23

2.5K 355 14
                                    

Note : Terdapat pembicaraan dewasa, harap disikapi dengan bijaksana.

      Malam hari di jantung kota Seoul yang diterangi lampu penuh rasa seni. Gedung pencakar langit menjulang di ketinggian gelap, bermandikan cahaya—sangat terasa memberi nuansa era industri. Dengan jendela-jendela seperti permata. Perjalanan yang ditempuh mengakhiri dari segala kenikmatan dunia yang disediakan. Tidak ada perubahan yang mengharuskannya menjadi seseorang yang baru. Semuanya masih tetap sama.

      Berbanding terbalik ketika menemukan satu-satunya hunian abad pertengahan pada keseluruhan bangunan rumah. Disini jauh dari hingar bingar keramaian. Rumah dengan jendela-jendela berpelengkung dan tembok yang tebal tertata rapi dari batu bata putih dilapisi kapur. Alami dan tidak mewah. Bangunannya tidak tinggi. Tidak lebih dari satu lantai. Taehyung membelinya dari seseorang berkebangsaan Swedia dua tahun yang lalu.

      Pria itu menurunkan kecepatan laju mesin mobil Alfa-Romeo 4C berwarna fluid metal miliknya setelah mencapai garasi, yang terbuka otomatis.

       Sekarang sudah memasuki awal musim dingin dan kering karena angin bertiup berasal dari Siberia. Jika tidak segera masuk ke dalam rumah. Kemungkinan kulitnya akan menjadi pusat kebiruan karena kedinginan.

       Ini pertama kali setelah selama empat bulan ia berkeliling ke beberapa negara untuk kegiatan konser dan jadwal kesibukan lainnya. Selama itu juga dirinya tidak bertemu dengan sang istri. Komunikasi mereka sangat terbatas. Wilayah keberadaan Rose bukan tempat penuh gemerlap dan kemudahan dalam berkomunikasi melalui media elektronik atau sejenisnya karena Rose berada di negara-negara dengan ekonomi rendah. Terhitung hanya sebanyak empat email saja yang dia terima dari sang istri.

      Taehyung keluar dari mobil, mengeratkan apa yang dia kenakan. Dua orang maid menyambut kedatangannya. Berjalan mengekor di belakang. Pria ini memberikan mantel dan melepas kedua sarung tangan kulit yang  digunakan pada salah satu maid, angin dari langkahnya menggerakkan kobaran nyala api dari alat pemanas yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Aroma wangi kayu kenari sampai dalam indera penciuman.

      "Tuan." Sela seorang wanita yang berusia sekitar tiga puluh tahun, mulutnya bersiap mengatakan sesuatu.

       "Tolong nanti saja. Aku lelah." Taehyung memotong perkataan wanita itu, dan memilih pergi. "Jangan ada yang mengganggu saat aku beristirahat." Taehyung menambahkan.

Ada yang membuat langkahnya berhenti. Keadaan dingin di bawah celah pintu kamar menyentuh sepatunya. Memandang sepintas pada pintu lain.

'Semoga kau baik-baik saja di luar sana.'

      Taehyung masuk ke dalam kamar, bergerak menyalakan sendiri perapian. Mengambil jubah tidur dari lemari. Mengenakan dengan tergesa-gesa, langkahnya berat dan lelah. Melirik sebentar pada satu pintu penghubung, bentuknya tidak kentara seperti pintu karena dilapisi oleh rak buku.

        Mengecek pintu penghubung kamar, sedikit terkejut karena pintunya masih berfungsi dengan baik, tetapi mengapa perapian di kamar Rose menyala, sedangkan yang ia ketahui jika istrinya tidak ada di rumah.

Taehyung mencoba memeriksa ke kamar Rose, hingga duduk di tepi ranjang. Aroma kuat dari bunga mawar segar, tercium dari segala sudut kamar.

      Matanya semakin berat untuk dibuka, keinginan awal untuk sekedar mengecek pintu, sekarang sudah tidak berlaku. Pria ini tak menyadari jika merebahkan dirinya di atas ranjang, meningkatkan rasa kantuk. Dia terlelap. 

Seorang maid lebih tua di banding dua maid sebelumnya berbincang santai dengan Rose. Mereka baru saja kembali dari ruang minum teh, yang terletak di ujung lorong. Dari sana bisa melihat keadaan taman yang berada di belakang rumah.

       Roseanne mendongak karena tiba-tiba seseorang berhenti di depannya. Laki-laki berjanggut cukup tebal berwarna putih. Rambut di atas kepalanya sudah tidak banyak, dengan warna yang sama.

      "Tuan Kim baru saja pulang, nyonya. Beliau ada di dalam kamarnya."

      "Suamiku?" tanya Rose memastikan.

Pelayang tersebut mengangguk. "Kalian semua bisa istirahat. Jika Jack memerlukan sesuatu biar aku yang membantunya." Titah Rose.

Dan untuknya, melanjutkan langkah dengan tujuan pergi ke kamar, baru membuka daun pintu, seseorang tengah tidur lelap di atas ranjangnya. Masih dengan mengenakan sepatu.

Cepat-cepat membetulkan posisi tubuh Taehyung agar tubuh suakinya tidak kaku dan sakit. Membantu melepaskan kedua sepatu juga kaus kakinya.

Usahanya untuk menarik selimut di bawah kaki suaminya, mengakibatkan Taehyung terbangun, dengan raut wajah seperti melihat makhluk dari dimensi lain.

      Mendapati seorang wanita berdiri mengenakan gaun tidur sutra putih dengan renda ruffle. Rose juga ikut terjerembab karena terkejut, sempoyongan hampir terjatuh ke menimpa tubuhnya. Pria itu merapikan jubah tidur dan menyugar rambutnya yang tidak beraturan. Menatap kaku pada Rose.

      "Aku akan kembali ke kamarku. Maaf tertidur disini dan membuat berantakan tempat tidurmu. Tidak ada yang memberitahu jika kau—" Taehyung memotong kalimatnya sendiri. Ia melarang maid ketika akan mengatakan sesuatu. Ternyata para maid ingin memberitahu jika istirnya ada di rumah.

'Ah, iya benar.'

Pria ini berjalan memunggungi. Langkahnya semakin dekat dengan pintu penghubung.

      "Maaf aku belum bisa memenuhi kewajibanku sebagai seorang istrimu Taehyung-ah." Sela Rose saat suaminya akan menyentuh pegangan pintu.

Pria itu memutar lagi tubuhnya, salah satu alisnya bergerak lebih tinggi dari satunya.

      "Kewajiban, maksudmu?"

Rose memalingkan wajahnya menghindari atensi dari suaminya.

      "Uhm...melakukan hubungan seperti suami istri biasa lakukan."

       Taehyung membuka mulutnya, dia mengangguk singkat baru mengerti. "Tidak usah terbebani. Aku menyetujui pernikahan kita, tidak karena ingin mendapat keuntungan dengan kegiatan yang kau sebutkan."

       Rose menutup kelopak matanya. Seharusnya pembicaraan ini biasa setelah menikah. Tetapi tidak untuknya dan Taehyung. Poros wajahnya kembali menatap pria di ujung sana, yang ternyata sudah berhadapan di depannya.

      "Aku yakin kau juga mendengar suara jantungmu sendiri. Padahal masih berhadap-hadapan saja. Dalam kondisi kita belum melakukan apapun."

        Mulut Rose terkatup sempurna. Tidak bisa berkata apa-apa. Memang benar, dirinya ketakutan. Selama ini hanya laki-laki dalam keluarganya, dan Yuma yang bisa masuk ke dalam kamarnya.

     "Apa—kau tidak tersiksa karena tidak melakukannya, aku benar-benar minta maaf."

Senyum simpul, semakin mempertegas garis wajah tampan yang Taehyung miliki. "Melakukannya hanya jika keduanya saling mencintai. Aku memiliki seorang ibu, aku menyayanginya. Seperti itulah aku memperlakukanmu. Wanita bukan menjadi simbol pemuas nafsu semata." Taehyung menunduk, memegang kepala istrinya, mengecup singkat kening Rose. "Selamat malam Chaeyoung-ah." Ia melangkah pergi kembali ke kamarnya.

Rozellezwart [Tae x Rosé] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang