Cinta datang karena terbiasa.
***
Author POV
Hari demi hari berlalu, jarak antara Lili dan Gino semakin terlihat. Entah siapa yang membuat jarak, entah Lili, atau Gino, atau malah keduanya, tak ada yang tau.
Hari ini, seperti hari-hari biasanya, Lili dijemput oleh partner barunya, Renaldi.
"Li, hari ini gue males banget sekolah tau." Gerutu Renaldi begitu Lili masuk ke mobilnya.
"Ya terus lo mau ngapain? Main gundu di rumah?" Tanya Lili yang fokus dengan ponselnya.
"Ya nggak di rumah juga, cabut kemana gitu."
Lili menghentikan aktivitasnya sejenak, dia nampak berfikir sebentar sebelum keluar lagi dari mobil milik Renaldi.
Renaldi menoleh, "Li, lo mau kemana?" Teriaknya sebab Lili sudah berada di luar mobil.
"Tunggu bentar !" Sahut Lili tanpa menoleh.
Renaldi pikir ada yang ketinggalan, dia memilih acuh dengan apa yang dilakukan teman dekatnya itu.
Tak sampai lima belas menit, Lili kembali dengan setelan baju santainya.
"Lo mau kemana dah?" Tanya Renaldi.
"Lo ngajak gue bolos kan tadi? Santai, gue orangnya peka kok Re, ayo gas." Ujar Lili tanpa dosa.
Renaldi melotot, "Lo serius mau bolos?"
Lili mengangguk, "Bolos sehari nggak akan bikin gue bodoh kan?"
"Yaudah, gue ganti baju dulu dah." Putus Renaldi yang memang selalu membawa baju ganti di mobilnya.
Lili mengangguk, "Lo tau kan letak kamar mandi di rumah gue?"
Renaldi mengangguk, "Tau lah, pengunjung setia gue mah."
Lili terkekeh, "Yaudah gue tunggu sini."
Renaldi tak membalas, dia keluar dari mobilnya dan bergegas menuju kamar mandi di rumah Lili. Dia tak menyangka bahwa Lili akan menyetujui idenya untuk bolos hari ini, namun meski masih sedikit bingung, dia senang kali ini.
***
"Mau kemana kita?" Tanya Renaldi yang fokus menyetir.
"Emm .. gue pengen mainan air nih." Sahut Lili.
"Pantai?"
Lili mengangguk, "Boleh, kalau bisa tempatnya yang sepi dong Re, gue bener-bener butuh refreshing nih."
"Okay princess, pangeranmu siap mengantarmu kemana saja." Jawab Renaldi tak sepenuhnya bercanda.
Lili terkekeh, "Lo kelamaan temenan sama gue jadi boros ya Re."
"Boros gimana?" Tanya Renaldi tanpa menoleh.
"Ya boros, gue minta jajan ini, jajan itu, pergi kesana, pergi kesitu."
Renaldi terkekeh dan tangannya tergerak mengacak-acak rambut Lili, hal yang belakangan ini jadi kegemarannya, "Apapun yang buat lo seneng, gue juga ikut seneng Li."
"Gue nggak tau gimana harus balas semua kebaikan lo Re."
"Dengan lo selalu ada dan ketawa aja, itu udah lebih dari cukup Li. Gue nggak minta apa-apa."
Lili mengangguk, "Lo juga jangan pergi dari gue, apapun alasannya."
Renaldi mengangguk, lalu menatap gadis di sampingnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Yang pasti satu, dia senang kali ini, sangat.
***
"Gue salah pilih tempat." Ujar Renaldi yang terduduk di samping Lili.
Lili menoleh, "Kenapa? Bagus kok tempatnya."
"Tapi ini terlalu sepi, sampai mau beli es kelapa muda aja nggak ada yang jual."
"Lo haus? Lo laper?" Tanya Lili sedikit khawatir.
"Ya enggak, biar romantis aja kaya di film-film, si cowok kasih si cewek kelapa muda." Jawab Renaldi polos.
Lili terkekeh, "Lo nih ada-ada aja, mana pernah gue nuntut lo buat romantis sih Re?"
Renaldi memandang jauh kedepan, "Tapi dulu Randy sama lo romantis banget, gue tau gue nggak bisa seromantis Randy, tapi setidaknya gue mencoba biar gue layak buat lo."
"Just be your self Re, Randy ya Randy, Renaldi ya Renaldi. Gue nggak pernah kan nuntut lo buat ini itu?"
Renaldi terdiam.
Lili menyandarkan kepalanya pada bahu Renaldi, "Kita kesini buat senang-senang Re, bukan buat nambah kepenatan yang ada."
"Li, bentar lagi kita bakal naik kelas, terus ujian nasional."
Lili mengangguk, "Terus?"
"Terus kita lulus."
"Itu pasti."
Renaldi menatap Lili yang masih bersandar di bahunya, "Terus, kita bakal kejar cita-cita kita masing-masing."
Lili mengangguk, "Iya, kita bakalan jalan sendiri-sendiri."
"Gue pasti bakal rindu masa-masa ini Li, masa dimana gue bisa sedekat ini sama lo."
"Gue juga kok." Tangan Lili tergerak melingkari pinggang Renaldi.
"Gue sayang sama lo Li, gue nggak tau kapan rasa ini ada, yang jelas, gue nyaman."
Lili terdiam, dia memilih memejamkan matanya, merasakan angin yang menerpa wajahnya serta suara deburan ombak yang tiada hentinya menghantam pantai.
"Lo nggak bakal jauhin gue kan kalau lo tau ternyata gue ada rasa yang lebih buat lo?" Tanya Renaldi memastikan.
Lili masih saja terdiam, matanya pun masih terpejam.
"Li—"
"Gue nggak keberatan dan gue nggak akan ngejauh kok." Potong Lili tanpa membuka matanya.
Kini giliran Renaldi yang membungkam mulutnya setelah mendengar jawaban dari Lili.
"Tapi lo juga nggak keberatan kan kalau gue nggak bisa bales rasa lo?" Tanya Lili, masih dengan mata terpejam.
Tenggorokan Renaldi tercekat, jantungnya berpacu lebih cepat, tak tau harus berbuat apalagi, maju mengejar cintanya dengan hasil yang sudah dia tau di awal, atau mundur demi menjaga hati agar tak berjuang demi hal yang sia-sia.
***
"Pulang yuk." Ajak Renaldi.
Lili mengangguk, "Ayo, udah tenggelam juga mataharinya."
Keduanya berjalan menuju mobil Renaldi. Setelah memasuki mobil Renaldi, ponsel Lili yang memang sengaja dia tinggal di dalam mobil berbunyi.
Dilihatnya nama yang tertera disana, tanpa berniat mengangkatnya, Lili kembali meletakkan ponsel miliknya, membiarkan ponsel itu tetap berbunyi.
"Kok nggak diangkat?" Tanya Renaldi yang sedang memasang seat belt nya.
Lili menggeleng, "Nggak penting kok."
"Siapa?"
Lili tak menjawab namun mengambil ponselnya dan memperlihatkan nama yang tertera disana.
"Oh .. angkat aja Li, siapa tau penting." Renaldi masih juga belum menjalankan mobilnya.
Lili meletakkan kembali ponselnya, "Enggak aja, ayo balik."
Renaldi menatap Lili serius, hal yang membuat Lili nampak sedikit ketakutan.
Tangan Renaldi tergerak memegang tangan Lili. Kali ini jantung Lili berdetak lebih kencang dari sebelumnya.
Renaldi menatap Lili dengan tatapan yang sulit diartikan, dia mulai menarik nafasnya dalam, "Li, gue tau ini terlalu cepat, tapi .. jadi pacar gue ya?"
Deg !
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Kita (SELESAI)
Novela JuvenilIni adalah kisah klasik masa remaja seorang Liliana Narendra Lili selalu menggantungkan hidupnya pada orang lain, hidupnya di kelilingi oleh orang yang sangat menyayanginya. Hingga pada suatu hari, sebuah kejadian buruk terjadi, dia harus kehilangan...