Chapter 7

1.5K 66 9
                                        

Kalau kamu berfikir hidupmu tak bahagia, maka kamu salah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau kamu berfikir hidupmu tak bahagia, maka kamu salah. Lihatlah dibelakang mu, masih banyak orang yang lebih tak beruntung dari pada kamu.
-Zalfa-

----

Didalam panti asuhan

"Hai Kak Adam."

"Hai." balas Adam canggung sambil melambaikan tangannya kearah anak-anak yang menyapanya setelah ia diperkenalkan oleh Bu Nur. Jujur saat ini cowo itu merasa sangat canggung, karna selama ini ia belum pernah berinteraksi dengan anak kecil secara langsung. Adam bukan tipe orang yang membenci anak-anak, namun dia juga tak memungkiri bahwa anak-anak bukanlah kesukaannya.

Tiba-tiba datanglah Adit dengan gitar berwarna coklat tua yang digenggam erat dengan sebelah tangannya. Dengan senyuman yang seakan tak pernah bosan ia berikan, cowo itu pun berjalan dengan tenang kearah sofa dimana saat ini Adam, Zalfa dan anak-anak panti ini tengah duduk didalam sebuah ruangan.

Pandangan Adam tak bisa lepas dari Adit, mengamati setiap bagian disosok tegap itu hingga Adam menyapukan pandangnya kearah gitar yang dipegang Adit. Ia tahu dan  tidak mungkin lupa akan gitar itu, gitar kesayangan Adit yang merupakan hadiah dari papanya saat ia kelas 2 SMA. Adam ingat betul gitar itu, gitar yang masih sering dipetiknya 5 tahun yang lalu.

"Ada yang mau nyanyi?" Tanya Adit antusias.

Tentu saja teriakan-teriakan tanda setuju yang Adit dapatkan sebagai jawaban atas pertanyaannya.

Adit pun tersenyum senang akan respon yang diterimanya walau sebenarnya memang hal itu sudah diprediksikannya sejak sebelum ia memberikan pertanyaannya. Tak butuh waktu lama untuk Adit mulai melancarkan aksinya. Jreng... bunyi petikan pertama dari gitarnya.

"Balonku ada lima,

Rupa-rupa warnanya,

Merah kuning kelabu......."

Seperti itulah suara nyanyian yang keluar dari bibir tipis Adit. Bukan sebuah lagu yang mellow melainkan sebuah nyanian lagu anak-anak dengan nada abstrak yang mungkin hanya dimengerti oleh Adit, Zalfa dan anak-anak ini.

Adam sendiripun tidak mengerti kemana arah nyanyian ini akan berakhir yang jelas sekarang melihat ekspresi orang-orang disekitarnya yang tertawa kelewat bahagia membuatnya mau tak mau juga ikut tersenyum geli, walau mungkin hanya dirinya disini yang tidak menyanyi dan mengikuti alunan yang semakin lama terdengar semakin abstrak itu.

Entah sudah berapa lagu aneh yang mereka buat sendiri untuk mereka nyanyikan bersama sudah hampir selesai dinanyikan.

Saat akan kembali memetikkan gitar miliknya, ponsel milik Adit berbunyi menandakan ada panggilan masuk untuknya. Buru-buru Adit menghentikan petikan jarinya dari gitar lalu mengeluarkan sebuah benda persegi panjang yang sedari tadi terus berbunyi itu dari saku celananya. Setelah melihat username sang penelpon, Adit pun berpamitan untuk menjawab telpon sebentar.

ADAM (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang