Happy Reading!!
Jangan Lupa Bahagia...***
Jatuh yang paling kuhindari sampai saat ini adalah jatuh cinta dengan orang yang salah.
- Arinda Alfatih -***
Dinda POV
Milly menatapku khawatir. Perutku melilit sakit dan juga kram di saat bersamaan. Sudah biasa aku rasakan jika siklus datang bulanku datang. Hari ini adalah hari pertama dan rasanya sangat menyiksa. Konsentrasiku benar-benar buyar dan aku tidak cukup kuat untuk mengikuti pelajaran hari ini.
"Gua panggilin Pak Cakra, yah?" usul Milly dengan suara pelan karena kami sedang dalam proses belajar.
"Nggak usah," jawabku sesekali meringis. Kramnya semakin menjadi kurasa. "Gua ke toilet dulu." Aku bangkit dari dudukku.
"Gua temenin?"
Aku menggeleng dan segera menuju Pak Jimang yang sedang mengajar. Meminta izin ke toilet dan aku segera berlari ke sana. Aku menggerutu karena kelasku cukup jauh dari toilet. Semakin bergerak, rasa sakitnya semakin melilit.
Tapi belum sampai ke toilet aku menabrak seseorang yang pastinya lebih besar dariku. Aku hampir terjatuh kalau dia tidak memegangku. Aku malah berjongkok memegangi perutku yang benar-benar sakit. Aku harus memberitahu Bang Cakra sekarang. Aku tidak kuat.
"Kamu nggak apa-apa?" Suara berat sedikit serak membuatku mendongak. Aku belum pernah melihat dia sebelumnya. Apa dia guru baru? Pakaiannya terlihat rapi dengan kemeja merah tua polos dan juga celana kain hitam.
"Bapak guru baru?" tanyaku dan aku kembali meringis.
"I-iya," jawabnya. "Kamu nggak apa-apa?" tanyanya lagi.
"Bisa panggilin Pak Cakra, nggak, Pak? Perut saya sakit banget."
"Cakra?" Dia terlihat kaget pas aku menyebut nama Bang Cakra.
"Iya. Boleh yah, Pak? Aku nggak kuat."
"Kamu ke UKS aja. Ada dokter jaga di sana. Saya antar," ucapnya.
"Panggilin Pak Cakra aja, Pak. Please!!" Aku tidak tahu siapa namanya. Aku juga baru melihatnya pagi ini. Tapi aku sudah memohon kepadanya. Andai bukan karena mendesak, aku tidak akan melakukannya.
"Ok. Kamu tunggu di sini." Akhirnya dia setuju. Mungkin wajahku sangat memelas. Bodoh amat. Asal Bang Cakra ke sini.
Aku bangkit dari jongkokku menuju bangku panjang yang ada di koridor itu. Aku duduk di sana dan masih memegang perutku yang sama sekali tidak mereda sakitnya. Aku terus berdoa agar Bang Cakra segera datang.
"Dinda." Aku mendongak melihat Bang Cakra berlari dengan cepat. Di belakangnya si guru baru mengikut. Dia pasti khawatir. Entah apa yang guru baru itu katakan. "Kamu kenapa?" tanyanya berlutut di hadapanku.
"Perutku kram, Bang. Sakit," jawabku.
"Kok, bisa?"
"Aku datang bulan," jawabku dengan nada pelan takut guru baru yang belum kutahu namanya itu mendengar karena dia ada di belakang Bang Cakra dan terlihat bingung.
"Ya udah, Abang anter pulang." Bang Cakra segera berdiri dan si guru baru itu menarik lengan Cakra.
"Dia siapa lo, Cak?" tanyanya kepada Bang Cakra. "Adek lo? Lo kan anak tunggal."
"Bukan. Dia tetangga gua," jawab Bang Cakra.
"Bang." Aku memanggilnya karena aku sudah tidak tahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Daddy
General FictionArjuna Rifid Alfatih (Juna) adalah seorang duda beranak satu. Ia menikah muda dengan sahabatnya kecilnya. Sayangnya, istrinya meninggal saat melahirkan putri mereka, Arinda Magdalena Alfatih (Dinda). Dinda sendiri tumbuh menjadi gadis cantik yang sa...