Note: cerita ini saya tulis saat masih SMP
Kecerobohan menjadi awal perkenalannya dengan seorang laki-laki tampan most wanted di kampus tempatnya menuntut ilmu. Klise memang.
Laki-laki yang nampak sempurna dari luar namun menyimpan ribuan duka yang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bersamamu, entah kenapa aku terlalu mudah tersenyum. -Adam-
---
Adam keluar dari ruangan Zalfa dengan wajah yang amat sangat berseri. Menunjukkan jelas bahwa pemiliknya tidak dalam kondisi hati yang buruk. Setelah sekitar setengah jam menemani Zalfa, Adam akhirnya berpamitan pulang setelah Zalfa mengatakan bahwa ia akan baik-baik saja.
Selama setengah jam itu mereka banyak berbagi tawa, mungkin tertawa bisa membuat Zalfa menjadi hangat.
Adam melangkah dengan wajah yang dihiasi senyum yang semua orang akan bisa tahu bahwa itu adalah senyum yang benar-benar ikhlas.
Dikondisi lain mungkin sekarang wajah Adam sudah keram karna tersenyum lebar dalam waktu yang cukup lama, tapi hari ini tidak, Adam bahkan tak sadar sekarang ia masih tersenyum mengingat percakapan-percakapan tidak pentingnya dengan gadis cantik dalam ruangan dibalik pintu yang berada tepat dibelakang punggungnya itu.
Adam mulai melangkahkan kakinya menjauh dari pintu, dan bergerak untuk keluar dari rumah sakit ini.
Buggh,
Langkahnya terhenti saat merasakan tubuhnya terempas begitu saja, mendarat diubin rumah sakit yang dingin.
Adam merasakan nyeri yang luar biasa dipipi dan rahangnya seakan tulang-tulang dikedua bagian tubuhnya itu akan patah atau mungkin memang sudah patah. Laki-laki itu dapat merasakan rasa asin yang ia yakini sebagai darah yang keluar dari sudut bibirnya.
Seseorang menonjoknya secara tiba-tiba.
Adam langsung berdiri tanpa memandang kearah wajah orang itu.
Ia melihatnya dari bawah, sneakers berwarna hitam putih yang seperti pernah ia lihat sebelumnya, naik ke celana jeans hitam kekinian yang tedapat sedikit aksen sobekan dibagian lutut, kemudian hoodie berwarna biru pucat dengan pola gambar abstrak didepannya, hingga berakhir di wajah yang tengah menatap tajam kearahnya.
Adam kenal betul dengan pemilik wajah itu, orang yang sama yang ia temui beberapa hari yang lalu.
“Adit, kali ini apa salah gue?” Geram Adam karna tanpa tahu apa-apa ia sudah mendapat pukulan yang membuat aset berharganya terluka.
Wajah adalah investasi masa depan bagi Adam.
“Lo salah. Mau tahu salah lo sahabat?” Tanya Adit dengan meremehkan. Ia terus saja memberikan tatapan mengintimidasinya.
“Apa?”
“Lo salah karna lo udah megang tangan cewek yang gue suka. Sampe sini paham?!”
Adam membulatkan matanya atas pengakuan yang baru saja ia dengar langsung dari mulut lawan bicaranya itu. Mulutnya sampai setengah terbuka, persis seperti ikan yang sedang berada didaratan dan tak tahu caranya bernafas.