15

2.7K 373 1
                                    

      Menjalani aktifitas hari kemarin, ternyata menyebabkan dirinya baru bisa tidur diatas pukul empat dini hari, semalam ia meminjam salah satu perangkat elektronik Macbook milik Hyungsik untuk memeriksa laporan dana perusahaan. Memang benar tubuhnya di tempat ini, tetapi sebagian pikiran dan hatinya ada di tempat lain. Sulit membiasakan diri untuk meninggalkan sementara atau sebentar tanggung jawab pekerjaannya.

      Wanita itu membuka mata kembali setelah hampir pukul sembilan pagi. Kemudian bangkit dari tempat tidur sesingkat mungkin dan membersihkan diri. Tidur menguras satu per empat energinya. Sekarang mendadak perutnya menjadi lapar.

      Hari ini dia sudah berjanji hanya akan berada di mansion saja. Tidak ada niat untuk pergi kemanapun. Tidak ada berpergian. Titik.

       Setelah hampir tiga puluh menit diam di dalam kamarnya, ia pergi dari sana. Satu tempat yang pasti ingin ia tuju adalah dapur. Bagi Rose tempat keberadaan makanan adalah salah satu tempat yang menyenangkan. Wanita ini berbahagia, ia bersenandung ria sampai menemukan keberadaan seseorang di area tersebut.

      "Ku pikir kau pergi berkeliling, baru bangun ya?"

       Rose mengangguk. Ia mendekati keberadaan Seokjin. Hanya ada bahan masakan yang masih mentah tersusun dengan rapi. Belum diolah menjadi hidangan apapun.

       "Aku tidak menyangka. Wow."

Rose mengerutkan dahinya menjadi beberapa lipatan. "Menyangka apa?"

      Seokjin menunjukkan arah panjangnya pada Rose. "Tidak ada tempat untuk memasak, hanya ada benda itu dan itu (seperti perapian, dan tungku).

       "Ini aesthetic." Sahut Rose bersemangat.

       Seokjin memegang pinggangnya sendiri. "Aku bisa menggunakannya, tetapi ini tidak efektif. Harusnya disini ada kompor. Aku juga belum memeriksa karena sejak tiba disini kita selalu membeli makanan di luar. Lalu pulang dalam keadaan lelah."

       Benar yang dikatakan pria ini, Rose mengangkat jari telunjuk dan menggerakkan seperti detik jarum jam. "Selama ada api, tempat apapun untuk memasak tidak masalah. Lagi pula sebelum ada kompor bukannya benda seperti ini untuk memasak. Dan hasil masakan ribuan, ratusan tahun lalu tetap bisa dimakan."

      Kali ini Sekojin melongo mendengarkan seksama. "Kau bisa memasak? aku senang ada wanita yang bisa memasak. Ckck, mengkhawatirkan jika populasinya semakin berkurang."

      "Aku suka makan, jadi aku harus bisa memasak oppa."

       Seokjin melirik Rose dengan kikuk. Kata terakhir sepertinya membuat pria ini terkejut.

      "Kau seumuran dengan Chanyeol oppa bukan. Tidak masalah, jika aku memanggilmu oppa."

      Tertawa dan mengangguk, "Tentu saja. Baiklah ayo kita memasak. Terima kasih sudah membantuku."

       Saking antusiasnya, kedua orang ini menjadi aneh, Rose mengangkat spatula yang ada di atas meja, begitu pula Seokjin yang ikut mengangkat piring.

xxx

      Jungkook memegang satu lembar surat, pada setiap sudut surat terdapat bunga mawar merah hasil ilustrasi si pemilik surat. Bukan itu yang membuat Jungkook terpaku. Melainkan goresan tinta yang ada di dalam guratan kertas ini.

      Saat menemukannya, pria ini tidak mengetahui milik siapa. Tetapi jika dilihat dari letak surat ini berada di depan kamar Rose, ketika pintu kamar wanita tersebut terbuka. Mungkin Rose tidak sengaja menjatuhkan atau angin dari jendela wanita itu yang membuat kertas ini menghilang dari atas meja.

        'Ibu, aku merindukanmu. Seperti apapun aku mencoba bahagia. Tanpa kehadiranmu. Aku tetap seperti seseorang tanpa raga. Ibu, disetiap ketika aku melihat anak-anak bersama ibu mereka, aku menangis...hatiku sakit. Apakah kau tidak bisa kembali disini. Bersama ku, Hyungsik oppa, Chanyeol oppa? Tidak bisa kah ibu kembali? Ibu harusnya melihat bagaimana tingkah laku kedua putra ibu. Mereka seringkali membuat masalah, membuatku susah. Tapi aku menyayangi mereka.

      Jungkook menutup surat itu. Sedikit merasa bersalah karena lancang telah membaca bagaimana isi hati Rose.

      Pria ini menatap arloji yang bertengger di pergelangan tangannya. Memastikan jika sudah bisa pergi berolahraga. Menyimpan surat itu di dalam tas miliknya. Dan meninggalkan dalam dinginnya kamar.

Jungkook pergi...

Saat berdiri di depan pintu kamar seseorang, pria ini berjalan maju mundur. Tidak yakin dengan tindakannya sendiri. Keputusan yang tidak seratus persen.

Hampir satu menit.

      "Coba saja."

Jungkook mengetuk pintu sangat berhati-hati. Beberapa kali, hingga muncul penghuni kamar dari balik pintu.

      "Mau ikut tidak?"

Rose menatap dari ujung kepala hingga kaki. Tidak usah ditanya Jungkook akan pergi kemana. Tidak mungkin ke pantai memakai sepatu. Lebih cocok untuk membuang keringat berolahraga.

Di luar dugaan saat Rose menutup pintu kamarnya. Ternyata dari pakaian dan alas kaki. Apa yang Rose kenakan sama seperti yang Jungkook kenakan.

      "Aku juga tadi ingin pergi. Baiklah kita pergi bersama."

Mereka berdua tertawa setelahnya dengan kebetulan yang cocok.

       "Pertandingan lari bagaimana? siapa yang kalah harus mengabulkan satu keinginan."

       "Setuju." Jawab Rose.

Mereka berjabat tangan sambil terus melangkah.

Rozellezwart [Tae x Rosé] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang