14

2.7K 383 4
                                    

        "Hyuuuuuunngg,"

Jimin histeris saat menemukan Hoseok. Sedangkan Hoseok tampak biasa saja.

        "Kau tidak perlu berteriak, jarak kita hanya beberapa langkah." Jimin juga menyapa Rose, tersenyum hingga menghilangkan kedua sudut matanya.

      "Kebetulan, kau juga ada disini Rosie."

Oke, Hoseok menatap Rose, dan wanita itu menunjuk dirinya sendiri. "Bisa temani sebentar, sepertinya meminta bantuan darimu lebih tepat." Pinta Jimin tiba-tiba.

       "Hyung, kau juga harus ikut." Jimin mengajak serta Hoseok, tetapi Hoseok menggeleng. "Ah, maaf. Aku pergi bersama Yoongi hyung setelah ini. Jimin mengangguk, ia kembali menatap Rose. Berharap sekali Rose bersedia. "Sebentar saja." Jimin kembali meyakinkan.

      "Oh, baiklah." Rose pamit dari Hoseok, ia membawa serta sebuah buku untuk pergi membayar. Jimin mengikuti langkah lawan bicaranya. Mereka keluar dari kios bersama.

      "Bantuan seperti apa?," wanita ini kembali bertanya.

      "Memilih pakaian, seperti yang kau kenakan saat di bandara."

       Rose mengerjap, apakah yang dimaksud Jimin adalah gaun yang Chanyeol berikan padanya. Ia berhenti melangkah, kemudian memberikan tatapan pada pria yang ada di sampingnya, "maksudmu mini dress yang aku gunakan? Sepertinya kau salah mengajak orang. Itu bukan milikku. Tapi pemberian dari Chanyeol oppa. Aku tidak suka mengenakan dress, karena itulah oppa memberikan barang yang biasanya tidak ku gunakan atau miliki. Sebaliknya kau mengajak dia. Ingin aku hubungi oppa untuk mem––."

      Jimin memotong ucapan Rose, merapatkan kedua tangannya di depan dada. "Dengan kau saja. Merepotkan hyung. Aku sungkan, lagi pula bagaimana pun wanita akan lebih mengerti spesifikasinya."

      Rose menatap heran. Tidak begitu yakin bisa membantu sepenuhnya. Tetapi wanita itu menyetujui.

      Jimin mengatakan ada satu toko bagus. Tetapi bukan di sekitar sini. Masih harus berjalan lagi ke utara sekitar lima menit.

      Setelah menapaki langkah pada jalan yang ramai, agaknya ada sedikit perubahan. Pria ini seperti seseorang yang khawatir akan sesuatu.

    "Kau ketakutan?"

Jimin sontak menatap Rose, "sedikit."

Rose mengambil sesuatu dari dalam tas kecil yang ia kenakan. Sebuah kartu identitas pribadi miliknya yang biasa digunakan saat bekerja dan langsung mengalungkan di lehernya.

      "Aku punya dua, satu menggunakan tali, satunya lagi menggunakan penjepit. Anggap saja aku staf yang mengurusmu."

Jimin tertawa melihat tingkah Rose.

      "Kau takut jika nantinya ada pemberitaan yang tidak benar. Aku mengerti sekali."

Jimin menghentikan tawanya. Wajahnya berubah menjadi sendu.

      Setelah itu Rose mengangkat kedua tangannya di udara, ia memberikan keceriaan seperti cuaca hari ini. "Jangan berfikir tentang dirimu—seperti yang orang katakan padamu. Tidak ada yang lebih mengenal dirimu sendiri, selain dirimu sendiri. Hadapi, hadapi dan hadapi. Benar ataupun salah. Jangan jatuh, karena jika kau jatuh. Mereka yang tidak menyukaimu akan senang, tegakkan kepala. Melangkah dengan pasti dan berani Jimin-ssi." Rose tersenyum setelah mengakhiri kalimatnya.

Tetapi Jimin ragu. "Begitu kah. Aku pernah mencobanya. Tapi tidak konsisten"

Bis adikatakan Rose membenarkan, wanita ini memberikan Jimin satu permen crystal berwarna merah muda yang terbungkus rapi dengan kertas tembus pandang. Jimin menerima dengan bingung.

      "Kau masih memiliki kedua orang tua?"

      Kesekian kalinya Jimin kembali mengangguk. "Hidup lah dengan baik untuk semua orang yang mencintaimu. Kuat seperti perhiasan. Semakin di tempa, semakin panjang prosesnya maka akan semakin indah hasilnya. Makan saja permen tadi, setidaknya rasanya akan tetap manis disaat hidup kita sulit."

Pria ini tersenyum, sedikit tertawa dengan telapak tangan menutup sebagian wajahnya.

      "Terima kasih ibu manajer. Ayo." Jimin melepaskan kacamata hitam yang menutup kedua matanya lebih bersemangat.

      "Jangan mengejekku."

Rose berlari mengejar Jimin yang bisa tertawa lepas di depan sana.

Rozellezwart [Tae x Rosé] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang