4. Pembalasan Dendam

233 19 0
                                    

Hidup terlalu singkat jika hanya digunakan untuk mengurusi hidup orang lain, sedang mungkin orang lain tidak ingin kurus. #AuthorLelah 😂

***

Author POV

"Li, kamu disuruh Randy ke taman belakang sekarang." Ujar Rere, salah satu siswa pendiam yang kebetulan adalah teman sekelas Lili, namun keduanya tak begitu akrab.

"Suruh ngapain?" Tanya Lili yang masih mengemasi bukunya.

"Nggak tau." Ujar Rere tergagap.

Lili menatap Rere curiga, pasalnya, Randy tidak pernah sekalipun nongkrong di taman belakang, taman belakang adalah tempat paling sepi seantero sekolah, bahkan anak-anak bandel pun jarang kumpul disana. Ditambah lagi, Randy tidak pernah meminta orang lain untuk menyampaikan pesan bahwa dia menunggu Lili di suatu tempat sebelumnya, toh kalaupun ada hal penting, dia bisa langsung menghubungi Lili lewat telepon.

"Yaudah biar gue telepon dia dulu ya." Balas Lili tak mau langsung percaya pada Rere.

Melihat Lili yang sudah mengambil ponsel dari sakunya, Rere berusaha mencegah Lili menghubungi Randy, "Eh, nggak usah ditelepon."

Dan kali ini Lili semakin dibuat curiga dengan tingkah aneh Rere, "Kenapa? Lo lagi nggak bohongin gue kan?"

Rere menggeleng, "Kata Randy hp dia mati, makannya dia minta tolong aku buat nyampein ke kamu."

"Kan ada Gino, dia bisa pinjam hp Gino dong kalau hp dia mati." Balas Lili.

Rere meremas ujung baju seragamnya, "Aku juga nggak tau, soalnya tadi Randy sendirian, nggak sama Gino."

Mendengar penjelasan Rere yang cukup masuk akal, Lili memutuskan untuk percaya saja, toh mana mungkin gadis seintrovert Rere bisa berniat jahat padanya, pun keduanya juga tidak pernah terlibat masalah sebelumnya.

"Oke deh, gue kesana sekarang, makasih ya Re." Lili menepuk bahu Rere dan bergegas menuju taman belakang.

Rere menatap kepergian Lili dengan pandangan bersalah, "Maafin gue Li." Lirihnya.

Sesampainya di taman belakang, pandangan Lili menyisir setiap sudut guna mencari keberadaan sang kekasih, namun hasilnya nihil.

Rasa kesal mulai menghampiri Lili, dia berbalik, berniat meninggalkan taman yang sepi ini. Namun langkahnya terhenti mana kala mendapati Dinda yang sudah bersedekap dada bersama gengnya telah berdiri di depannya.

"Eits .. ada jagoan disini." Dinda mulai bersua.

"Sok-sokan ngelabrak adik kelas lagi." Tambahnya.

Apa bedanya sama lo pada elah? Batin Lili.

"Kenapa cuma diam? Gue lagi nggak ngomong sama patung kan?"

Gila, omongan gue di copy paste.

"Jawab, gue nggak nyuruh lo buat mengheningkan cipta !" Bentak orang itu.

Nah kalau yang ini omongannya Nono.

"Siapa yang lo maksud ngelabrak adik kelas? Lo nggak lagi ngomongin diri lo sendiri kan?" Balas Lili santai, menatap orang di depannya tanpa rasa takut sedikitpun.

Amarah Dinda semakin memuncak mana kala mendengar jawaban dari Lili, "Lo — bisa-bisanya ya lo ngejawab gue !"

"Lah, tadi kan lo sendiri yang nyuruh gue buat jawab, giliran gue jawab, lo nyolot, gimana sih?"

Dinda yang sudah emosi mulai menunjuk ke arah Lili, "Lo —"

Lili menepis tangan Dinda, "Nggak usah tunjuk-tunjuk bisa? Gue nggak suka !"

Antara Kita (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang