Telah ku bangun benteng begitu kuat nan megah, hingga tak satu orangpun melihat, rumah reyot didalamnya nyaris runtuh.
— Lili Narendra.***
Author POV
Gino menatap perempuan itu dari kejauhan, wajahnya bersinar terpapar sinar matahari dari celah pepohonan di atasnya, rambutnya bergerak diterpa angin membuat Gino semakin jatuh cinta pada ciptaan Tuhan yang satu ini.
Namun apa daya, Gino tak mampu mendekati gadis itu lagi, gadis yang semakin hari semakin mengukir jarak dengannya.
Ingin rasanya Gino berlari menghampirinya, membawakan sebotol air mineral dingin kesukaan gadis itu, namun angan memang akan selalu jadi angan. Gino hanya mampu bermain dengan halusinasi liarnya.
Dari sisi lain, Gino melihat seseorang berjalan mendekati gadis itu, orang yang tak lain adalah rekannya sendiri, Renaldi.
Bukan hal baru memang melihat kedekatan sepasang muda-mudi yang kini tengah duduk di bawah rindangnya pepohonan di taman yang sering Gino datangi bersama Randy dan Lili, dulu.
Tampak Renaldi memberikan sebotol air mineral untuk Lili, dan dengan senyum manisnya, Lili mengambil botol itu dari tangan Renaldi.
Lagi-lagi Gino merutuki kebodohannya, jikalau saja dulu dia tidak bertingkah gegabah dan terpedaya oleh Gilda, mungkin saja kisahnya tak akan berujung seperti saat ini.
Gino tak menyalahkan Renaldi, ini murni salahnya, salahnya yang tak mampu menjaga Lili seperti yang telah Randy wasiatkan padanya.
Disatu sisi Gino masih belum rela melihat Lili bersama orang lain. Disisi lain, Gino lega, sebab dia tau bahwa Lili berada bersama orang yang tepat.
Satu pesan dari ponselnya membuat Gino tersadar dari lamunannya. Dibukanya pesan itu, setelah membaca dengan seksama, Gino memutuskan untuk pergi meninggalkan Lili dan Renaldi, membiarkan pujaan hatinya dijaga oleh hati lain.
***
"Ujian nasional kapan Li?" Tanya Sheika yang baru saja kembali dari liburannya di Bandung selama seminggu.
Lili menoleh sejenak lalu kembali kepada aktivitasnya yaitu mengemasi buku-bukunya, "Udah kelar minggu lalu kali."
Sheika merebahkan diri di kasur Lili, "Lah, kok kamu nggak ngomong ke aku?"
"Kan kamu pergi."
"Iya juga sih .." Gumam Sheika yang masih dapat didengar oleh Lili.
"Tapi kok kamu malah kemasin buku-buku kamu ke kardus sih? Emang nggak kamh gunain buat belajar gitu?" Tanya Sheika lagi.
"Belajar apaan dah?"
"Sbmptn?"
Lili yang telah selesai berkemas memilih untuk duduk di dekat Sheika.
"Aku nggak perlu belajar."
"Sombongnya, mau kuliah dimana emang?"
"Kepo ah, nanya mulu."
Sheika menatap Lili serius, "Aku nggak bisa jagain kamu lebih lagi Li, minggu depan aku harus balik, liburan aku udah habis."
Lili mengangguk, "Aku kan udah biasa sendiri juga."
Sheika kali ini menatap sepupunya lebih dalam, "Dan kayaknya bokap nyokap kamu nggak bisa datang di acara wisuda kamu nanti deh."
"No prob, aku palingan juga nggak ikut wisuda." Jawab Lili enteng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Kita (SELESAI)
Teen FictionIni adalah kisah klasik masa remaja seorang Liliana Narendra Lili selalu menggantungkan hidupnya pada orang lain, hidupnya di kelilingi oleh orang yang sangat menyayanginya. Hingga pada suatu hari, sebuah kejadian buruk terjadi, dia harus kehilangan...