BAB 5

661 31 0
                                    

Happy Reading!!
Jangan Lupa Bahagia...

***

Aku tahu semua akan baik-baik saja, dan selalu kutekankan kepada diriku bahwa semua akan baik-baik saja. Karena aku punya Daddy.
- Arinda Alfatih -

***

Dinda POV

Aku ada di sekolah sekarang dan saat ini adalah waktu istirahat. Aku sudah memegang satu cup Ice Lemon Tea di tanganku dan di belakangku ada Milly. Kami berdua kompak menjodohkan Bang Cakra dan Nabila setelah aku menceritakan pendapatku tentang mereka berdua seperti yang kuceritakan kepada Daddy.

Aku sedang mengintai Nabila yang duduk di bangku taman di bawah pohon rindang. Dia sedang baca buku di sana. Entah buku apa. Aku juga tidak tahu. Misinya adalah aku akan meminta Bang Cakra untuk memberi minuman ini ke Nabila.

Aku sudah mencari beberapa info tentang Nabila. Dia jomblo setelah putus dengan Naufal, kakak senior yang merupakan kapten tim basket. Ganteng, sih, tapi lebih ganteng Bang Cakra, deh. Menurutku dan juga menurut Milly yang mengidolakan Bang Cakra. Cuman nge-fan, yah.

Aku melihat Bang Cakra berjalan ke arahku. Aku tersenyum senang karena target sudah datang. Milly segera pergi untuk bersembunyi lebih dulu. Aku memulai aktingku. Aku terkekeh pelan dalam hati. Semoga misi berhasil.

"Ngapain kamu di sini?" tanya Bang Cakra melihatku goyang kanan, goyang kiri. Aku sedang berpura-pura kebelet pipis.

"Bang, sibuk, nggak?" tanyaku pura-pura meringis.

"Menurut kamu?" tanyanya balik membuatku memutar bola mataku kesal.

"Mau minta tolong," ucapku tidak menanggapi pertanyaannya.

"Apa?" tanyanya cepat. Aku tahu dia tidak akan bisa nolak. Semoga, sih.

"Ini minuman kak Nabil, tapi aku kebelet mau pipis. Tolong kasiin, yah! Dia ada di sana." Aku menunjuk Nabila yang duduk diam hanyut dalam buku yang dibacanya.

"Kamu disuruh dia? Harus dikasih peringatan tuh anak," geramnya membuatku berdecak kesal.

"Nggak. Aku sendiri yang mau beliin. Tolong, yah! Aku kebelet pipis, nih." Aku terus bergerak gelisah supaya dia percaya.

"Nggak." Yah, dia nolak.

"Ayolah, Bang. Kasian dia nunggu." Aku menyerahkan minuman itu di tangan Bang Cakra yang enggan menerimanya. "Aku kebelet. Yah, yah!" Aku memohon bisa dibilang memelas. Karena aku yakin Bang Cakra akan luluh.

"Ya udah." Yesss, berhasil.

"Aku ke toilet dulu, Bang. Makasih."

Aku segera berlari meninggalkan Bang Cakra yang merengut. Aku menghampiri Milly dan bersembunyi di balik salah satu pilar. Milly mengacungkan jempolnya dan tersenyum ke arahku.

"Apa gua bilang, Bang Cakra nggak bakal pernah nolak permintaan gua," ucapku kepada Milly saat aku sudah berdiri di depannya untuk memperhatikan Bang Cakra.

Aku sedikit deg-degan dan menahan nafas saat Bang Cakra menghampiri Nabila. Milly memegang lenganku erat dan juga terus memperhatikan mereka. Dan... Bang Cakra mengulurkan minuman itu ke Nabila tanpa satu kata pun. Dasar es batu.

Alis Nabila mengkerut. Ya jelaslah. Dia tidak pernah meminta dibelikan minum atau semacamnya. Itu cuman ide aku saja. Bang Cakra masih mengulurkan minuman itu kepada Nabila yang mau tidak mau Nabila terima.

Mereka mengobrol. Sepertinya Nabila bertanya kenapa ada minuman untuknya. Kali ini alis Bang Cakra yang mengkerut. Ok, dia sudah tahu kalau aku mengerjainya. Dia melihat ke segala arah, dia pasti mencariku.

The Best DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang