Chapter 17

1K 56 8
                                        

Kalian gak pernah tau kan sesakit apa pengorbanan gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalian gak pernah tau kan sesakit apa pengorbanan gue.
-Adam-

----

Jarum jam teruslah berputar begitu saja tanpa ada yang bisa mencegahnya. Waktu terus bergulir walaupun ada diantara manusia yang mati karnanya.

Uang sebanyak apapun takkan mampu untuk membelinya, karna waktu sangatlah mahal, ia lebih berharga dibanding sebongkah berlian. Bahkan orang sehebat apapun takkan mampu untuk mengulang waktu yang sudah berlalu.

Dua jam berlalu, namun laki-laki muda ini masih setia duduk dibangkunya tanpa niatan sedikitpun untuk beranjak dalam waktu dekat.

Entah sudah gelas keberapa wine yang ia teguk saat ini dirinya sendiripun sudah tak ingat lagi. Yang ia tahu pasti adalah sekarang dia tengah butuh pelarian, dan pilihannya adalah alkohol.

Dipandanginya gelas bening yang berisi cairan kekuningan yang kini hanya tersisa separuh itu. Rasa panas menjalar keseluruh tubuhnya saat cairan laknat itu melewati tenggorokannya, namun rasa panas itu tak cukup untuk menghentikannya, malah rasa panas itu yang membuatnya merasa lebih baik.

Pikirannya yang sedang kalut membuatnya tak bisa berpikir secara jernih saat ini.

“Udah hampir setahun sejak lo terakhir kali minum.” Ujar seseorang dari arah depan laki-laki tersebut.

Tanpa menoleh pun ia sudah tahu suara milik siapa itu. Laki-laki itu terus memandangi dan sesekali memutar gelas yang ada ditangannya, belum berniat untuk menghiraukan orang yang mengajaknya bicara itu.

“Ayolah Dam, lo kayak orang asing aja sama gue.” Ucap seorang laki-laki muda yang merupakan seorang bartender itu. Tidak menyerah untuk membuat laki-laki yang sudah dikenalnya selama hampir empat tahun itu untuk menceritakan masalahnya.

Dilihat dari tampilannya saja sudah sangat jelas bahwa laki-laki ini sedang kacau, apalagi dengan kesadarannya yang kini sudah mulai goyah.

“Orang buta aja bisa ngeliat kalo lo itu lagi punya masalah.” Canda sang bartender supaya lawan bicaranya tertawa, namun sangat disayangkan karna candaannya tak berdampak sedikitpun.

“Garing Ton, sumpah!” Ucap Adam akhirnya buka suara.

Meski tanpa senyuman ataupun tawa, tapi itu cukup untuk membuat sang bartender bernama Anton itu bernafas lega karna akhirnya ia tak jadi bicara dengan tembok.

“Oke. Oke. Jadi sekarang cerita sama gue, lo kenapa?” Tanya Anton.

Adam dulunya hanyalah seorang pelanggan biasa di tempatnya bekerja ini, namun karna sejak empat tahun yang lalu Adam terus-terusan datang setiap hari dan selalu memesan wine kepadanya jadilah ia dan Adam menjadi dekat, dan semakin dekat sejak Adam bercerita terus terang kepadanya tentang alasannya setiap hari mabuk-mabukan.

ADAM (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang