BAB 3

797 30 5
                                    

Happy Reading!!
Jangan Lupa Bahagia...

***

Tidak mudah untuk menjalani hidup yang terlihat mudah ini. Pada kenyataannya selalu ada cobaan yang datang.
- Arinda Alfatih -

___

Dinda POV

Sial, si Olin-Olin itu malah menarik rambutku. Aku meringis, tapi dia tetap tidak melepasnya. Dasar senior gila. Walaupun Bang Cakra mau sama lo, gua nggak bakal pernah restuin. Lagian Bang Cakra mana sudi sama mereka yang kayak cabe-cabean itu. Batinku kesal.

"Apa-apaan ini?" Aku bernafas lega karena tangan Olin terlepas dari rambutku saat ada yang masuk.

Nabila, kakak senior kelas tiga seangkatan dengan Jenny dan Olin, sekaligus mantan Ketua Osis yang super tegas dan disegani di sekolah. Aku menyukainya saat pertama masuk sekolah. Dia tidak gentar dengan apapun itu. Dia tipe cewek yang cocok bersanding sama Bang Cakra yang tidak pedulian.

"Idih." Jenny dan Olin langsung pergi. Siapa yang bisa melawan Nabila di sekolah? Bahkan manusia berjenis laki-laki pun ketar-ketir kalau sudah ditatap tajam oleh Nabila.

"Lo nggak apa-apa?" tanya Nabila kepadaku.

"Nggak apa-apa kok, kak. Thanks."

"Lo tetangganya Pak Cakra, kan? Mereka pasti bully lo karena Pak Cakra, yah? Lo laporin aja," usulnya. Sepertinya dia tahu kalau kedua senior gila tadi penggemar berat Bang Cakra.

"Nggak usah, kak. Takutnya mereka kena masalah kalau Bang Cakra, eh, Pak Cakra tahu." Susah yah menyesuaikan diri. Di sekolah aku harus memanggil Bang Cakra, Bapak.

"Lo terlalu baik tahu." Dia terkekeh dan aku terpesona. Sumpah, dia cantik banget dengan senyum di bibirnya itu. Fix, dia cocok banget buat Bang Cakra.

"Dinda." Aku tersentak saat melihat Milly masuk. "Lama banget, sih? Lo nggak apa-apa, kan?"

"Oh, iya. Sori lama. Kak, duluan, yah," pamitku kepada Nabila

"Iya. Lawan aja mereka yang nggak tahu diri itu," ucapnya dengan senyuman manis.

"Thanks, kak." Aku berjalan keluar bersama dengan Milly yang menautkan alisnya.

"Ada apa?" tanya Milly.

"Ada senior gila hormat yang minta gua jauh-jauh dari Bang Cakra."

"Hah? Lo diapain?"

"Dijambak gua."

"Siapa yang jambak?"

Aku dan Milly sontak tersentak saat melihat Bang Cakra sudah di sampingku dan Milly. Aku mengintrupsinya lewat tatapan mata, tapi dia sama sekali tidak menggubris. Malah balik mengode untuk menjawab pertanyaannya.

"Nggak apa-apa kok, Bang," jawabku.

"Jawab! Gua telepon...."

"Jangan!! Abang mah gitu. Sedikit-sedikit laporan. Abang tuh di sini ngajar. Laporan-laporan itu bukan tugas Abang," kesalku karena Bang Cakra malah mengancamku. Aku mengerucutkan bibir refleks seperti yang sering aku lakukan kalau lagi ngambek.

"Kamu belum jawab." Dia belum menyerah. Dia malah menarik bibirku membuatku refleks memukul tangannya dan dia terkekeh.

"Namanya Jenny sama Olin. Udah, kan? Sana-sana." Aku mendorongnya menjauh dariku. "Pergi sana!" Aku masih terus mendorongnya karena dia sama sekali tidak bergeming.

The Best DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang