28

2.7K 305 22
                                    

       Taehyung marah, turun dari tempat tidur, pergi ke dalam kamar mandi memungut semua pakaiannya yang basah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

       Taehyung marah, turun dari tempat tidur, pergi ke dalam kamar mandi memungut semua pakaiannya yang basah. Tidak menghiraukan istrinya yang berusaha mengajak bicara.

Di sisi berbeda, Rose ikut turun dari tempat tidur, berdiri perlahan, sambil berpegangan pada salah satu tiang kanopi tempat tidur. Sakit tubuh bagian bawah tidak bisa diajak kompromi.

       "Aku serius mengatakan, jika kita harus bicara." Sungut Rose dari jauh.

       Taehyung masih dengan langkah yang sama, seolah-olah sedang sibuk, ia pakaian basah menjadi satu dengan tumpukan pakaian kotor lainnya ke kamarnya sendiri. Mengenakan pakaian bersih lengkap yang diambil dari lemari. Setelah semuanya selesai, niatnya memang untuk kembali ke kamar istrinya. Tepat di depan pintu penghubung, raut wajah berubah lagi, begitu juga dengan kedua langkah kakinya mengambil langkah lebar. Kecemasannya bertambah berkali-kali lipat saat menemukan istrinya yang tergeletak tidak sadarkan diri.

       "Chaeyoung-ah. Chaeyoung-ah. Ya Tuhan."

Keadaan tempat tidur Rose yang lembab dan kotor menyebabkan Taehyung mau tidak mau, memindahkan tubuh istrinya ke kamarnya. Ia merebahkan tubuh yang terkulai lemas itu dengan hati-hati. Menarik selimut sampai ke leher, agar bisa membuat hangat seluruh kulit tubuh wanita itu.

'Apa yang telah kau lakukan Kim Taehyung.'

       Bagaimana caranya menghentikan waktu supaya kejadian tersebut tidak terjadi. Taehyung memukul udara kosong di sekitar tubuhnya bertubi-tubi. Saat keluar kamar, membuat kegaduhan. Hampir semua pelayan berlarian menghampirinya.

"Maid perempuan saja yang masuk ke dalam. SEKARANG." Titah Taehyung mendadak membuat panik semua penghuni rumah untuk mengurus semuanya mulai dari membantu istrinya berpakaian, membereskan kamar istrinya, menyiapkan obat dan makanan.

       "Aku menunggu di galeri. Temui saja, jika sudah selesai." Titah Taehyung.

       "Baik tuan." Sahut semua orang bersamaan, segera mengerjakan apa yang Taehyung perintahkan.

❇❇❇

Empat minggu berjalan...

       Ruang olahraga di kediaman utama keluarga Park berwarna hitam dan putih krom, dengan alat-alat Nautilus lengkap, angkat beban bebas, peralatan aerobik, serta bar sari buah. Chanyeol hampir selesai dengan latihannya selanjutnya menyejukkan diri, ketika menyadari bahwa ternyata tidak sendirian di ruangan itu. Adik perempuannya baru saja tiba, wajahnya lebih bersinar dari hari-hari biasanya, memakai gaun panjang longgar menyentuh mata kaki. Dengan heels hitam setinggi lima senti, bertali melingkari pergelangan kakinya. Membuat tinggi badan semakin jenjang.

      Nuansa alam menyegarkan mengitarinya, gaun itu berwarna hijau muda dengan motif floral pada setiap kainnya, ujung melingkar gaun bergerak cantik seiring dengan pergerakan langkah kaki. Chanyeol memegang handuk yang membalut lehernya, memperhatikan sang adik yang berjalan ke arahnya.

      "Sepertinya kau membuang semua pakaian lamamu..."

      "Mengenakan ini aku bisa leluasa melangkah. Lihatlah oppa." Menujukkan dengan gerakan berputar-putar pendek disekitar tempatnya berdiri.

Bukan pada warna, tetapi pemilihan pakaian, Chanyeol sangat mengenal adik perempuannya. Rose tidak menyukai jika berpergian mengenakan mini dress atau long dress. Wanita itu lebih menyukai mengenakan celana panjang dengan berbagai macam bahan. Asalkan sederhana, nyaman, simple saat dikenakan. Segala sesuatu yang tidak menyulitkannya.

       "Sebaiknya kau menjual penthousemu dan pindah kemari Rosie."

       "Oppa, aku akan mampir sebentar ke kantor." Rose berusaha mengalihkan pembicaraan. Sangat kentara dia menghindari topik yang Chanyeol berikan.

       Putera pertama keluarga Park datang bersama Eira. Bunyi-bunyi bising dari langkah sepatu jenis oxford bergema. Kondisi Eira mengatakan kalimat-kalimat lirih pada Hyungsik yang hanya bisa didengar oleh mereka berdua. Tidak sabaran berhenti dan menghalangi jalan yang berada di depan tubuh adik perempuannya.

       "Tenang, tenang, tenang. Kau akan meninggal muda Hyungsik jika selalu marah-marah." Sebisa mungkin menghembuskan nafas dengan gerakan tangan di depan tubuh sambil memejamkan kedua kelopak mata.

       "Tidak sulit jika ingin mengadakan pengumuman di publik, kau tidak pernah memiliki citra buruk sepanjang kehidupanmu. Pikirkan kembali. Masih ada pilihan alternatif selain ini."

        Rose mengerjap bingung. Chanyeol maju beberapa langkah, mengambil sesuatu yang berada di tangan saudaranya. Tidak perlu bertanya apa ini, ketahui sendiri akan lebih baik.

      "Pengacara Taehyung yang memberikannya. Katanya Mr. Kim tidak bisa memberikan secara langsung. Entah itu alasan sebenarnya, atau sengaja agar tidak bertemu denganku." Atensi Hyung Sik mengikuti pergerakan Chanyeol.

       "Chaeng, apa kau yakin? pernikahanmu bukan seperti program acara pernikahan virtual yang ada di televisi. Hukum pernikahan itu sakral. Aku tahu kita sudah membahasnya. Tapi ku harap kau bisa mengambil keputusan dengan benar kali ini." Chanyeol menunjukkan tanda tangan milik Taehyung pada Rose. Jika begini pihak penggugat a.k.a Taehyung yang membuka sidang perceraian.

        Tidak ingin melihat lebih lama pada bagian itu, Rose merebut berkas dari tangan Chanyeol. "Bukankah kalian semua yang menginginkan semua ini sejak awal. Pernikahan, pernikahan, pernikahan—karena menjadi perawan tua lebih buruk dibandingkan jika aku menjadi seorang janda seperti sekarang. Itu bahasa sederhananya dari permintaan kalian sebelum aku menikah." Sahutnya berlalu berusaha agar tetap tenang, Eira mengikuti dari belakang dengan was-was.

Rozellezwart [Tae x Rosé] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang