Happy Reading!!
Jangan Lupa Bahagia...***
Sebenarnya aku nggak pernah sanggup jauh dari Mommy, tapi aku nggak mungkin ninggalin Daddy, dan aku nggak mau jauh dari Daddy.
- Arinda Alfatih -***
Dinda POV
Semobil dengan Pak Wais rasanya tidak nyaman. Apalagi dia selalu melirikku dari kaca spion tengah. Aku duduk di belakang tentunya dan dia duduk di samping Bang Cakra. Dalam hati aku berdoa agar segera tiba di sekolah.
Tiba di sekolah, aku langsung turun dari mobil Bang Cakra tanpa mendengar petuah Bang Cakra seperti biasanya. Aku hanya pamit dan segera menjauh dari parkiran. Aku tidak menoleh lagi walau kurasakan ada yang menatapku, itu pasti Pak Wais.
Aku tiba di kelas bersamaan dengan Milly dan Abi yang baru saja dari toilet. Di dalam kelas sudah ada El yang sok sibuk dengan ponselnya. Sekilas dia menatapku lalu kembali fokus.
"Oh iya, El. Langit gimana? Katanya dia masuk rumah sakit," tanya Milly menoleh ke belakang dimana ada El.
"Iya," jawab El.
"Kita jenguk yuk, entar." Abi ikut menoleh.
"Gua emang mau ngejenguk dia," ucapku.
"Woii, temen-temen kita jenguk Langit pulang sekolah sebentar, yah!!" teriak Milly ke teman-teman yang sudah datang.
"Ok." Semuanya mengangguk.
"Bang Cakra bakal traktir kita," ucapku dengan suara pelan kepada Abi, Milly dan El.
"Waaahh. Pasti PJ, kan?" tebak Abi cepat.
Aku mengangguk cepat. "Dan satu info lagi. Jangan teriak!" pintaku melihat Milly dan Abi lebih dulu, lalu El.
"Apa?" tanya Milly.
"Pak Wais tinggal di rumah Bang Juna," jawabku. Hatiku meringis memanggil Daddy dengan sebutan Abang.
"Whaa...mmpptt." Aku menutup mulut Milly yang hampir berteriak. Sedangkan Abi hanya melongo dan El menatapku datar tanpa terkejut. Yah, dia memang seperti itu.
"Kok, bisa?" tanya Abi.
"Dia kan temennya Bang Cakra. Di rumah Bang Cakra ada Bang Raja, nggak ada kamar kosong lagi. Jadi dia jadi tetangga gua," jelasku.
"Sampai kapan?"
Aku menoleh melihat El yang bertanya tanpa melepas tatapannya dari ponselnya. "Sebulan mungkin, atau mungkin juga lebih," jawabku asal.
"Kelamaan," lirih El membuatku mengernyitkan dahiku tidak yakin dengan apa yang diucapkannya.
"Lo ngomong apa barusan?" tanyaku untuk menyakinkan diriku sendiri akan ucapannya. El menatapku sekilas lalu menggeleng. Dia itu kenapa, sih?
***
Bang Cakra sudah cemberut saat aku menemuinya di parkiran. Hampir semua teman kelasku ikut dan juga Nabila. Aku berhasil membujuknya. Awalnya dia tidak mau karena malu berpacaran dengan gurunya sendiri apalagi Bang Cakra punya banyak fans. Tapi aku tetap memaksanya.
Alhasil Bang Cakra bakal sama Nabila. Boncengan pakai motor metik Nabila. Yang bawa mobil Bang Cakra siapa lagi kalau bukan Pak Wais. Aku, Abi, Milly, dan El yang akan jadi penumpangnya. Teman-temanku yang lain saling tebeng-menebeng.
"Masuk!" Aku mengernyitkan dahiku saat Pak Wais membuka pintu jok penumpang bagian depan. Padahal rencananya aku akan duduk di belakang dengan kedua teman rumpiku.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Daddy
General FictionArjuna Rifid Alfatih (Juna) adalah seorang duda beranak satu. Ia menikah muda dengan sahabatnya kecilnya. Sayangnya, istrinya meninggal saat melahirkan putri mereka, Arinda Magdalena Alfatih (Dinda). Dinda sendiri tumbuh menjadi gadis cantik yang sa...