Chapter 28

972 46 2
                                    

Terimakasih, sayang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terimakasih, sayang.
-Zalfa-

-----

Besok harinya.

Adam sudah siap diatas motor kesayangannya. Hari ini ia akan pulang ke kota karena ada beberapa keperluan dengan teman-temannya dari klub basket sekaligus untuk merayakan keberhasilan mereka yang akhirnya dapat mengalahkan klub BLXO yang sudah menjadi musuh bebuyutan klubnya sejak dahulu. Adam mendapatkan kabar baik itu tadi malam.

Kebahagiaannya kali ini tentu tak sejalan ketika melihat gadis yang kini sudah resmi dipacarinya bersedih juga kala itu. Sebisa mungkin Adam menguatkan dan menghibur gadis yang kini sudah yatim piatu itu.

“Kakak jadi pulang hari ini?” Zalfa muncul dengan masih memakai piyama tidurnya. Rambutnya saja hanya diikat asal. Dalam keadaan masih menguap, Zalfa menuju Adam yang tersenyum kearahnya.

“Ya. Mungkin lusa aku kesini lagi, kamu yakin gak mau ikut? Kuliah kamu gimana?”

“Cie.. pake aku-kamu segala kak.”

“Iya dong! Kan sama pacar sendiri,” kekeh Adam.

“Gak dulu kak, masih harus ngurus tahlilan disini. Untuk sekarang aku tinggal sama bibi dan pamanku aja disini dulu dan kayaknya cuti kuliah sementara,” jawabnya.

Zalfa mengambil helm yang diletakkan diatas tangki motor Adam lalu membuka pengaitnya dan menjulurkannya kedepan Adam.

“Kalau kamu butuh apa-apa atau kamu ada masalah langsung hubungin aku ya! INGAT SEKARANG AKU PACAR KAMU!” Adam menekankan kalimat terakhirnya seakan untuk mengingatkan Zalfa bahwa sekarang mereka sudah berstatus sebagai sepasang kekasih. Selama beberapa saat, Adam terus saja mengamati dengan sangat teliti setiap inci dari wajah Zalfa, seakan tak ingin untuk melupakan satu titikpun dari wajah yang kini tampak lelah itu.

Zalfa mulai merasa risih dengan apa yang dilakukan Adam. Ditatapnya Adam dengan tatapan mengancam, bermaksud agar Adam tak mengamatinya sedetail itu. Namun, bukannya merasa takut, Adam malah terkekeh pelan yang akhirnya membuat Zalfa semakin jengkel.

“Bangun tidur aja udah cantik banget. Aku jadi gak mau pulang, pengen sama kamu aja disini.”

“Iiihh, Kak Adam gombalnya kacang banget. Udah pulang sana, nanti kesiangan sampainya.” Zalfa langsung menutupi pipinya yang mungkin kini sudah memerah dengan telapak tangannya.

“Kamu mah, pacarnya mau pergi bukannya dibilang hati-hati ya, jangan ngebut-ngebut atau apalah ini malah diusir,” protes Adam cemberut.

Bagi Zalfa lucu sekali melihat Adam merajuk layaknya anak kecil seperti ini. Sepertinya ini kejadian langka yang baru pertama kalinya ia lihat dari laki-laki cuek seperti Adam.

“Yaudah kak. Hati-hati dijalan ya! Jangan ngebut-ngebut! Jangan lupa berdoa! Jangan lupa sholat disana! Jangan ngelirik cewek lain waktu gak ada aku.” Walau dengan nada bercanda namun apa yang Zalfa katakan kali ini adalah benar berasal dari suara hatinya. Mungkin saja Adam akan melirik cewek baru yang lebih segalanya darinya nanti saat ia bersama teman-temannya tanpa Zalfa. Ya, reputasi laki-laki itu sebelumnya cukup mengganggu. Bukan tidak mempercayai Adam, dia hanya takut kehilangan, lagi.

ADAM (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang