Kesempatan kedua itu ada, tapi tidak untuk kesalahan yang sama.
***
Author POV
"Jadi?" Renaldi menatap Lili yang telah usai membereskan buku-bukunya. Malam ini memang jadwal Renaldi untuk memberi les privat pada Lili.
Lili menghentikan aktivitasnya, lalu menghembuskan nafasnya, "Ya gitu." Jawab Lili seolah paham dengan arah pembicaraan keduanya.
"Gitu gimana coba?" Renaldi masih mencoba memaksa gadis ini untuk bicara.
"Tadi, dia nyamperin aku, terus ya udah ngajak balik bareng." Lili menyenderkan punggungnya pada kursi.
Renaldi menatap Lili serius, "Dan kamu mau?"
Lili melotot, "Ngawur, ya enggak lah."
"Ngawur gimana? Buktinya kamu balik bareng dia kan?"
"Ya kalaupun aku balik bareng sama dia, bukan berarti aku ngeiyain ajakan dia dengan begitu aja kan?"
"Terus?"
"Ya aku dipaksa, di tarik sama dia buat masuk je mobil."
Renaldi melotot, dia langsung menarik tangan Lili, "Tapi tangan kamu nggak kenapa-napa kan?" Tanyanya cemas.
Lili menggeleng, "Ya enggak dong, emang aku selemah itu apa?"
"Ya enggak sih .."
"Nah tuh tau."
Renaldi menatap Lili serius, "Li, tapi seriusan deh, kamu nggak mau biarin aku terus-terusan penasaran kan sama apa yang terjadi tadi siang?"
"Iya-iya, jadi gitu lah, intinya aku sama dia balik bareng, aku dipaksa buat balik sama dia, di jalan dia minta maaf, terus dia jelasin semua alasan dia jadian sama mantan kamu, dan dari cerita dia, aku tau mantan kamu emang manipulatif banget, aku aja sampai kaget awalnya, tapi yaudah akhirnya aku kasih tau aja dia kalau dia habis di bohongin."
Renaldi masih menyimak cerita Lili, "Terus?"
"Terus dia telepon mantan kamu, ngajak ketemu, tapi belum sampai tempat tujuan, dia udah lebih dulu lihat Nono peluk aku —"
"Bentar, Gino peluk kamu?" Tanya Renaldi memastikan.
Lili mengangguk.
Renaldi meremas rambutnya frustasi, "Li, kok ya kamu mau-maunya dipeluk dia?"
"Bukan aku nya yang mau, dianya aja yang tiba-tiba peluk aku, dan kamu tau nggak Re? Dia tiba-tiba nangis, aku kan jadi bingung musti gimana."
"Dia nangis?"
Lili mengangguk.
Renaldi menggeleng tak percaya, Lili tak mungkin mengarang cerita, tapi Gino juga bukan orang yang semudah itu menetaskan air mata, di acara renungan malam saja dia tak meneteskan air mata sedikit pun, "Terus?"
"Terus, aku sama dia keluar buat nemuin Gilda yang udah nangis, tapi malah aku yang tiba-tiba ditampar dia." Adu Lili yang nampak masih bingung kenapa bisa dia ditampar sekeras itu.
Renaldi melotot, "Kamu ditampar?"
Lili kembali mengangguk.
"Kamu balas?"
"Enggak, eh belum." Jawab Lili.
"Belum?"
Lili mengangguk, "Belum sempat bales udah ada drama di depan aku, aku mana sempat balesnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Kita (SELESAI)
Teen FictionIni adalah kisah klasik masa remaja seorang Liliana Narendra Lili selalu menggantungkan hidupnya pada orang lain, hidupnya di kelilingi oleh orang yang sangat menyayanginya. Hingga pada suatu hari, sebuah kejadian buruk terjadi, dia harus kehilangan...