Taehyung sudah mengganti pakaiannya, setelah menghabiskan dua puluh menit untuk menyegarkan diri. Menghitung kembali waktu yang digunakan istrinya. 'Apakah harus memerlukan waktu lama hanya untuk sekedar mengenakan benda itu' gumamnya dalam hati. Telapak tangan kiri bertumpu di pinggang sedangkan satunya lagi memutar-mutar wine yang tersisa setengah di dalam gelas. Meletakkan cepat minumannya di atas meja kerja. Bergegas berjalan menembus pintu penghubung ingin mengetahui mengapa istrinya begitu lama di dalam sana.
Tidak perlu bersusah payah mencari, seseorang berdiri dengan rambut yang tergerai menutupi seluruh leher hingga menutupi setengah punggungnya. Rose sudah tidak mengenakan gaun tidur, sekarang penampilannya berubah menjadi seperti penguin mengenakan syal rajut bulu domba terbungkus rapi melilit leher, Mengenakan pakaian tebal, hangat tak berpotongan dari kaki ke leher.
Seperti ini membuat Taehyung menahan senyumnya. Walaupun telapak tangan menyembunyikan sebagian wajahnya. Gurat senyuman itu masih bisa terlihat. Menyandarkan siku dibadan pintu memperhatikan gerak gerik wanita di ujung sana yang berjalan mondar-mandir. Marah-marah berbicara dengan seseorang dengan ponselnya. Nadanya terdengar frustasi. Tetapi dapat dipastikan jika seseorang diujung sambungan familiar dengan istrinya. Rose menurunkan ponselnya sejajar dengan tegak tubuhnya, masih tidak melepaskan kejengkelan dari wajahnya. Berbalik arah, mendapat sapaan dari Taehyung. Wanita itu melangkah acuh tidak memberikan respon.
"Pakaiannya bagus."
Kedua sorot tajam mata Rose menyinari mata Taehyung sepersekian detik. "Jangan berkomentar Jack."
Mengekor tak jauh dari langkah yang dibuat istrinya, "Tadi siapa?"
"Siapa lagi, sahabatmu. Aku yakin ini ulahnya yang membuat nenek kemari."
"Berhentilah bertengkar dengan hyung." Sindir Taehyung.
Rose menatap sinis, mengibaskan syal, sengaja mengenai wajah Taehyung yang mengaduh.
Keduanya keluar bersama dari pintu kamar Taehyung. Anehnya di depan lorong, kosong tak ada siapapun. Biasanya ada seorang maid. Atau ada saja yang melintas. Mereka berdua saling melempar pandang. Ada sesuatu yang tiba-tiba muncul dari dalam benak Taehyung, dia menunjukkan obat pereda nyeri pada luka memar. Itu yang dapat Rose tangkap dari sampulnya.
"Hidungmu masih sakit. Kita bisa pergi ke rumah sakit untuk periksa."
Secara spontan Rose menggerakkan hidungnya ke atas, kebawah, ke samping kiri dan kanan. Lalu berhenti, "Aku baru sadar jika tidak bisa mencium aroma apapun, karena yang kurasakan hanyalah sakit. Sepertinya saraf ototku terluka."
Taehyung tertawa kecil dan mengangguk, tangannya mengambil sedikit isi, cairan gel berwarna bening, berhati-hati mengoleskan perlahan pada tulang hidung istrinya. Meniup-niupkan agar cairannya meresap. Dia mengecup singkat pipi Rose "Maaf dan semoga lekas sembuh."
"Semoga." Ulang Rose disertai terkesiap memegang pipinya yang mengembang.
Mereka kembali melanjutkan menelisik keberadaan penghuni rumah, kemunculan tiba-tiba madam Park dengan berdecak kesal menatap pada keduanya.
"Apakah kurang kegiatan kalian di dalam kamar. Sampai harus melakukannya juga di depan lorong."
Rose mengernyit, Taehyung tiba-tiba batuk tanpa sebab.
"Ah sudahlah. Hari ini semuanya bersikap aneh." Rose bergelanyut dilengan Taehyung, membawa agar suaminya berjalan lebih cepat, "Jangan dipikirkan. Nenek memang selalu begitu. Mungkin karena dia terbiasa bertengkar dengan kedua kakakku. Sehingga mengatakan yang bukan-bukan." Mengekor sesuai dengan arah pergi nenek.
Kegiatan sarapan diisi dengan suasana tenang, nenek tidak berbicara apapun, juga tidak melontarkan pertanyaan. Pembicaraan dilakukan oleh mereka berdua (Taehyung dan Rose). Natural tanpa di buat-buat. Taehyung menceritakan hal konyol yang terjadi ketika pria itu melaksanakan tur dunia. Begitu pula dengan Rose, wanita ini sangat antusias tidak berhenti tersenyum sekalipun itu hanya sebuah hal yang sifatnya sederhana. Kumpulan fotonya bersama anak-anak saat kegiatan sosial ditunjukkan pada Taehyung. Memperkenalkan nama msing-masing anak kecil dalam foto kepada suaminya. Menyenangkan ketika mendengar Taehyung selalu salah mengeja nama beberapa anak.
Madam Park memperhatikan dua orang di sekitarnya. Cucunya tidak pernah seperti ini, ketika acara makan bersama dengan kedua kakaknya atau ayahnya atau dengannya. Rose selalu diam. Menyelesaikan tanpa berbicara kemudian pergi. Senyum hangat menguasai kedua sudut bibirnya yang sudah mulai menua. Mengusapkan napkin pada sisa-sisa makanan di sekitar mulut. "Tidak usah mengantarku ke depan. Eira ikut bersamaku. Aku tidak ada teman jika dia juga kau tahan disini."
Pembicaran berakhir, memundurkan tubuhnya dari kursi. Rose berlari seperti anak kecil memeluk neneknya. "Bukannya akan menginap. Kenapa nenek pulang?"
Wanita paruh baya ini memperbaiki pakaiannya agar rapi. "Siapa yang mengatakannya ? Hyungsik ya ? ckck..Dia begitu agar aku tidak mengawasinya—Taehyungie." Nenek tersenyum kepada Taehyung memanggil pria itu agar mendekat kepadanya. Setelahnya memeluk keduanya dan menepuk-nepuk punggung mereka dengan kasih sayang. "Jaga kesehatan. Cuaca sedang tidak bersahabat. Jangan sungkan padaku. Aku juga nenekmu setelah kau menerima anak nakal ini sebagai istrimu."
Mungkin ini yang dikatakan ketika sebagian hidupmu dipenuhi oleh luka. Akan ada dimana seseorang yang membuatnya sembuh, membuatmu tersenyum dan membuatmu bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rozellezwart [Tae x Rosé] [END]
Fanfiction[C O M P L E T E D] Perfect in imperfections. Women, like one word that is usually called side by side with Man. Women symbol of beauty, as well as symbols of weakness. But, helping others doesn't require whether you should be a woman or a man. Bec...