15. Oh, Okay.

129 14 0
                                    

Yang patah tumbuh, yang hilang berganti.
Begitu siklusnya.

***

Author POV

Brak !

Tubuhnya nyaris jatuh di lantai jika saja orang yang menabraknya tidak dengan sigap menangkap tubuh Lili.

"So-sorry." Ujar Lili tanpa menoleh ke arah orang yang baru saja ditabraknya.

Lili bersiap kembali bergegas meninggalkan kafe, namun tangannya ditahan oleh orang yang baru saja ditabraknya.

"Lili ! Lo kenapa?" Tanya orang itu.

Lili menghapus sisa air matanya lalu menoleh ke sumber suara, "Renaldi?"

Renaldi mengangguk, "Lo kenapa?" Dia memperhatikan wajah Lili dengan seksama, "Bentar, lo habis nangis?" Tanyanya memastikan.

"Ah? Enggak, kelilipan tadi." Alibi Lili, dia masih berusaha menghapus sisa air matanya.

"Ck, lo nggak jago bohong Li."

"Gue balik dulu." Ujar Lili berusaha lari dari pertanyaan Renaldi.

"Gue antar !" Seru Renaldi menyamakan langkahnya agar sejajar dengan Lili.

Lili menoleh tanpa menghentikan langkahnya dan sedikit tersenyum, "Nggak usah Re, gue bisa cari taksi atau pesan ojol."

Renaldi tersenyum dan membuka pintu mobilnya yang kebetulan terparkir persis di samping Lili, "Sama gue gratis, silahkan masuk."

Dan mau tak mau Lili mengikuti perintah Renaldi, "Makasih Re, sorry gue ngerepotin."

"Nggak kok." Renaldi menutup pintu mobilnya dan bergegas menuju kursi kemudi.

Tangan Renaldi tergerak memutar lagu sebelum meninggalkan area kafe.

"Sorry ya Re, gara-gara gue, lo nggak jadi makan." Ujar Lili tak enak.

"Iya nih, mana gue laper banget lagi." Jawab Renaldi mendramatisir keadaan.

"Hmm .. gimana kalau gue traktir mie ayam langganan gue?" Usul Lili.

"Ah jadi enak."

Lili terkekeh, "Tadi katanya kalau sama lo gratis?"

Renaldi ikut terkekeh, "Oke deh gue yang bayar."

"Ah jadi enak." Balas Lili menirukan ucapan Renaldi sebelumnya.

Renaldi terkekeh, "Marketing lo jalan ya Li."

Lili terkekeh, "Makasih banget lho ini."

"Seneng bisa lihat lo ketawa lagi Li, kalau ada apa-apa, lo bisa cerita ke gue kok, gue available 24 jam." Ujar Renaldi sedikit serius.

Lili mengangguk, "Makasih udah care."

Renaldi ikut mengangguk dan tersenyum, ternyata masih banyak orang yang peduli pada Lili. Semua ini terjadi karena selama ini dia hanya fokus pada lukanya, dan ya, dia sedikit menyesal.

***

"Gue ketagihan nih Li, lo harus tanggungjawab ya." Ujar Renaldi sumringah.

Lili terkekeh, "Makannya sering-sering ke rumah gue."

"Jadi boleh nih gue sering-sering ke rumah lo?" Tanya Renaldi setengah menggoda.

Lili mengangguk, "Ya palingan kalau gue nggak mood, gue minta bibi buat bilang kalau gue nggak di rumah."

"Kejam sekali antum." Renaldi memperlihatkan ekspresi melasnya.

Antara Kita (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang