24

2.5K 336 24
                                    

      "Miss."

      "Ah, maaf saya masih belum terbiasa. Walaupun sudah berbulan-bulan." Penuturan Eira memunculkan senyum baru dari wajah Roseanne. Ia sebetulnya tidak mempermasalahkan, tetapi melihat Eira setengah ketakutan karena salah bicara menjadi kesenangan tersendiri.

      "Kau harus terbiasa, aku sudah bersuami." Kali ini keisengannya bertambah ketika mengintip wajah Eira dari balik bulu matanya. Rose mengulum senyuman karena Eira mengangguk tidak berani menegakkan kepala.

      Menutup agenda tertulis, melepaskan pena di atasnya. Dia menengadahkan wajah lurus ke seberang meja dimana keberadaan Eira.

      "Kau tadi bertemu Jack, sebelum masuk ke ruanganku."

Eira menoleh ke kiri dan kanan, tidak mengetahui siapa yang Rose maksud. Memang tidak mengatakannya, tetapi wajahnya menjelaskan semua itu.

Sedangkan Rose mengerutkan dahi, menunggu Eira bersuara.

       "Jack adalah Kim Taehyung." Rose mengeja nama suaminya, barulah Eira paham.

      "Oh, saya tidak bertemu beliau, hanya ada para pelayan saja."

      "Hmmm, aku pikir dia ada di depan."

       "Mau saya panggilkan?," Eira menawarkan bantuan, ia mengangkat tubuhnya. Merapikan pakaian bersiap mengambil langkah. "Tidak, bukan. Jangan. Ah sudahlah. Duduk saja kembali."

       Bagaimana respon yang diberikan nyonya-nya. Sedikit memengaruhi pemikiran, Eira memutar iris mata dengan membiarkan setengah senyuman bersinar dari wajah."Tidak perlu bertanya jika anda merindukan tuan Taehyung. Anda bisa pergi ke kamarnya. Mungkin dia disana."

      Mendengarnya, membuat wajah Rose tertelungkup di atas meja. "Nanti saja. Tidak sopan mengganggunya tidur. Tapi apa Jack sedang di kamarnya ya." Selidik Rose memastikan. Eira menggeleng sambil mengerdikkan bahu.

       Tidak ada sebab yang pasti, suara sumbang tawa Eira mengudara menyentuh saraf pendengaran Rose. Tidak lama wanita ini memicingkan kedua mata.

        "Aku bertanya itu, karena ingin meminta pendapat Jack. Jangan berfikir yang bukan-bukan."

Hening. Mata Eira berkedip-kedip seolah tidak mempercayai begitu saja jawaban yang Rose berikan.

        "Berhenti menggodaku. Itu tidak mempan. Menginap saja disini. Temani aku ya." Pesan Rose sebelum dia pergi, meluruskan tubuh dengan sedikit peregangan.

        "Anda tidak menjelaskan keputusan ketika memilih beliau sejak di Malta. Maaf saya masih membahasnya, walaupun Anda sudah melarang."

         Kalimat itu melambankan langkah Rose, lalu berbalik, menampilkan seyum hangat. "Alasan pertama: Aku tidak akan menikahi seseorang yang menyukaiku, atau mencintaiku. Siapapun orangnya. Tidak akan pernah. Memilih orang baru di luar mereka bertujuh membuatku bekerja dua kali. Aku benci merepotkan diri sendiri. Alasan kedua: Buatlah semuanya menjadi mudah dengan tidak menanyakan pertanyaan yang sama. Biarkan aku dan Tuhan saja yang mengetahui alasan sebenarnya."

Mulut Eira membulat sesuai dengan reaksi yang tampak nyata dari wajahnya. Langkahnya tidak teratur, masih setia mengekor berusaha membujuk Rose agar mau bercerita. "Maksud Anda?"

        "Aku tidak akan mengatakan, setelah kau menipuku Eira. Jangan berpura-pura lupa pada kejadian yang menyebalkan di Malta. Tidak menutup kemungkinan akan terjadi hal yang serupa."

Eira menggaruk dahi, dia meringis dengan picingan mata Rose padanya.

        "Nyonya." Satu suara lain menginterupsi pembicaraan kedua wanita yang sedang dalam masa perdebatan. Mereka sama-sama menoleh pada seorang pelayan laki-laki yang memberi senyum juga salam.

Rozellezwart [Tae x Rosé] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang