BAB 2

1K 34 0
                                    

Happy Reading!!
Jangan Lupa Bahagia...

***

Aku selalu merindukan dirinya yang sama sekali tak pernah kulihat dan kusentuh. Mommy.
- Arinda Magdalena Alfatih -

***

Dinda POV

Namaku Arinda Magdalena Alfatih, dipanggil Dinda. Tapi aku lebih suka jika nama tengahku disembunyikan. Kenapa? Kepanjangan. Hehe. Aku suka namaku. Nama pemberian Daddy. Kata Daddy, Mommy sempat mendengar namaku dan juga menyukainya. Ah, aku jadi rindu Mommy.

Wajah Mommy sangat mirip denganku, sangat. Tapi kata Daddy aku lebih mirip dengannya masalah sifat dan sikap. Oma, Nenek, Kakek, Uncle Phaton, dan Bang Cakra juga bilang seperti itu. Katanya sikap dan sifat aku sangat mirip dengan Daddy waktu Daddy masih muda walau secara fisik aku mirip Mommy.

Sekarang umurku sudah 16 tahun. Aku kelas 1 SMA sekarang. Aku sekolah di tempat Bang Cakra mengajar karena Daddy yang terlalu posesif. Katanya kalau sekolah di tempat Bang Cakra, ada yang menjagaku. Daddy tidak tahu saja kalau aku ini sudah besar, sudah bisa menjaga diri sendiri.

Kata Daddy aku adalah harta berharga baginya. Hadiah terindah dari Mommy. Daddy tidak mau aku kenapa-napa. Aku memaklumi saja karena aku tahu Daddy sangat mencintai Mommy. Suka kesal sih, tapi Daddy melakukan itu juga demi aku, putri kesayangannya yang cantik jelita yang tidak ada bandingannya.

Aku sangat suka bermanja-manja ria dengan Daddy, Uncle Phaton, Bang Cakra, dan Kakek. Kadang Oma dan Nenek menegur mereka karena terlalu memanjakanku, tapi ujung-ujungnya Oma dan Nenek memanjakanku juga. Aku sayang sama mereka. Mereka yang merawat aku dari kecil sampai sekarang. Walau kadang ada rasa sedih di hati karena aku tidak bisa memeluk Mommy-ku sendiri.

Daddy selalu cerita tentang Mommy sebelum aku tidur. Rasanya seperti melihat Mommy setiap Daddy bercerita. Aku merasa Mommy juga ada di sampingku. Memelukku seperti Daddy yang selalu memelukku sebelum tidur.

Umur Daddy sudah 34 tahun, tapi sampai saat ini aku belum pernah melihat Daddy pacaran. Tidak seperti Bang Cakra yang gonta ganti pacar hampir setiap bulan. Katanya, Daddy tidak bisa menduakan Mommy. Wajar, sih. Daddy memang menikah dengan Mommy karena perjodohan, tapi mereka saling mencintai.

Aku pernah bertanya seperti ini kepada Daddy, "Apa aku penyebab Mommy meninggal? Karena Mommy meninggal setelah lahirin aku."

Daddy langsung marah waktu itu dan bilang, "Mommy memang meninggal setelah lahirin kamu, tapi itu bukan artinya karena kamu Mommy meninggal. Ini sudah takdir Tuhan dan garis hidup Daddy. Kamu nggak boleh ngomong kayak gitu setelah perjuangan Mommy kamu ngelahirin kamu."

Tapi aku selalu merasa Mommy pergi karena aku. Andai Mommy tidak memaksa untuk melahirkan normal, mungkin Mommy akan tetap di samping aku dan Daddy sekarang. Tapi Daddy juga benar, ini sudah takdir Tuhan, dan kita tidak bisa mengubah itu.

Sampai saat ini aku masih terus merindukan Mommy yang sama sekali belum pernah aku lihat dan sentuh secara nyata. Sama seperti Daddy yang terus menatap foto diri Mommy yang ada di meja ruang kerjanya dan juga di dalam kamar Daddy.

Aku juga punya banyak foto Mommy. Kadang melihat foto Mommy, aku seperti melihat diri aku sendiri. Aku suka melihat foto-foto Daddy dan Mommy. Mereka berdua pasangan serasi. Rasanya aku selalu baper melihatnya. Walau sudah tua, Daddy-ku masih tampan, kok.

Aku pernah nanya gini, "Kok, Daddy nggak nikah lagi?"

Daddy menjawab, "Buat apa nikah lagi? Kan, udah ada kamu nemenin Daddy."

The Best DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang