Kepanikan mengantarkan dirinya ke tempat ini, Rose tidak banyak membuat suara selama dalam perjalanan. Bibirnya terkunci rapat, dan itu sudah lebih dari cukup. Sekaligus untuk meyakinkan dirinya jika ini bukan mimpi atau khayalan semata, Yuma menggerakkan tangannya untuk mengetuk pintu kamar.
Benar, semuanya benar, jika ada Eira. Selanjutnya akan ada sosok ayahnya.
Bingo—yang membuka pintu adalah Eira. Wanita itu menunduk hormat pada Rose. Menunjukkan jalan dimana ayahnya saat ini.
"Appa?"
Menunggu di dalam kamar seorang pria dengan garis wajah tegas, tampan mengukir penuh sebuah senyuman. Saat suara milik Rose menyapa pendengarannya.
"Roseanne, ayah ucapkan selamat ulang tahun."
Bersikap santun, Rose menyetarakan lututnya dengan lantai. Menggenggam kedua tangan milik Hyejin, pria ini sedang duduk di tepi tempat tidur.
"Kenapa berpergian jauh jika ayah masih menjalani perawatan, lagi pula ucapan itu sudah aku terima melalui telepon kan. Tidak perlu sampai datang kemari–––ayah."
Hyejin berdiri dan berputar di tempatnya. "Cara kinerja otak kita akan memengaruhi kesehatan. Semua penyakit berasal dari pikiran, Rosie. Appa––mu sehat seperti yang kau lihat."
Ya, benar memang. Saat mendongak, Hyejin tidak berwajah pucat. Sehat, wajahnya bersinar. Sangat berbeda saat mereka bertemu di Baltimore.
Eira dan Yuma pamit dari pertemuan ini. Lebih mengagetkan saat menatap nanar pria yang bersama Hyejin.
"Ayah tidak akan memaksa apapun. Disini kau bebas memilih apa yang harus kau pilih. Selama itu yang terbaik untukmu. Nak, pendamping hidup bukan beban yang akan menyakiti masa depanmu. Seseorang yang ada di sampingmu untuk menemani hari-harimu. Berbagi suka dan duka. Saat ayah dan kedua kakakmu tidak mungkin selalu ada di sisimu. Mereka berdua juga akan memiliki kehidupan pribadi, ayah atau nenekmu tidak akan selamanya bersama kalian bertiga."
Mulut Rose terkunci, apa yang harus di jawab dari perkataan ini. Ia hanya bisa diam.
"Silahkan kalian berdua berbicara, ayah akan menunggu keputusannya." Hyejin mengakhiri ucapan dengan tersenyum dan pergi meninggalkan dua orang ini untuk berdiskusi.
Dua kertas yang tercecer sekarang sudah kembali padanya. "Terima kasih telah mengembalikan surat yang aku tulis untuk ibuku."
Memandang pria ini dengan kedua mata yang basah dan buram. "Kau mengajakku menikah setelah membaca surat milikku? kemudian mengasihani diriku?"
Pria itu masih belum membuka suara. Sorot kedua matanya tidak pergi dari kedua kedua mata milik Rose.
"I don't want a husband who honours me as a queen, if he doesn't love me as a woman."** Rose berujar kembali.
"Kenapa pembicaraan kita seperti dua orang yang sedang bertengkar. Haha. Jika kau tidak menerimaku. Aku akan menerimanya dengan lapang dada. Setidaknya aku tidak akan menyesalinya karena sudah mencoba." Jungkook mengacak pelan surai puncak kepala Rose.
"Jangan menyebalkan."
"Aku tidak menyebalkan." Balas Jungkook dengan memasang senyuman pada kedua sudut bibirnya.
"Kau ingin aku menjawab seperti apa?," tanya Rose lagi.
Jungkook menggenggam erat satu tangan wanita yang bersamanya. Pria ini memindah posisi tubuhnya. Satu lututnya bertumpu diatas dinginnya lantai. Mengeluarkan satu kotak berwarna hitam. Di dalamnya ada sebuah cincin yang mengeluarkan kilau saat sinar lampu mengenai setiap sisinya.
"Roseanne Park, maukah kau menikah denganku?"
Jungkook benar-benar melakukannya. Sesuai dengan apa yang Rose bayangkan. Wanita ini mendongakkan kepalanya sebentar.
"Kenapa kau keras kepala. Jika kita bersama, kita hanya akan saling menyakiti. Kau akan menyakitiku—dengan banyaknya sorot media, sorot para penggemarmu, karirmu, semuanya. Aku pun akan menyakitimu Jungkook––ah."
Rose memberikan jeda pada kalimat yang ia ucapkan.
"Aku tidak mencintaimu dan tidak bisa mencintaimu. Apakah kau masih mau meneruskan ini semua? jangan melukai dirimu sendiri. Tolong." Rose mengakhiri ucapannya.
––––––––––-––––-–––
**) Queen Elizabeth I quotes
KAMU SEDANG MEMBACA
Rozellezwart [Tae x Rosé] [END]
Fanfiction[C O M P L E T E D] Perfect in imperfections. Women, like one word that is usually called side by side with Man. Women symbol of beauty, as well as symbols of weakness. But, helping others doesn't require whether you should be a woman or a man. Bec...