Happy Reading!!
Jangan Lupa Bahagia...
***
Aku memilih untuk ikut pergi jika separuh nyawaku juga pergi. Bagaimana cara aku bernafas tanpanya?
- Arjuna Alfatih -***
Arjuna POV
Aku bangun dari tidurku. Aku merasa hampa saat tanganku tidak menemukan putriku yang harusnya ada di sampingku. Aku pun segera berdiri. Mungkin dia sudah bangun dan bersiap. Hari ini adalah hari pernikahan yang tidak diinginkan. Astaga, kepalaku semakin pusing.
Aku berjalan dengan lesu ke pintu kamar mandi. Aku mengetuknya dan menempelkan telingaku di pintu. Tidak ada suara air. Itu artinya Dinda tidak ada di kamar mandi. Mungkin dia sudah turun untuk sarapan.
Aku pun keluar berjalan ke arah pintu tapi mataku menangkap sesuatu yang janggal. Tas ransel Dinda tidak ada dan lemarinya tidak tertutup rapat. Oh, tidak. Jangan bilang!
Aku membuka lemari itu dan melihat ada beberapa pakaian Dinda yang hilang. Aku melihat ke tempat sepatunya. Sepasang sepatunya hilang. Dinda pergi. Dinda kabur dari rumah.
Aku berlari keluar dari kamar Dinda dengan panik. "Dinda!? Dinda!! Sayang! Dinda!" teriakku, tapi tidak ada jawaban. Jangan! Kumohon, katakan bahwa ini hanya mimpi! Putriku tidak mungkin meninggalkanku.
"Juna ada apa?" Mama sampai di lantai 2 pertama kali. Di susul Cakra, Raja, dan Brant.
"Dinda," lirihku. "Dinda pergi. Dinda kabur." Aku menangis. Bisa apa aku sekarang? Putriku pergi meninggalkan aku.
"Dinda kabur?" Itu suara Cakra. Terdengar sangat lirih dan menyedihkan.
"Gua cari Dinda sekarang." Brant bergerak.
"Gua ikut." Raja menghampiriku dan menepuk pundakku. "Dia bakal baik-baik aja," ucapnya sebelum ikut berlari mengikuti Brant. Harusnya Raja sudah di Bandung sekarang. Tapi karena pernikahan gila ini, dia menunda keberangkatannya.
"Dinda." Tubuhku merosot turun dan bersandar di dinding. "Apa yang harus Daddy lakukan sekarang, nak? Kamu ninggalin Daddy." Aku menangis. Hatiku sedih, sakit, kecewa, khawatir, dan marah. Semua bercampur aduk sekarang.
***
Aku meringkuk di dalam kamar. Mengunci diriku dan menangis. Untuk apa sekarang aku hidup? Putriku sendiri meninggalkanku. Dia pergi entah kemana. Apa dia baik-baik saja?
Cakra sudah menghubungi semua teman-teman Dinda. Tapi tidak ada yang tahu Dinda dimana. Dinda tidak kabur ke salah satu dari mereka. Jadi, dimana Dinda?
Rachel, apa ini hukuman untukku? Apa ini darimu? Kumohon, jangan menghukumku seperti ini. Kamu boleh hukum aku sesukamu dengan cara apapun, tapi jangan menghukumku seperti ini. Aku tidak bisa hidup tanpa putri kita. Kamu tahu dia hidup dan matiku. Dia nyawaku. Dia yang kubutuhkan untuk bernafas. Rachel, kamu mendengarku, kan? Kumohon, sayang, jangan siksa aku seperti ini. Katakan dimana Dinda!
***
Author POV
Raja dan Brant masih mencari Dinda. Cakra dan Phaton mengurus pernikahan Arjuna. Bunda dan Bulan terlihat khawatir akan keadaan Arjuna dan juga cemas karena Dinda pergi. Mama dan Papa Arjuna sudah benar-benar frustasi. Sebentar lagi semuanya akan hancur.
Arjuna tidak mau keluar dari kamarnya. Dia terus meraung menangis memanggil nama Dinda dan Rachel bergantian. Itu membuat Bunda dan Bulan yang menungguinya di luar ikut menangis pilu. Arjuna kembali ke titik dimana dia sangat rapuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Daddy
General FictionArjuna Rifid Alfatih (Juna) adalah seorang duda beranak satu. Ia menikah muda dengan sahabatnya kecilnya. Sayangnya, istrinya meninggal saat melahirkan putri mereka, Arinda Magdalena Alfatih (Dinda). Dinda sendiri tumbuh menjadi gadis cantik yang sa...