Jangan sakit lagi. Gue khawatir liat Lo begitu.
-Adam-
----Setelah bersusah payah mencari kamar inap Zalfa, akhirnya disinilah Adam berada. Didepan sebuah ruangan inap ruang anggrek yang didepannya bertuliskan nomor ‘292’.
Huh, Hah, Huh, Hah. Bunyi hembusan dan tarikan napas Adam yang bersahutan.
Lelah, tentu itu yang Adam rasakan setelah berlari-lari sekian jauh sedari tadi.
Rasa khawatir rupanya mampu membuatnya melakukan hal-hal yang bahkan sebelumnya belum pernah ia fikirkan.
Setelah menetralkan hembusan napasnya sejenak, Adam kemudian meraih kenop pintu lalu memutarnya kebawah untuk membuka pintu kamar berwarna cokelat muda itu.
Clekk, suara pintu yang terbuka. Adam langsung masuk dengan perlahan, berusaha untuk tidak menghasilkan suara langkah kaki yang terlalu berisik dan dapat membuat orang-orang didalamnya terganggu.
Sebuah ruangan dengan interior bercat putih secara keseluruhan dengan gorden yang berwarna navy blue terpampang jelas dihadapan Adam saat ia berbalik setelah menutup pintu yang menjadi penghubungnya dengan ruangan sederhana ini.
Adam menyadari bahwa didalam ruangan ini hanya ada dua orang wanita, Zalfa yang terlihat tengah terbaring diranjang khusus pasien dan seorang gadis yang mungkin sebaya dengannya yang Adam yakini gadis itu adalah gadis bernama Dira, yang tadi menelponnya.
Gadis itu nampaknya belum sadar akan keberadaannya.
“Assalamu’alaikum,” salam Adam.
Ia berdiri tegap diatas runsport hitam yang membungkus kaki yang sudah ia pakai untuk berlari tadi. Raut wajah Adam saat ini mungkin takkan ada psikolog manapun yang dapat menafsirkannya. Wajah datar dengan pandangan mata yang sudah terisi penuh hanya dengan satu titik.Hal itu jelas membuat sisi coolnya bertambah terlihat dengan jelas.
Dira membalikkan badannya yang sedari tadi hanya menatap kearah sahabatnya yang masih terbaring tak sadarkan diri.
Dari depan pintu, terlihat siluet seorang laki-laki dengan postur tinggi tegap dengan bentuk badan yang tercetak dengan sangat sempurna.
Dira memandang takjub kearah laki-laki yang Dira kenalinya biasa dipanggil Adam, yang merupakan ketua klub basket dikampus, hingga ia harus menelan ludahnya.
Menurut Dira, perempuan yang berhasil mendapatkan hati Adam adalah perempuan yang sangat beruntung. Dira sekarang merasa sedikit iri dengan Zalfa karna setidaknya Zalfa sudah mendapatkan perhatian dari Adam, bahkan seniornya itu mau kesini untuk menemani Zalfa.
Dira jelas mendengar nada khawatir dari laki-laki itu saat ia menelpon tadi. Zalfa gadis yang beruntung.
“Waalaikum salam. Masuk kak.” Jawabnya setelah bisa menguasai dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADAM (SELESAI)
أدب المراهقينNote: cerita ini saya tulis saat masih SMP Kecerobohan menjadi awal perkenalannya dengan seorang laki-laki tampan most wanted di kampus tempatnya menuntut ilmu. Klise memang. Laki-laki yang nampak sempurna dari luar namun menyimpan ribuan duka yang...