Chapter 21

1K 49 3
                                    

Titik telah kutetapkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Titik telah kutetapkan.
Menjauh adalah jalan yang kupilih. Tolong pahami itu.
-Adam-


----

Sang mentari kembali menyapa insan-insan yang berharga di dunia, insan yang akan terus kembali ketempat yang mereka sebut rumah.

Ada berbagai macam definisi dari kata rumah, tergantung bagaimana orang itu mengambarkannya. Ada yang beranggapan bahwa rumah adalah tempat tinggal sebuah keluarga, tempat untuk berkumpul, namun tak sedikit yang menganggapnya sebagai neraka.

Tapi, dibalik bagaimana seseorang mendefinisikan kata rumah, yang jelas disaat seseorang sudah kehilangan tempat tujuan, maka rumah akan menjadi tujuan terakhirnya. Dengan kata lain, rumah adalah tempat bagi seseorang untuk pulang.

“Arrgh,” seseorang gadis cantik mengeliat didalam selimut tebal yang menutupi hampir seluruh tubuhnya.

Suara alarm yang sedari tadi mengusik indra pendengaran-nya pun segera ia senyapkan. Dengan malas gadis itu beranjak dari tidurnya, sambil menguap ia melangkahkan kaki jenjangnya kearah kamar mandi.

Didalam kamar mandi, setelah mencuci muka, dipandangi wajahnya dari pantulan kaca yang terpajang dikamar mandi. Dibenaknya terlintas penggalan-penggalan kejadian yang terjadi tadi malam, saat akhirnya laki-laki itu mempercayai semua masa lalunya pada dirinya. Tanpa sadar ia pun tersenyum dan berharap laki-laki itu akan terus mempercayainya.

***

“Tapi itu salah, mbok!” ujar seorang laki-laki dengan geram. Dilihatnya perempuan paruh baya didepannya tengah memandang sendu kearahnya. Namun wajah sendu itu tak dapat mencairkan penyesalannya.

“Apa yang salah dengan mempercayai orang baru, den?” tanya wanita itu tak kalah geram. Pasalnya sang tuan muda sangat keras kepala atas pemikiran yang dirinya anggap salah.

Adam mengepalkan tangannya kuat-kuat bahkan kuku jarinya sampai memutih.

Mbok Jum sampai takut bahwa Adam akan melukai dirinya sendiri. Sudah cukup selama ini Mbok Jum yang selalu menuruti pemintaan tuannya ini, sekali ini Adam yang harus menuruti permintaan wanita tua itu.

Mbok Jum sangat tak ingin Adam kembali terluka atas keputusan bodoh yang diambilnya, cukup saat 5 tahun lalu yang tidak sempat Mbok Jum cegah, kali ini Mbok Jum tidak ingin kecolongan lagi.

“Mbok nggak akan ngerti,” lirih Adam. Genggaman tangannya sudah ia lepaskan. Rasa perih menguar dari telapak tangannya namun tak ia ubris.

“Makanya jelaskan, den. SupayamMbok juga ngerti.” Mbok Jum sempat akan marah namun amarahnya menguap seketika saat melihat tangan Adam yang mengeluarkan cairan kental berwarna merah. Diraihnya tangan itu. Dingin, tangan Adam sangatlah dingin. Mbok Jum berjalan keluar dari kamar Adam untuk sesaat entah kemana.

ADAM (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang