Wajah datar yang menjadi andalan hanyalah sebuah benteng pertahanan diri, agar orang lain tak-kan bisa menjangkau ku.
-Adam -
------
Adam akui bahwa gadis itu sangat cantik apalagi dengan wajahnya yang terlihat masih begitu polos dimata Adam.
"Dengar kok kak, Cuma, tadi aku gak salah dengar? Tiga bulan kak? Aku jadi asistent kakak selama 3 bulan?" tanya Zalfa memastikan bahwa ia tidak salah mendengar.
"Kerjaan lo gak susah kok! Cuma ngedit-ngedit doang. Itupun file-file tentang klub basket sama biodata tentang anggota UKM basket Universitas." Terang Adam agar gadis cantik didepannya ini mau menuruti permintaannya.
Adam tau apa yang sedang ia lakukan sekarang adalah memanfaatkan kesalahan seseorang yang tidak disengaja demi kepentingan pribadinya. Terlahir sebagai seorang pewaris dari sebuah perusahaan besar, jika hanya untuk mengganti sebuah lensa camera tentu hanyalah hal yang sepele baginya. Tapi ia tak mungkin juga membiarkan orang semena-mena kepadanya.
"Tapi kak...."
"Lo kan mahasiswi Fakultas Teknik masa segitu aja ngalah! Malu-maluin anak Teknik aja," Adam berusaha menyela omongan Zalfa agar gadis itu tidak mempunyai kesempatan untuk menolak permintaannya. Walau ia tahu caranya sangat kekanak-kanakan karna seakan merendahkan harga diri seseorang, ia tak peduli karna memang tugas yang harus diselesaikannya sudah sangat menumpuk.
Jadi, gadis cantik didepannya adalah satu dari sekian banyak pilihannya untuk menyelesaikan tugasnya.
Sekian banyak? Ya, dengan mengandalkan wajah tampan, kakayaan dan juga ketenarannya sudah pasti puluhan bahkan ratusan mahasiswi di kampusnya ini akan dengan suka rela membantu menyelesaikan semua tugas-tugasnya.
Tapi ia tidak mau, karna semua dari gadis-gadis itu baginya hanyalah sampah tak berguna yang hanya memanfaatkannya untuk membuat mereka menjadi supergirl di kampus.
Berbeda dengan gadis didepannya ini, Adam bisa merasakan bahwa gadis ini berbeda, biasanya gadis-gadis yang diajaknya bicara pasti akan salah tingkah dan tersipu malu dengan sendirinya. Tapi gadis ini, ia bahkan hanya menunjukkan wajah takutnya tanpa rasa kagum sedikit pun akan ketampanan yang ia miliki.
Sebenarnya Adam bisa saja mengalihkan tugas ini seutuhnya pada sekretaris UKM basket, namun karna dalam beberapa bulan ini akan ada beberapa pertandingan besar, jadi sekretaris dan beberapa anggota bidangnya sudah sangat kelebihan pekerjaan. Mau tak mau Adam merasa ini akan menjadi tanggung jawabnya sebagai ketua, menyelesaikan apa yang tidak bisa anggotanya selesaikan.
"Yaudah kak, kapan kita bisa mulai?" Zalfa merasa tidak mempunyai pilihan lain, karna jika ia tidak mengiyakan pilihannya yang satu ini maka ia pasti harus mengganti lensa kamera milik Kak Adam dengan yang baru.
Uang dari mana ia untuk menggantikan lensa camera yang mahal itu? Maklum, Zalfa hanya seorang anak yatim dari keluarga sederhana. Untuk bisa kuliah di kota ini pun karna ia mendapat beasiswa. Bahkan untuk membayar biaya kostnya saja Zalfa harus mengirit uang yang dikirim oleh ibunya.
Bahkan ia harus bekerja paruh waktu untuk mencukupi biaya hidupnya sehari-hari.
***
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 6 sore. Mataharipun sudah kembali ketempat persembunyiannya di ufuk barat. Tapi disini, di sebuah restorant kecil ditengah kota, seorang gadis muda masih saja duduk dengan angan-angan yang sudah melayang tinggi bahkan ia sendiripun tidak tahu apakan angan-angan itu bisa dicapainya atau tidak? Atau apa angan-angan itu masih ada atau sudah menghilang bersamaan dengan kembalinya sang surya ketempat asalnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ADAM (SELESAI)
Teen FictionNote: cerita ini saya tulis saat masih SMP Kecerobohan menjadi awal perkenalannya dengan seorang laki-laki tampan most wanted di kampus tempatnya menuntut ilmu. Klise memang. Laki-laki yang nampak sempurna dari luar namun menyimpan ribuan duka yang...