9. Kehilangan

188 16 0
                                    

Jangankan setahun, satu detik pun mampu mengubah sikap dan perilaku seseorang.
Jadi, siapkan diri untuk kemungkinan terburuk.

***

Author POV

Dua bulan kemudian ..

Gilda berjalan dengan senyum terbaiknya, cuaca hari ini begitu cerah, semoga begitu juga dengan harinya, cerah.

Di tangannya sudah ada air mineral dan juga beberapa cemilan yang dia beli dari kantin.

"Woy !" Serunya sambil menepuk pundak Lili yang terlihat sedang memperhatikan lapangan yang dipenuhi oleh anak-anak yang sedang bermain basket, salah satunya Gino.

Lili menoleh​ sebentar lalu kembali memperhatikan lapangan.

Dan senyum cerah Gilda luntur seketika, "Li .. mau sampai kapan?"

Lili diam tak mengindahkan pertanyaan Gilda.

"Li .. ini udah dua bulan berlalu, bentar lagi kita bakal UAS, lo nggak bisa kaya gini terus." Entah angin segar apa yang memasuki otak Gilda sehingga belakangan ini dia menjadi lebih bijak.

Lili kembali menoleh, kali ini tatapannya sungguh memprihatinkan. Pandangan yang diartikan sebagai sebuah isyarat agar tak lagi membahas hal ini oleh Gilda.

"Gue bakalan berhenti kalau lo juga berhenti jadi kaya gini !" Nada bicara Gilda naik satu oktaf kali ini.

"Lo nggak tau !" Balas Lili tak kalah sengit.

"Gue tau, sangat tau. Apa menurut lo gue harus kehilangan dulu buat paham kondisi lo sekarang? Lo lupa papa gue juga udah nggak ada? Lo lupa gue juga pernah kehilangan orang yang gue sayang? Sahabat macam apa lo?"

Perkataan Gilda membuat Lili tersadar akan hal itu, "Gil— gue nggak ada maksud."

Gilda menggeleng, nada bicaranya kembali lembut seperti semula, "Nggak papa, gue cuma nggak mau sahabat gue ngerasain hal yang sama kaya gue, gue nggak mau sahabat gue terpuruk sama kaya gue satu tahun yang lalu. Gue tau ini berat, tapi lo harus kuat, gue tau lo bisa."

Dan untuk kesekian kalinya Lili kembali bersyukur dikaruniai sahabat sesabar Gilda.

Gilda tersenyum tulus, "Lo makan ya? Gue ada roti nih, gue lihat lo kurusan, gue nggak mau lo sakit."

Belum sempat roti di tangan Gilda diterima oleh Lili, Gino datang dan mengambil roti itu.

Gilda melotot, "Gino ! Apa-apaan sih lo? Ini buat Lili ya !"

"Gue suapin ya Li?" Gino membuka roti yang di pegangnya dan mulai mengarahkannya ke mulut Lili tanpa mengindahkan protes dari Gilda.

Tanpa penolakan, Lili membuka mulutnya dan mulai memakan roti itu.

"Tumben lo mau makan?" Tanya Gino yang heran dengan tingkah Lili.

Ini kejadian langka, dua bulan ini Lili selalu saja menolak apabila Gino menyuapinya, alhasil Gino lah yang memakan setiap makanan yang niatnya ingin dia beri pada Lili.

"Gue lagi laper." Balas Lili singkat.

"Seriusan? Oke nanti balik sekolah gue traktir lo makan ramen di tempat biasa ya." Ujar Gino bersemangat.

"Lili doang? Gue?" Protes Gilda.

Gino memandang Gilda aneh, "Maaf, kamu siapa ya?"

Gilda melotot, "Sialan lo ! Awas aja lo kalau minta bantuan ke gue lagi, gue nggak akan mau !"

Antara Kita (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang