BAB 34

433 25 0
                                    

Happy Reading!!

Jangan Lupa Bahagia...

***

Tidak ada sejarahnya kebenaran kalah karena Tuhan bersama orang-orang yang jujur.
- Arjuna Alfatih -

***

Arjuna POV

Aku sudah duduk di kursi tersangka. Tidak pernah kusangka bahwa aku akan duduk di sana sebagai tersangka. Semua peraturan dan tata cara berjalannya sidang sudah dijelaskan. Aku hanya menyimak dan aku berharap bisa melihat putriku terlebih dahulu. Hatiku masih tidak tenang jika tidak melihatnya.

Cakra, Phaton, Bulan, Ayah Nabila, Bunda, Mama, dan Papa ada di kursi belakang bersama Dinda dan Bang Aan. Ada juga Egy, tapi dia duduk di kelompok sebelahnya. Wajahnya sedari tidak tersenyum. Entah kenapa dia sedikit berbeda hari ini.

Raja dan Brant ada di luar. Mereka akan menunggu Dinda, katanya. Selain itu El, Nabila, dan Milly menemani mereka. Itu artinya putriku memang akan datang.

"Saksi dari pihak tersangka."

Aku berbalik dan melihat Mbak Eyrla berjalan dengan anggunnya. Dia tersenyum miring kepada Betty yang duduk di samping pengacaranya. Betty sedikit terkejut melihat Mbak Eyrla datang. Begitupun denganku. Aku mengira Mbak Eyrla masih di Paris.

"Saya Eyrla Gerald Suryaningrum. Saya teman bisnis tersangka, Arjuna Alfatih. Saya ada di sana, di Bandung. Kamar saya berhadapan dengan kamar Arjuna. Setelah selesai makan malam dan mengobrol masalah bisnis, kami ke kamar masing-masing. Saya sedang ingin turun ke supermarket untuk membeli cemilan waktu itu. Saya dengan jelas melihat Betty." Mbak Eyrla menunjuk Betty dengan sopan, tapi penuh intimidasi. "Dia yang membuka kamar Arjuna dengan kunci cadangan. Yang saya tahu waktu itu Arjuna sudah memiliki pasangan jadi tidak mungkin dia meminta Betty untuk masuk ke kamarnya diam-diam seperti maling." Mbak Eyrla menatap Betty lagi. Betty terlihat geram.

"Saya menunggu tepat di depan pintu kamar Arjuna. Tidak lama kemudian, em, mungkin sekitar 10 atau 15 menitan. Arjuna keluar dengan muka kesal. Kami mengobrol karena ternyata anak Arjuna satu sekolahan bahkan satu kelas dengan anak saya. Asik mengobrol, Betty keluar dari kamar Arjuna dengan muka habis nangis. Saya tidak tahu apa yang terjadi di dalam. Tapi kalian semua bisa berpikir sendiri. Apa dengan waktu kurang lebih 15 menit itu, si bayi akan jadi? Dan bagaimana si bayi jadi kalau mereka masih memakai pakaian lengkap walau pakaian Betty malam itu sangat.... ya, seksi?"

Suara tawa dari belakangku terdengar karena ucapan Mbak Eyrla yang sedikit frontal. Aku juga ikut tertawa pelan. Tidak menyangka Ibu 1 anak itu bisa seperti ini padahal penampilannya sangatlah anggun.

Mbak Eyrla turun dari tempatnya dan berjalan untuk kembali ke tempat duduknya. Pengacara Betty siap bicara, tapi pintu terbuka dan semua mata menatap ke arah pintu begitupun denganku.

"Maaf." Seorang pria menyengir kuda di sana.

Shakeel? Sedang apa dia? Dia tidak sendiri, ada seseorang di belakangnya.

"Maaf mengganggu," ucapnya lagi masih terus tersenyum. Kulihat Dinda menepuk keningnya karena kelakuan sepupunya itu.

"Siapa kamu?" tanya seorang petugas kepolisian menghampiri Shakeel.

"Eh, tunggu!!" Shakeel menahan polisi itu memegangnya. "Kalau saya pindah, orang di belakang saya bakal kelihatan," ucapnya asal. Astaga, ternyata adik sepupu Dinda itu suka bercanda.

"Shakeel." Dinda menginterupsi.

"Hehe. Hai, Betty!!" Dia malah melambaikan tangannya kepada Betty. Mereka kenal juga? Wah, dunia ini begitu sempit. "Iya-iya saya minggir." Shakeel pun akhirnya begeser membuat seorang laki-laki di belakangnya mendongak. Siapa dia?

The Best DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang