di kelilingi oleh orang yang sangat menyayanginya. Hingga pada suatu hari, sebuah kejadian buruk terjadi, dia harus kehilangan...