Hujan bukan hanya tetesan air. Ia adalah pembawa pesan, dari langit yang belum tersampaikan.
--
----
Semua orang menyalahkan gue, hanya karna mereka belum tahu bagaimana rasanya menjadi gue.
-Adit----
“Hai kak,” sapa Zalfa saat ia baru tiba diparkiran dan menemukan Adam sedang duduk diatas motornya.
Adam yang sadar sapaan itu langsung menoleh kearah samping, tepat dimana Zalfa kini berdiri tegap dengan senyum yang mengembang indah diwajah cantiknya.
Adam ikut tersenyum entah karna apa. Nyaman rasanya berada di samping gadis ini, namun ia tak tahu atas dasar apa rasa nyaman ini muncul setelah sekian lama hatinya terkubur.
“Hai!! Langsung pulang?” Tanya Adam masih dengan senyum merekah yang menambah nilai ketampanan dari wajahnya.
“Ya, mau kemana lagi emangnya?”
“Gak kemana-mana sih, yaudah nih.” Adam menyerahkan sebuah helm untuk Zalfa yang langsung diterimanya dengan tangan terbuka. Zalfa lalu naik keatas sepeda motor yang sudah terlebih dahulu diseimbangkan oleh Adam. Keduanya langsung berangkat.
Diperjalanan Zalfa hanya berpegangan pada bahu Adam karna takut jatuh namun ternyata itu agak menggangggu Adam. Tanpa aba-aba laki-laki jangkung langsung memindahkan tangan Zalfa untuk di letakkan pada pinggangnya.
Zalfa tersentak atas apa yang tiba-tiba Adam lakukan itu namun tak ia permasalahkan, buktinya tangannya saja kini sudah memeluk pinggang Adam dengan sangat erat. Entah karna ia memang nyaman dengan posisi itu atau memamg karna ia takut jatuh dari sepeda motor dengan hanya melaju dengan kecepatan 80 km per jam itu.
Adam tersenyum samar dari balik kaca helmnya yang berwarna gelap. Sejenak memandangi tangan yang melingkar dipinggangnya. Memeluknya dengan sangat erat.
Dalam hati Adam berandai-andai jika gadis dibelakangnya suatu saat akan memeluknya seerat itu, tapi bukan karna sang gadis ketakutan namun karna tak ingin Adam pergi dari sisinya.
Membayangkannya saja sudah membuat Adam melambung jauh. Sesaat kemudian Adam menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha mengusir jauh andai-andai yang terus berandai di kepalanya. Jauh sejauh-jauhnya hingga andai-andai itu tak dapat kembali lagi. Adam terlalu takut untuk kemungkinan terburuk bahwa semua itu takkan dapat terwujud.
Negative thingker, itulah Adam.
Baru sekitar setengah perjalanan, tanpa aba-aba turunlah hujan dengan sangat deras. Langit yang tadinya berwarna biru cerah mendadak tertutupi kabut hitam yang sangat tebal. Mungkin takkan ada seorangpun yang menyangka bahwa akan turun hujan disaat langit seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADAM (SELESAI)
Teen FictionNote: cerita ini saya tulis saat masih SMP Kecerobohan menjadi awal perkenalannya dengan seorang laki-laki tampan most wanted di kampus tempatnya menuntut ilmu. Klise memang. Laki-laki yang nampak sempurna dari luar namun menyimpan ribuan duka yang...