Rasa sakit yang tiba-tiba menyerang perutnya, melebihi keterkejutan mendapati kemunculan seorang pria dari balik daun pintu kamar. Mengajukan semua pertanyaan perihal kehadirannya, tidak ada gunanya untuk saat ini. Satu tangan memegang perut satunya lagi menopang tubuhnya. Taehyung berjalan cepat, bergerak membantu dengan memegang kedua lengan Rose dan mengajak istrinya agar duduk berhati-hati di sisi tempat tidur. Dia juga sempat menyematkan salah satu sisi rambut Rose di belakang telinga, ikut meletakkan telapak tangan tepat di depan perut istrinya, berdekatan dengan tangan milik Rose. Mengusap perlahan tanpa membuka suara.
'Eiraaaa sungguh sangat menyebalkan.'
Keinginannya untuk mendengar suara berat dan rendah sang suami tak terjadi, karena si pemilik suara sejak tadi seperti patung diam, tetapi bisa bergerak.
Merindukan saat-saat dimana mereka bercanda, saat tingkah usil suaminya kepada dirinya. Sekarang rasanya sudah berbeda. Semuanya seperti sesak dalam dada berkumpul menjadi satu, banyak rasa bersalah yang mengitari tubuhnya.
"Aku sudah tidak apa-apa." Rose berujar.
Taehyung menjauhkan tangannya, dia melirik sesuatu di atas buffet dekat pintu. "Aku mengantar sisa dokumen, ada di atas sana." Rose mengikuti arah pandang tempat yang Taehyung maksud. Dia menutup sebentar kelopak mata. Menenangkan diri.
"Aku sedang tidak ingin melihat, membahas, atau apapun yang berkaitan dengan itu. Jika kau memaksa, benda itu akan ku robek atau ku buat menjadi abu. Jika tidak. Ku hancurkan di bawah pijakan kaki." Taehyung terkesiap, mendengar penuturan istrinya. Mungkin kedatangannya tidak diinginkan.
"Baiklah, baiklah. Tidak perlu marah-marah. Aku akan segera pergi. Sepertinya kau sangat tidak menyukai kehadiranku." Taehyung bersiap mengangkat kaki.
Rose bermain dengan kuku jari tangannya, ia tidak berani mengeluarkan suara. Membiarkan Taehyung yang semakin dekat melintasi pintu kamar.
"Aku tidak meminum obat-obatan setelah terakhir kali kita melakukan hubungan. Ketika Harriet memberikan obat untukku, aku membuangnya ke dalam laci nakas. Jika ingin bertanya tentang kehamilanku." Katanya setengah lantang dengan nada lembut.
Jujur ataupun tidak, Taehyung tidak pernah mempermasalahkan apa yang Rose lakukan, karena selama ini istrinya pun tidak pernah mencampuri segala bentuk urusan pribadinya. Lelah juga, berwajah datar sejak tadi. Taehyung memilih memberikan senyum penuh ketulusan, seperkian detik setelah menahan deru nafas, sudah lama tidak bertatap muka atau berbicara secara langsung. Ini seperti pertemuan pertama mereka namun lebih canggung.
"Ap—," Rose tidak mengatupkan kedua bibirnya menyaksikan pemandangan ini.
Taehyung, meletakkan kedua lututnya bersimpuh di atas lantai. Mengusap dengan kasih sayang perut istrinya juga menghujani dengan ciuman-ciuman singkat. "Ayah pergi ya sayang, jangan menyusahkan ibumu di dalam sana. Jadilah anak yang baik." Kemudian sedikit mendongakkan kepala, menemukan Rose yang juga mengamatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rozellezwart [Tae x Rosé] [END]
Fanfiction[C O M P L E T E D] Perfect in imperfections. Women, like one word that is usually called side by side with Man. Women symbol of beauty, as well as symbols of weakness. But, helping others doesn't require whether you should be a woman or a man. Bec...