8. Pesan

177 18 0
                                    

Kemudian, merelakan adalah langkah kedua yang wajib diambil setelah melepaskan.

***

Author POV

Gino langsung memacu kendaraannya dengan kecepatan maksimum manakala mendapat pesan singkat dari Renaldi diikuti dengan rekan satu klubnya.

Sesampainya di basecamp, dia melihat pintu yang sudah terbuka dan basecamp nya benar-benar hancur berantakan.

Dengan emosi yang telah naik ke ubun-ubun, dia terus berjalan memasuki basecamp nya, mencari keberadaan Randy dan Renaldi, hingga dia melihat kedua rekannya sudah dalam kondisi tak sadarkan diri, Gino berlari dan terduduk menghampiri Randy, diletakkannya kepala Randy di pangkuannya.

"Rand ! Bangun ! Rand ! Bangun ! Jangan bikin gue panik !" Dia terus saja berteriak sambil menepuk-nepuk​ pipi Randy, berharap hal itu mampu menyadarkan Randy.

"Siapapun ! Ambil mobil gue di garasi, kita bawa Randy sama Renaldi ke rumah sakit sekarang !" Seru Gino tak mampu menyembunyikan kepanikannya.

Dan tanpa aba-aba, Dimas berlari mengambil mobil dan yang lain mulai mengangkat tubuh Randy dan Renaldi ke depan basecamp untuk kemudian di bawa ke rumah sakit.

Gino tetap memegangi tangan Randy, dia takut setengah mati melihat kondisi sahabatnya yang sedari tadi masih belum membuka matanya. Tanpa ia sadari air mata mulai menetes dari pelupuk matanya.

Jam yang telah menunjukkan angka 12 membuat jalanan yang mereka lalui cukup lengang, hal yang membuat Dimas bisa leluasa mempercepat laju mobil yang dikendarainya agar segera sampai di rumah sakit.

Gino menatap Randy penuh harap manakala mata Randy mulai terbuka perlahan.

"Rand, lo baik-baik aja kan?" Entah kenapa dari sekian banyak pertanyaan di kepala Gino, pertanyaan bodoh itu malah yang terlebih dahulu keluar dari mulutnya.

Bagaimana bisa Randy dalam keadaan baik sementara dia sudah tak sadarkan diri sedari tadi.

Semua yang ada di mobil itu lalu menatap ke arah Randy, kecuali Dimas tentunya, sebab dia masih sibuk dengan kursi kemudinya.

Randy mengangguk dan tersenyum. Hal yang membuat Gino semakin tak habis pikir, bisa-bisanya sahabatnya itu tersenyum dalam kondisi genting seperti ini.

"Gue boleh minta tolong?" Ujar Randy lemah.

Gino hanya mampu mengangguk, "Apa? Gue pasti usahain yang terbaik buat lo Ran, lo bertahan."

"Tolong jagain Lili."

"Iya gue pasti jagain Lili Rand, bareng elo, kaya biasanya."

Kali ini Randy menggeleng, "Gue udah nggak bisa, gue titip Lili ke elo."

"Lo ngomong apaan sih Rand, jangan bikin gue takut !" Ujar Gino sedikit membentak.

"Jagain orang yang sama-sama kita cintai, jangan pernah sakiti hati dia."

"Omongan lo makin ngawur Rand. Lo diam aja, bentar lagi kita sampai rumah sakit."

Randy mengangguk lalu tersenyum, perlahan matanya mulai tertutup kembali.

Melihat kondisi Randy, perasaan Gino semakin tak karuan, "Rand, lo cuma tidur kan?"

Namun nihil, Randy tetap saja diam tak bergeming.

"Dim ! Tambah kecepatan lo, gue nggak mau Randy kenapa-napa !"

Kepanikan mulai terjadi di dalam mobil, pikiran masing-masing orang yang ada disana sudah kemana-mana.

Antara Kita (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang