Giliran merobek selembar kertas polos tanpa garis, dari salah satu buku yang ada di tasnya. Sebuah goresan tinta berwarna merah ia sematkan. Wanita ini meletakkan pena, berjalan menyusuri koridor ke arah kamar yang menjadi tujuannya. Diam, berdiri memandang pintu kamar, kemudian berjongkok segera memasukkan kertas tipis itu di bawah celah pintu.
Setelahnya, pergi kembali ke kamarnya.
Jungkook melihat bayangan di depan kamarnya, ada secarik kertas putih datang dari luar pintu. Meraih benda tipis itu dan membaca isinya.
'Maaf, aku ingin tidur beberapa jam sebelum pergi ke katedral. Kau bisa berikan nanti. Atau menyusulku kesana. Tapi semuanya terserah padamu. Aku tak memaksa.'
Jungkook bergegas membuka pintu kamarnya. Kosong, tak ada siapapun.
"Sudah pergi."
Pria ini, terpaksa kembali masuk ke dalam kamarnya dengan masih memegang kertas yang Rose kirimkan.
Tujuh jam kemudian...
Chanyeol duduk persis di sisi kolam renang bersantai dengan kaki menjuntai di dalam air kolam. Hanya menyaksikan Hyungsik yang kuat sekali beradu otot denga dinginnya air, sudah hampir satu jam berenang menunjukkan bermacam-macam gaya renang.
Di kedua tangannya, Rose membawa satu nampan berisi tiga gelas cairan berwarna hijau dari jus sayur di padukan dengan buah apel juga madu dan enam lembar french toast diatas piring. Berhati-hati metakkan pada salah satu meja kayu ek satu-satunya yang terdapat disana. Kemudian mengenakan kacamata hitam dan merebahkan tubuhnya di atas kursi lounger kolam renang. Kepala Hyungsik muncul dari dalam kolam, menyibakkan air ke wajah Chanyeol.
"Jika aku basah, kamarmu akan ku buat berantakan...hyung, lihat saja." Chanyeol menjauh, dan mengambil tempat duduk di samping Rose.
Pria itu menyeruput jus, kemudian mengambil satu french toast.
"Kau tidak jadi pergi dik?"
Enggan sekali wanita itu menoleh, jawaban yang diberikan sekedar mengangkat jempolnya. Artinya dirinya sudah pergi dan kembali beberapa menit yang lalu. Hyungsik baru naik ke daratan dengan mengenakan bathrobe.
"Aku sudah mengakhiri dengan wanita itu, just info." Setengah berteriak, Hyungsik juga mengambil salah satu jus yang masih utuh. Rose memegang frame kacamatanya, menampilkan separuh kedua bola mata. Sedangkan Chanyeol tersedak rotinya.
"Aku dapat menebak respon kalian berdua."
"Dengan Chaerin eonni, aku memberikan restu."
Sekarang, jus yang hampir menyentuh kerongkongan Hyungsik, keluar dari mulutnya.
"Hyung, kau menyebalkan sekalu. Hentikan membuat onar. Astaga cairan jusnya mengenai kepalaku."
Tidak terima karena jusnya dibuang-buang, Rose mengubah posisi tubuhnya sigap. Ia duduk dengan melipat kedua tangannya. "Oppa hentikan membuang makanan dan minuman. Banyak orang yang kelaparan. Kau disini membuangnya sia-sia."
"Bukan salahku. Itu gara-gara kau menyebut namanya." Hyungsik meletakkan kedua tangannya bertumpu di pinggang. "Bagaimana dengan dirimu? Apakah tidak ada satu diantara mereka yang kau suka. Tidak mungkin...jika tidak ada."
"Jiyeon eonni, aku menyukainya—Chanyeol oppa." Rose tidak memperdulikan Hyungsik yang terlihat kesal, ia lebih memilih mengajak Chanyeol bicara.
"Aku," Chanyeol menyebut dirinya sendiri. "Nanti saja, aku belum memikirkan pernikahan."
"Jangan mengalihkan pembicaraan nona muda. Aku berbicara padamu." Pantang menyerah yang Hyungsik lakukan.
"Aku menyukai mereka semua."
Chanyeol menggeleng, "Pilih salah satu saja."
"Ya, aku memilih mereka semua." Jawab Rose acuh.
Hyungsik menoleh pada Chanyeol, ternyata pria itu juga melakukan hal yang sama.
"Kau cerdas Chaeyoung—ah, jangan bersikap seperti tidak mengerti arah pembicaraan kita ini. Atau jika mau, jika kita mengatur pertemuan dengan kolega, dan rekanan bisnis. Kau bisa memilih diantara mereka nantinya." Hyungsik kembali menawarkan.
Tidak tahan dipaksa-paksa untuk memilih pasangan, Rose bangkit dari sana. Sebentar melirik bergantian pada dua orang sosok yang sangat menyebalkan hari ini. "I'm young, rich and free. Memangnya mereka yang termasuk dalam pembicaraan kita ada yang menyukai ku. Mereka bertujuh adalah para publik figur. Jika aku memilih salah satu dari mereka. Aku akan hidup di bayang-bayang ketakutan karena pemberitaan. Padahal aku saja menghindar dari semua pemberitaan tentang siapa diriku selama ini. Lebih baik Hyungsik oppa saja, yang sudah saatnya menikah, bukan aku."
Ia melenggang pergi dengan anggun setelah ujung kata terakhir. Chanyeol menutup mulutnya, ada tawa terselubung dibalik sana. "Jika membahas tentang masa depan, dia menghindar." Hyungsik bergumam seorang diri.
Semakin menjauh menuju kamarnya. Lalu meletakkan kacamata di puncak surai kepala. Tangan kanan membuka gagang pintu. Kemudian menutup pintu dan menguncinya. Wanita ini baru menyadari dan terlonjak saat menemukan sosok seseorang, duduk diatas tempat tidur memandang ke arah jendela dengan tirai yang bergerak oleh hembusan angin.
"Siapa disana?"
![](https://img.wattpad.com/cover/149635756-288-k491000.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rozellezwart [Tae x Rosé] [END]
Fanfiction[C O M P L E T E D] Perfect in imperfections. Women, like one word that is usually called side by side with Man. Women symbol of beauty, as well as symbols of weakness. But, helping others doesn't require whether you should be a woman or a man. Bec...