Aku pikir aku telah baik baik saja, setelah ku katakan tempo hari bahwa aku akhirnya bisa tahu cara bersyukur usai kepergiannya.
Aku pikir banyak angka tahun yang semakin besar akan menimbun luka juga menepis rindu.
Namun ternyata tidak, aku masih merindukannya. Aku bahkan tidak menyangka bahwa rindu sesekali menghilang akal sehat ku.
Karena dengan bodohnya aku kadang menunggunya seiring malam menjemput. Berharap pintu diketuk perlahan, "Permisi ada orang dirumah, saya hendak bertemu tuan putri"
Begitulah kiranya yang sering di ucapkan. Lantas aku menghambur membuka pintu.
Kudapati sosok pahlawan hidupku berdiri gagah dibaliknya
Tersenyum menutup lelahnya.
"Bagaimana hari mu?" Katanya,
Karena ia tahu setiap harinya ada hal yang selalu hendak dibagi.
Lalu penghujung malam menjadi saksi semua ceritaku didengarkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Bait Tentang Hidup
PoetryHidup terlalu berwarna untuk diterjemahkan hanya menjadi hitam dan putih, banyak warna lainnya juga termasuk keabu-abuan perasaan. Bait sajak tentang banyak hal, keluarga, pertemanan, cinta, dan kamu juga yang mencoba menjelaskan banyak warna dalam...