Terkadang bersama tidak selalu sama dengan bersatu. Dekat bukan berarti harus berstatus.
***
Author POV
Hari ini benar-benar menjadi salah satu hari yang tak akan Lili lupa, hari dimana dia dapat menatap idolanya walau hanya dari kejauhan.
"Kamu seneng?" Tanya Renaldi.
Lili mengangguk, "Banget, makasih."
Renaldi ikut mengangguk, dia tak habis pikir idenya untuk membawa Lili ke Istora disambut antusias oleh perempuan di sampingnya ini.
"Kalau kamu seneng, tahun depan kita kesini lagi." Celetuk Renaldi membuat Lili menghentikan aktivitasnya melihat pertandingan di depannya.
Lili menoleh, menatap wajah Renaldi dengan pandangan yang tak dapat diartikan oleh Renaldi.
"Kenapa? Omongan aku ada yang salah?" Tanya laki-laki itu begitu melihat reaksi Lili.
Lili menggeleng, sejurus kemudian dia mulai mengembangkan senyumnya, "Enggak kok. Iya, semoga tahun depan kita bisa kesini lagi ya."
Lili pun kembali pada aktivasinya sedang Renaldi masih mencoba mencari apa yang salah dari perkataannya.
Lo nggak bakal pergi kan Li? Tanya Renaldi dalam hati.
***
"Kita makan dulu ya Li, nanti baru aku antar balik."
Lili menggeleng, "Kalau kamu makan sendirian gimana Re? Aku ada urusan nih." Ujar Lili tak enak.
"Kemana? Aku antar."
Lagi-lagi Lili menggeleng, "Nggak usah, kali ini aku pergi sendiri aja ya, nanti aku chat kamu."
"Li, ini udah hampir jam 9 loh, kamu mau naik apa?"
"Angkutan umum kan banyak. Tenang, kamu nggak usah khawatir ya."
"Tapi Li —"
"Aku duluan !" Potong Lili yang telah bergegas menjauh dari Renaldi.
Hal yang semakin meyakinkan Renaldi bahwa memang ada sesuatu yang sedang Lili sembunyikan darinya.
***
"Sorry Ga gue telat." Ujar Lili begitu memasuki mobil Ariga.
Ariga mengangguk, "Nggak papa."
"Yaudah yuk, langsung."
Ariga memberikan sebuah kantong plastik bertuliskan sebuah merek makanan cepat saji.
Lili membuka kantong plastik itu, "Apa ini?"
"Makanan, tadi sebelum jemput lo, gue mampir makan, terus gue keinget lo pasti belum makan, yaudah gue bungkus aja buat lo."
Lili tersenyum, "Makasih, nanti gue ganti."
"Gue traktir, udah makan aja."
Senyum Lili semakin lebar, "Baik banget sih .."
Ariga yang masih terfokus pada jalanan di depannya pun mengangguk, "Hitung-hitung gue baik ke lo sebelum lo pergi."
Lili menatap Ariga dengan senyum yang tak hilang dari wajahnya, "Gue belum tentu diterima."
Ariga terkekeh, "Gue jamin lo pasti keterima."
"Kenapa lo nggak ikut gue aja sih?"
"Pengennya gitu, tapi —"
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Kita (SELESAI)
Teen FictionIni adalah kisah klasik masa remaja seorang Liliana Narendra Lili selalu menggantungkan hidupnya pada orang lain, hidupnya di kelilingi oleh orang yang sangat menyayanginya. Hingga pada suatu hari, sebuah kejadian buruk terjadi, dia harus kehilangan...