Waktu telah mengambil segalanya.
Ia tetap bergulir tak peduli betapa banyak air mata yang mengalir.
Membuat banyak hal dengan cepat menjadi kenangan atau mungkin sebentar sudah terlupakan?.
Mengapa bisa ia begitu berharga tapi juga membuat terlena disaat yang sama,
Sehingga tak sedikit orang menghabiskan dengan percuma.
Tanpa disadari bahwa sebenarnya jika walau satu detik berlalu satu detik sebelumnya tak bisa di ulang.
Hari itu aku duduk di balkon rumah yang usang penuh debu.
Ketika ku tengok kebelakang, sepi menyeruak hanya deting melodi yang mengalir dari ponselku.
Betapa kejam waktu membuatnya semua hal disana menjadi sdemikian berbeda.
Amat jelas sisa sisa kenangan dimana aku pernah duduk dibalkon yang sama dengan keadaan segar membuat angin menghempaskan rambut panjang yang terurai.
Ketika menoleh kebelakang
Senyum hangat menghujam jiwa.
Keceria kebahagiaan dan kebersamaan terpancar jelas.
Tapi kini, semua hanya ada dalam kepalaku. Bayangan akan kehangatan kebersamaan itu hanya menjadi akan terasa dalam ingatan.
Waktu telah yang bekerjasama dengan takdir hidup yang mengakhiri semuanya.
Mungkinkah mereka juga yang mengembalikan semuanya di generasi yang bereda? Entahlah.
Hari itu aku duduk ditaman belakang, sendirian. Tanpa lagi mereka yang mengisi keceriaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Bait Tentang Hidup
PoetryHidup terlalu berwarna untuk diterjemahkan hanya menjadi hitam dan putih, banyak warna lainnya juga termasuk keabu-abuan perasaan. Bait sajak tentang banyak hal, keluarga, pertemanan, cinta, dan kamu juga yang mencoba menjelaskan banyak warna dalam...