Rose harus mengakui kecepatan Jungkook dalam berlari. Hasilnya adalah siapa yang kalah harus menuruti semua permintaan si pemenang.
Permintaan yang Jungkook inginkan cukup sederhana.
Menemani dirinya hingga sore hari.
Mereka bermain bersama, tertawa bersama. Beberapa kali Jungkook terlihat mengambil potret Rose hanya disaat wanita itu tersenyum atau tertawa. Tanpa Rose ketahui. Sesekali Jungkook ikut tersenyum ketika kembali memperhatikan potret tersebut.
Saat pergi bersama Jimin, Rose menemukan sesuatu yang menarik. Toko Ice cream yang berusia hampir lima ratus tahun.
Sejak memasuki toko, mereka berdua lebih tertarik memperhatikan cara pengolahan awal ice cream yang bisa ditarik berulang kali tanpa takut putus seperti permen karet. Ada satu benda panjang seperti tongkat berukuran besar dan sebuah tempat untuk menempa ice cream tersebut.
Keluar dari toko tersebut mereka berdua tidak berhenti membahas kembali cara pengolahan yang mereka saksikan, karena kebaikan pemilik toko. Kedua anak muda ini diijinkan untuk mendokumentasikan dalam bentuk video.
"Aku sempat khawatir rasanya akan aneh." Jungkook menunjukan ice cream yang sebagian sudah berada dalam mulutnya.
"Harusnya kita membeli semua rasa," Rose melirik ice cream milik Jungkook.
Ia cepat mengerti apa yang Rose lakukan. "Mau?" tawarnya pada Rose.
"Enak tidak?"
"Tentu saja." Jungkook kembali menunjukkan dengan ekspresi berlebihan.
Rose tersenyum mengembungkan kedua pipinya, sudah mengarahkan sendok kecil pada wadah kecil ice cream milik Jungkook. Ternyata dinginnya ice cream berakhir pada salah satu pipi Rose, karena ulah Jungkook.
Wanita itu membeku, Jungkook sudah berlari seraya tertawa menghindar dari lawan bicaranya.
"Hei..." Rose berlari mengejar mengarahkan sendoknya ke wajah Jungkook. Tetapi selalu gagal.
Begitulah mereka sejak pagi hingga menjelang sore hari. Hampir semua tempat yang menjual makanan dan minuman mereka kunjungi. Sekarang sudah menunjukan pukul lima sore. Keadaan langit dan udara juga sudah berubah. Jungkook sudah menerima sebanyak tiga kali panggilan dari seseorang.
"Sepertinya kita harus kembali. Namjoon hyung sejak tadi tidak berhenti menghubungiku." Jungkook mengatakan setengah berbisik. Takut jika ada yang mendengar percakapan mereka.
Rose tersenyum dengan satu tangan seperti mengusir Jungkook. "Pergilah, aku masih ingin disini." Jungkook memainkan rambut Rose seperti tali. "Apa tidak masalah jika kau sendirian ?"
Wanit itu memicingkan kedua sudut matanya ingin memukul tangan Jungkook. Tetapi pria ini begitu cepat menghindar.
"Pergi sana, cepat pergi."
Akhirnya Jungkook pergi dengan tertawa karena tatanan rambut Rose menjadi berantakan. "Jangan mencuri makanan milik orang lain."
"Dasar." Rose berdecih di balik punggung kepergian Jungkook.
Setelahnya wanita ini tersenyum. Ia kembali melangkah dengan menatap tempat sekitarnya. Tempat keberadaannya saat ini di kelilingi tembok kecil yang terbuat dari susunan batu berwarna hitam. Banyak yang memilih untuk duduk di sepanjang tempat ini. Menatap luasnya air laut, dan banyak yacht yang tidak terlalu besar berjejer rapi sebagai pelengkap.
Hiruk pikuk pengunjung yang kebanyakan terdiri dari anak berusia sepuluh tahun keatas beserta orang-orang tua atau kerabat mereka.
Rose menghentikan langkah kedua kakinya, saat memperhatikan seorang pria dengan topi berwarna putih bermain dengan gadis kecil perempuan. Tidak mendengar apapun yang sedang mereka bicarakan. Tetapi dapat Rose rasakan jika pria ini bukan kerabat dekat, melainkan orang yang baru dikenal. Seseorang yang menyukai anak kecil, dapat dilihat dari bagaimana perlakuannya.
"Oh Taehyung--ssi."
Taehyung menemukan Rose sudah berada di sampingnya. "Oh kau disini."
"Sedang apa?" Taehyung kembali melanjutkan pertanyaannya.
"Hanya ingin saja." Jawab Rose singkat.
Rose tidak melupakan gadis kecil ini. Ia juga menyapa dan bercengrama dengan bahasa asing. Rose senang, gadis ini juga memberikan respon yang baik. Taehyung memperhatikan saja. Pria ini tersenyum bergantian pada kedua wanita yang berbeda usia didekatnya. Seorang wanita yang wajahnya tidak jauh berbeda dengan gadis kecil yang bersama mereka datang menghampiri Taehyung seraya tersenyum. "Thank you."
Taehyung mengangguk juga tersenyum.
Gadis kecil itu pergi melambaikan tangan pada Taehyung, "Bye."
Taehyung melakukan hal yang sama.
Kini giliran Rose yang memperhatikan. Setelahnya Rose ikut melakukan seperti yang Taehyung lakukan.
"Ah, aku jadi merindukan mereka." Celetuk Rose tiba-tiba.
"Biar ku tebak. Anak-anak dalam kegiatan sosialmu.
"Bagaimana kau...?." Kata Rose
"Hanya menebak." Taehyung mengangkat kedua bahunya.
Rose juga mengangkat kedua bahu miliknya. "Maaf sebelumnya, aku hanya ingin meluruskan perspektif. Agar kau tidak salah paham mengenai hal itu. Kebaikan tidak untuk di pamerkan agar di hormati. Aku melakukannya karena aku tidak merasakan banyak kasih sayang seorang ibu, sejak di bangku sekolah menengah pertama, ibuku meninggal dunia dan yang ku bawa hanya pesan beliau, 'jangan lupa memberikan kasih sayang yang tulus pada anak-anak yang tidak mendapatkan dari kedua orang tua mereka atau lingkungan mereka. Dengan begitu, kasih sayang yang tidak banyak ibu berikan. Akan kau dapatkan saat kau memberi dengan ketulusan,'
Ini pertama kalinya dia dan Rose berbicara. Taehyung memperhatikan raut wajah milik Rose. Kedua bola mata wanita ini berembun.
"Sama sepertimu. Aku juga kehilangan kakek dan nenek yang merawat, menjaga, dan membesarkan ku sejak kecil."
"Aku turut berduka cita, maaf karena membuatmu teringat kembali."
Taehyung tersenyum, "Tidak, tidak...jangan berkata seperti itu. Setiap takdir manusia akan berakhir sama." Rose mengangguk, baru menyadari jika ice cream nya sudah mencair menjadi air di dalam wadah kecil tersebut.
"Aku masih memiliki nenek, mampir saja ke rumah nanti jika kau merindukan nenekmu."
Taehyung terkejut, "Benarkah? kau serius? apa aku bisa diterima dengan baik disana."
"Hmmm, nanti nenek akan ku beritahu. Sepertinya beliau akan menyukaimu."
Taehyung menggigit sedikit ujung bibirnya. "Jika merindukan ibumu, kau juga bisa menemui ibuku. Hanya jika kau tidak keberatan. Tetapi tempatnya jauh dari Seoul."
Di luar dugaannya, reaksi positif lah yang Rose berikan, "Baiklah...tidak masalah, aku mau."
Senja sudah menyapa. Keduanya memilih kembali ke mansion sebelum hari berubah menjadi gelap.
Saat kita kehilangan seseorang, saat itulah kita merasakan jika kehadiran mereka penting untuk kita
![](https://img.wattpad.com/cover/149635756-288-k491000.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rozellezwart [Tae x Rosé] [END]
Fanfiction[C O M P L E T E D] Perfect in imperfections. Women, like one word that is usually called side by side with Man. Women symbol of beauty, as well as symbols of weakness. But, helping others doesn't require whether you should be a woman or a man. Bec...