34

2.3K 287 36
                                    

"Aku harus hidup seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku harus hidup seperti ini...

Bagaimana aku bisa memberitahumu

Bahwa aku mencintaimu."

       Kepekaan Rose berkurang atau dia enggan untuk menaruh kecurigaan, karena sudah setengah perjalanan dalam rute yang salah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


       Kepekaan Rose berkurang atau dia enggan untuk menaruh kecurigaan, karena sudah setengah perjalanan dalam rute yang salah. Masih tidak kunjung menyadari jika ini, adalah hasil perbuatan dan ide suaminya. Salah satu hal yang aneh, sejak memasuki mobil, aroma yang ia temukan bukan wewangian khas mobil pada umumnya. Tetapi dari sumber berbeda. Di tengah malam menjelang dini hari seperti sekarang adalah puncak dimana Rose akan sangat lapar. Jika dirinya ingat, beberapa kali Taehyung lah yang mengirimkan makanan ke penthouse. Sebelumnya ia berfikir Chanyeol atau Hyungsik lah yang melakukan. Sama halnya dengan sekarang ini. Ada beberapa menu kesukaan Rose sudah tersedia di dalam mobil. Bahkan saat ia sudah menghabiskan empat cemilan ringan organik dengan empat rasa yang berbeda, pasta, cheesecake, jus mangga home-made.

       Kedua pria ini secara bergantian mengajukan kembali beberapa pilihan menu makanan lainnya. Tetapi Rose malah tersenyum kikuk menyudahi kegiatan mengisi perutnya. Dirinya menyadari sejak tadi kedua pria itu tersenyum saja memperhatikan dirinya. Lagi pula sekarang anaknya sudah tidak menginginkan apapun untuk dimakan. Bertepatan, rasa kantuk pun muncul, tubuhnya sekarang juga mudah lelah sejak mengandung.

       Setelah menempuh perjalanan selama empat jam lebih. Mereka tiba di Andong pukul tujuh lebih dua puluh lima menit pagi. Rose merasa jika ada sesuatu yang berat dan membuat tubuhnya hangat selain itu aroma parfum Taehyung menyeruak masuk ke dalam indera penciuman. Ia memperkirakan jika salah seorang dari dua orang pria itu yang menyelimuti tubuhnya agar hangat. Membuka kedua matanya bersamaan, saat mesin mobil sudah dimatikan satu menit yang lalu.

      "Selamat pagi nyonya Kim. Kami sengaja menunggu Anda terbangun dengan sendirinya. Kita akan menggunakan perahu pergi ke desa, disini tidak memiliki akses untuk mobil nyonya, hanya jalur pejalan kaki, sepeda, dan yang paling utama adalah kanal jalur perahu." Rose mengangguk paham sambil menguap setelah melihat sekelilingnya keadaan ini sudah menjadi penggambaran nyata seperti apa tempat ini. Menahan rasa kantuk yang tersisa, ia baru menyadari ini bukan rute yang ia tetapkan, tetapi Rose tidak mempermasalahkan nya, mungkin Yuma memiliki tempat pilihan yang lebih baik. Tempat ini tenang, tidak ada kegaduhan atau hiruk pikuk lalu lintas padat, tidak ada bising dari mesin alat transportasi pribadi dan umum, tidak ada gedung-gedung pencakar langit, perahu yang melintas pun tidak menimbulkan suara bising. Rose menurunkan mantel hangat yang menjadi teman selama ia tidur di dalam mobil, ternyata miliknya sendiri bukan mantel Taehyung. Ia pikir milik suaminya karena wewangian yang biasanya Taehyung gunakan.

'Ah, halusinasi rupanya.'

Lokasi ini benar-benar sesuai dengan keinginannya.

       "Sepertinya kau dan ibu sama-sama menyukai desa ini, ingat ya...jangan berulah dengan meminta ayahmu datang kemari. Kau serign melakukannya akhir-akhir ini." Rose mengusap perutnya, seperti yang biasa ia lakukan mengajak anaknya bicara.

Kabut dingin menggantung di udara dan sebagian besar penduduk mungkin masih terlelap.

       Memang belum pernah kemari sebelumnya, tetapi ia mengetahui bahwa kanal dan danau di sini adalah hasil dari pemotongan tanah gambut, material yang secara tradisional digunakan untuk memanaskan rumah-rumah di daerah ini selama ratusan tahun.

       Mereka bertiga naik ke perahu yang baru saja tiba menjemput untuk menuju rumah yang akan menjadi tempat tinggal sementara bagi Rose dan anaknya.

       Ada beberapa jembatan kecil bercat cokelat dan putih, melewati beberapa peternakan beratap jerami dan sebuah danau yang disebut molengat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


       Ada beberapa jembatan kecil bercat cokelat dan putih, melewati beberapa peternakan beratap jerami dan sebuah danau yang disebut molengat. Warna biji-bijian di ladang, pohon birch, dan air dengan alang-alang memancar indah dalam cahaya pagi.

       Setelah sepuluh menit menikmati suara air kanal di bawah perahu dengan pemandangan hijau serta bermacam-macam bunga yang terdapat di setiap rumah-rumah sederhana di pinggir kanal. Akhirnya Rose tiba di kediaman yang akan ia tinggali untuk sementara.

       "Ini kunci rumahnya nyonya, sore hari kami sudah harus kembali ke Seoul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

       "Ini kunci rumahnya nyonya, sore hari kami sudah harus kembali ke Seoul. Disini Tuan Ki—maksud saya, Yuma sudah menyediakan dua orang lagi yang akan menemani dan membantu Anda. Seorang wanita dan anak laki-laki nya."

       "Baiklah, terima kasih, tolong sampaikan pesanku pada Yuma agar jangan menghubungi ku untuk sementara. Ah...tidak, tidak. Biar aku sendiri yang akan mengatakan langsung padanya," Rose menekan panggilan untuk Yuma dari panggilan keluar di ponselnya, karena kemarin hanya ada satu nomor yaitu nomor ponsel Yuma saja yang tertera disana. Menunggu dengan sabar, sambil memainkan kakinya di atas rerumputan basah karena embun di pagi hari.

       "Halo sayang. Ada apa istriku." Suara Taehyung seperti bergumam serak dan berat hampir-hampir tidak jelas diantara kesadaran yang terbagi dengan rasa kantuknya, baru satu jam yang lalu ia terlelap. Rose membulatkan sempurna kedua matanya setelah mendengar suara di ujung sambungan. Ia melihat kembali nomor ponsel yang terhubung. Terburu-buru, sekaligus panik dalam satu waktu kemudian cepat-cepat. Mengakhiri panggilan. Melemparkan begitu saja ponselnya di atas rumput.

       "Aku tidak memerlukan ponsel. Simpan saja, terserah ingin kalian buang atau untuk kalian berdua."

Berjalan cepat untuk menghindari tatapan heran dua orang pria itu juga sebagai alasan untuk menghilangkan rasa malu yang sudah terlanjur ia buat sendiri.

'Tadi itu Jack...aku menghubungi Jack. Sepertinya aku halusinasi lagi, kemarin aku tidak ada menghubunginya ? aku yakin sudah memilih nomor Yuma, kenapa ada nomornya di panggilan keluar ? Sejak kapan huruf Y berubah menjadi J...aaaarrrghh astaga.'

Rozellezwart [Tae x Rosé] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang