Chapter 4

1.8K 89 12
                                    


Hanya butuh sedikit waktu, untuk tahu bahwa kau tak seburuk yang orang lain katakan.

Zalfa Maharani

----

Adam memarkirkan sepeda motornya disebuah warung pinggir jalan yang nampak sepi pengunjung. Turun dari motor setelah melepaskan helm dan menaruhnya dibagian depan motornya.

Zalfa ikut turun dari motor Adam dengan heran, pasalnya ini bukan tempat kostnya, bahkan berlawanan arah dari arah kostnya.
"Kita ngapain kesini kak? Ini arah yang berbeda dengan kost aku."

Adam tak mengindahkan penuturan zalfa, hanya memandang sekilas dengan sedikit senyum lalu masuk kedalam warung tersebut tanpa mengucapkan apapun.

Zalfa menatap heran pada punggung Adam yang sudah berlalu masuk. Banyak hal yang Zalfa tidak bisa pahami dari lelaki itu, tingkahnya berubah setiap saat. Dengan heran, Zalfa ikut masuk kedalam warung yang diluarnya bertiraikan spanduk makanan itu. Gadis itu langsung duduk disamping Adam, pada meja paling pojok.

Pintu masuk yang terbuka memudahkan keduanya untuk melihat lalu lalang kendaraan yang melintas dengan kecepatan yang hampir sama.

Zalfa diam, namun tak berlangsung lama karna ia kembali bertanya. "Kenapa kesini? Bukannya kakak mau antar aku pulang?"

"Makan," jawab Adam singkat, memandang lurus kedalam manik mata Zalfa dengan senyum tipis yang masih setia ia bagi.

Zalfa memutar matanya karna sangat tidak puas akan jawaban yang Adam berikan.

"Lo belum makan kan?"

Zalfa menggeleng pelan, belum menangkap maksud perkataan Adam.

"Kita makan dulu, setelah itu baru gue antar lo pulang. Gue gak mau bawa pulang anak orang dalam keadaan kelaparan setelah gue culik tadi,"

"Kakak nyulik aku? Kapan?" beo Zalfa dengan sangat polos hingga membuat sudut bibir Adam berkedut.

"Ah, maksud gue setelah gue culik lo untuk kerumah gue tadi." Jelas Adam menjelaskan.

Seorang kakek datang dengan dua piring nasi goreng seafood ditangannya, lalu meletakkan piring itu dimeja Adam dan Zalfa.

Adam tersenyum lembut kearah kakek-kakek tersebut sambil mengucapkan terima kasih lalu menarik piring tersebut lebih dekat kearahnya saat kakek yang merupakan pemilik dari warung tersebut beranjak pergi.

"Makan," suruh Adam kepada Zalfa yang hanya menatap kearah piringan berisi nasi goreng yang sama seperti Adam dihadapannya.

Zalfa mendongak menatap Adam yang juga tengah menatap kearahnya, tersenyum tipis lalu kembali menunduk menatap makanan dihadapannya. Untuk menelan ludah saja Zalfa butuh usaha ekstra.

Adam yang menyadari tingkah aneh Zalfa yang memandang dengan tak suka kearah piringannya. Adam mulai berfikir bahwa gadis dihadapannya ini tak suka dengan seafood, mungkin.

"Lo alergi seafood?"

Zalfa menggeleng.

"Terus kenapa gak dimakan? Tenang, gue traktir."

Zalfa lagi-lagi menggeleng dengan raut wajah yang sudah tak bisa didefinisikan lagi.

Namun, sedetik kemudian wajah Zalfa kembali berseri, tersenyum lebar sambil mengangkat sendok dan garpu dikedua tangannya tinggi-tinggi.

Alis Adam terangkat, heran terhadap perubahan ekspresi yang dilakukan gadis itu dengan sangat cepat. Sedetik yang lalu wajah gadis didepannya ini nampak sangat tak suka bahkan terkesan takut, namun kini malah tersenyum cerah.

ADAM (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang