Yuma merapikan setelan kerjanya dan menghampiri Rose.
"Miss."
"Ada apa?" Seketika hal yang buruk terpikirkan menumpuk di dalam pikirannya terkait keberadaan Yuma tiba-tiba.
Sebaliknya Yuma malah tersenyum.
"Maaf, atas kalimat yang akan saya katakan."
"Straight to the point Yuma. Apakah terjadi sesuatu dengan Ayah?" Detak jantung Rose berubah tidak seperti sebelumnya.
Pria itu menggeleng, memberikan dua lembar kertas dengan ukuran yang berbeda. Goresan tinta si penulis pun berbeda.
"Saya mengerti Anda sudah bekerja keras selama ini, Anda menyimpan duka anda sendiri. Tetapi sudah saatnya anda harus menjalani kehidupan Anda sendiri, miss."
Rose tidak sabaran ia memotong kalimat selanjutnya yang belum di ucapkan oleh Yuma. "Apa maksudnya? Aku tidak mengerti. Sebenarnya kau berbicara tentang apa?"
"Ada seseorang yang...beliau menitipkan pesan ini untuk Anda."
Rose membuka tergesa-gesa dengan wajah gusar kertas yang Yuma berikan.
Pelan-pelan membaca semuanya. Beralih memindah sorot tajam matanya pada Yuma.
"Sekarang sedang menemui tuan besar."
Kali ini Rose tidak ingin tertipu, Yuma sudah pernah melakukannya. Persekongkolan bersama kedua saudaranya. Mengakibatkan dirinya terjebak di tempat ini.
"Yuma, kau hanya ingin mengerjaiku seperti sebelumnya."
Lawan bicara Rose memegang erat kedua telapak tangan di depan tubuhnya, senyumnya pun tidak kunjung pudar. "Tuan besar ada di hotel bersama Eira dan pemuda yang menyerahkan pesan ini. Saya bisa mempertanggung jawabkan ucapan saya, miss."
Satu tangannya bertumpu pada dinding kamar. Masih dengan keputusan yang sama, tidak akan percaya dengan apa yang Yuma sampaikan.
"Orang itu meminta izin untuk menikahi Anda miss, langsung kepada tuan besar atau tuan Haejin."
"Tolonglah, aku sedang tidak ingin bercanda Yuma."
Yuma menggeleng pelan. Senyumnya menyiratkan sesuatu kebenaran.
Rose memutar kunci dan membuka handle pintu dengan cepat. Bunyinya terdengar dari luar kamar. Dia berlari di koridor. Tidak meminta maaf, atau berbicara saat tubuhnya menyenggol dengan keras siapapun yang berpapasan dengannya.
Namanya yang berkali-kali diteriakkan oleh Hyungsik dan Chanyeol tetapi tidak membuat kedua kakinya berhenti. Rose hanya ingin cepat menemukan keberadaan ayahnya.
'Kenapa kalian semuanya menyusul ku kemari? Bahkan ayah juga.'
Seperti dikejar setan, Yuma menyusul berlari mengekor di belakang tubuh Rose, berusaha menyamakan langkah kakinya. Hyungsik berhenti, Chanyeol memperlambat langkah bersamaan. Tidak melanjutkan pengajaran saat mengetahui sosok tersebut.
"Kapan si kepala plontos tiba. Dia tidak mengabari apapun."
"Jangan bertanya padaku hyung? Aku saja terkejut."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rozellezwart [Tae x Rosé] [END]
Fiksi Penggemar[C O M P L E T E D] Perfect in imperfections. Women, like one word that is usually called side by side with Man. Women symbol of beauty, as well as symbols of weakness. But, helping others doesn't require whether you should be a woman or a man. Bec...