6

4K 552 35
                                    

10.00 am
Senin, 15 Januari 2018 (GMT+9)
Waktu di Korea Selatan.

        Wanita bersurai panjang tersebut membuat kegaduhan semenjak dirinya tiba di negara ini. Semua pemangku kepentingan tinggi yang menjadi bagian dari perusahaan utama dan cabang. Beberapa dari mereka sudah menghadap padanya. Data terbaru pun sudah keluar pagi ini juga semua berdasarkan perintah darinya, jika ada yang belum ia baca. Maka wajib dicetak atau dikirim berupa softcopy detik ini juga.

       Pucat pasi, itulah gambaran yang terlihat pada beberapa orang setelah menemui wanita tersebut.

      "Dia siapa? kenapa berani mengambil keputusan besar seperti ini."

      "Aku tidak tahu."

      "Putri Tuan Hye Jin. Anak terakhir dari keluarga Park."

      "Anak tuan Hye Jin hanya dua, tuan Hyungsik dan tuan Chanyeol. Wanita itu siapa?"

       Pembicaraan lirih ini tetap mengundang perhatian, seorang lelaki berjalan dengan santai pada sekumpulan suara yang terlalu mengganggu.

       Nona Roseanne. Anak ketiga dari tuan Hye Jin. Kalian tidak akan menemukan identitas pribadinya, karena itu bukan urusan kalian. Jika tidak ingin berakhir tragis—diberhentikan secara sepihak. Sebaiknya kembali pada pekerjaan masing-masing. Gaji dibayarkan sesuai dengan bagaimana kinerja kita dalam bekerja."

      Semua bergerak sepeti robot, meninggalkan keheningan di balik tubuh mereka.

      Pria yang mengenakan suit rapi berwarna navy sudah tiba terlebih dahulu, mimik ekspresi yang tergambar dari wajahnya jelas sangat tidak menyukai akan hal ini. Murka...

      Semua pegawai yang berada di lobi lantai dasar menghentikan langkah mereka saat mengetahui jika Hyungsik tiba. Semua yang berada di dalam lift, lebih memilih menghamburkan diri keluar di banding harus satu lift dengan pria ini yang terkenal arogan dan frontal.

      Lalu tubuh pria ini lenyap bersama pintu lift yang tertutup.

      Chanyeol tiba setelah Hyungsik dengan wajah gusar, penampilannya di pagi ini sangat jauh dari kata rapi. Kedua lengan kemeja panjang miliknya sudah ia gulung hingga siku. Padahal ini masih pagi.

      Ketakutan pertama belum berakhir, harus bertambah dengan ketakutan kedua. Sekarang semua pegawai menerima ketakutan sebanyak tiga kali dalam satu waktu.

     "Kurasa akan terjadi perang dunia ketiga."

      "Ayo pergi, cepat kembali ke ruangan. Jantung ku sejak tadi rasanya mau meledak. Liat saja kedua tanganku gemetaran." Dua orang wanita ini berlarian menuju tangga darurat.

      Yuma mendapat tugas dari Rose untuk berjaga di luar ruang kerjanya. Sedangkan Eira bersama dirinya di dalam ruangan dengan penyusunan beberapa hal mulai dari materi, aturan baru, dan konsekuensi dari hasil kinerja, pengurangan dana tidak penting yang harus di pangkas.

      Hyungsik tidak menghiraukan Yuma yang menyapa dirinya. Ia mendorong pintu ruangan dengan keras dan tidak sabaran, hembusan angin yang berasal dari luar ruangan dapat terdengar oleh Rose.

      Wanita itu menutup lembaran di atas mejanya dengan kedua lengannya. Tersenyum kearah pria di depannya.

      Langkah kedua yang berasal dari luar ruangan sama cepatnya seperti langkah Hyungsik.

      Chanyeol masuk wajahnya ketakutan tersulut sedikit emosi.

      Eira mengerti saat Rose memberikan perintah melalui sorot mata, wanita itu segera pergi dari ruangan.

      "Apa maksudmu?" Hyungsik melempar beberapa kertas penting yang ia dapatkan pagi tadi di kantornya, di atas meja kerja Rose.

      "Bukannya kau di Baltimore. Kenapa tiba-tiba sudah disini?" Chanyeol mempertanyakan keberadaan adiknya dengan sarkas.

Rose tersenyum, dengan senyum dingin dan mengerikan.

     "Kalian tidak pandai berbasa-basi ya..." jari jemari Rose mengetuk meja kaca tebal dan transparan di depannya.

      Hyungsik menatap langit-langit ruangan dengan nafas berat, Ia menekan sudut dahinya dengan jari telunjuk seraya kembali membalas tatapan Rose padanya.

      "Apa hak yang kau miliki, sehingga berani memecat pegawai dan orang kepercayaanku ROSEANNE PARK !!!"

Chanyeol mengambil beberapa langkah ke depan untuk melihat data yang  Hyungsik lempar.

      "Wah, kau juga menutup beberapa industri yang beroperasi." Tambah Chanyeol setelah melihat isinya.

Rose menunjukkan ponselnya, menyalakan rekaman suara pembicaraan antara dirinya dan sang ayah.

      "Jika kau tidak pergi, semua aset kepemilikan akan berganti atas namamu."

Chanyeol maupun Hyungsik mengurangi wajah kaku mereka mendengarkan dengan seksama suara siapa di dalam rekaman tersebut.

       "Keakuratan seratus persen suara seseorang yang sudah pasti kalian berdua kenal. Pertama: ini bukan keputusanku, kedua: aku tidak tertarik dengan semua ini, kekayaan ayah. Ketiga: aku tidak bodoh dengan semua permasalahan yang sebenarnya terjadi." Rose melempar balik data-data miliknya. Di hadapan kedua pria lawan bicaranya.

Hyungsik mengambil agar lebih jelas, dan memberikan sebagian untuk Chanyeol.

      "Apa kontribusi mereka? Para pemalas. Dan penikmat uang gelap. Ini bukan satu dua kali. Sudah hampir tiga tahun. Aku membuat kalkulasi kerugian yang terjadi selama ini. Laporan Ekualisasi anggaran hancur. APA-APAAN."

Rose kembali melempar data yang baru untuk industri yang tidak di kontrol dengan benar. Mengeluarkan dana yang besar tak sebanding dengan pendapatan.

       "Kalian tidak menghiraukan masalah kecil, yang sebenarnya adalah sumber masalah besar untuk perusahaan. Tidak mungkin kalian tidak mengetahui semuanya. Aku tidak bodoh."

       Rose berjalan mengambil sebuah gelas kristal dengan ukiran indah yang terdapat di dalam kabinet kaca ruangan.

      "Berhenti tidak perduli seperti bukan urusan kalian. Jika ingin seperti itu, silahkan ganti marga dan pergi, satu lagi...jika ingin menghancurkan sesuatu. SILAHKAN SAJA SEMUANYA. Tapi tidak untuk apa yang AYAH BANGUN, KELOLA, dan KEMBANGKAN." Wanita ini menjatuhkan gelas ini lurus ke bawah senada dengan tegap tubuhnya.

      Gelas itu hancur berserakan di samping kaki Chanyeol yang sangat panik.

Chanyeol tersentak, Hyungsik mengerjapkan kedua kelopak matanya terkejut.

      Yuma dan Eira masuk ke dalam ruangan begitu saja, wajah keduanya panik saat indera dengar mereka menangkap suara keras benda yang jatuh di lantai di dalam ruangan Rose.

      "Apa yang sudah di hancurkan, tidak akan kembali begitu saja." Rose mengucapkan kalimat terakhir dan kembali duduk dengan tenang. Ia menyunggingkan senyum pada kedua saudaranya.

Rozellezwart [Tae x Rosé] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang