Happy Reading
Jangan Lupa Bahagia...
***
Karena hidupku tidak akan lengkap tanpa sebuah keluarga.
- Arinda Alfatih -***
Arinda Alfatih POV
Dua minggu sudah berlalu setelah hari buruk itu. Semua kembali menjadi normal. Egy dan Betty sudah berada pada tempatnya ditambah beberapa anak buahnya. Masih ingat penyerangan Langit di minimarket? Itu suruhan si nenek lampir. Si maling itu akhirnya mengaku kalau Betty yang menyuruhnya. Well, semuanya sudah ada di sel tahanan mereka masing-masing.
Yang menjadi masalah sekarang adalah Langit. Dia tiba-tiba sibuk entah sibuk ngapain. Dia keluar masuk ruang guru, ruang konseling, ruang kepala sekolah hampir tiap hari. Dia tidak punya waktu sama sekali untuk nongkrong dengan kami, teman-temannya. Dia hanya akan terlihat di dalam kelas saja, bahkan di saat jam pelajaran pun dia kadang tidak ikut.
Bertanya kepada El, sama aja boong. El kalau ditanya cuman diam seribu bahasa dan menatap datar si penanya, aku termasuk di dalam daftar si penanya itu. Akhirnya kami sekelas cuman nunggu sampai Langit benar-benar tidak sibuk.
Hari ini aku duduk sendirian di depan perpustakaan. Kalau bad mood memang aku akan duduk di sana. Biasanya ada Langit dengan tingkah konyolnya membuatku tertawa atau mentok-mentok, senyum. Tapi hari ini Langit masih terlihat sibuk.
"Sendirian aja." El duduk di sampingku. Dia menyodorkan 1 cup ice lemon tea, minuman kesukaanku. "Buat lo," ucapnya karena aku tidak langsung mengambil minuman itu.
"Thanks," ucapku sambil menyeruput minuman itu.
"Bete, yah?" tanyanya.
"Banget," jawabku.
"Karena Langit?"
"Hah?" Aku menoleh ke sampingku dimana El duduk. Temanku itu tersenyum. Ingat! Tersenyum. Ya, El memang jarang tersenyum. Jadi itu termasuk hal langkah dalam hidup El.
"Temenin gua, boleh?" tanyanya membuatku mengernyitkan dahiku. Dia tidak melanjutkan pembahasan yang tadi. Tapi aku yakin tadi dia membahas aku yang bad mood karena Langit.
"Kemana?" tanyaku.
"Ketemu bokap gua," jawabnya.
"Eh?" Apa maksudnya itu?
"Gua minta ditemenin karena Langit lagi sibuk. Lo lihat sendiri, gabung sama kita aja dia nggak sempet. Ini untuk pertama kalinya gua bakal ketemu bokap setelah dia cerai sama nyokap. Gua mungkin akan canggung kalau nggak ada yang nemenin," jelasnya.
Oh, jadi akhirnya dia berdamai dengan Papanya? Atau baru mau berdamai? Kasihan juga kalau dia pergi sendiri. Apalagi sekarang aku bisa bebas lagi. Dalam artian, Om Brant sudah tidak ikut denganku lagi dan aku bisa pergi kemana pun tanpa pengawasan.
"Boleh. Kapan?"
"Pulang sekolah nanti. Kita langsung ke sana," jawabnya.
"Ok." Aku hanya mengangguk. "Jadi ini sogokan biar gua mau, yah?" tanyaku memperlihatkan cup ice lemon tea-ku.
Dia tidak menjawab melainkan memutar cup ice lemon tea itu. Aku mengernyitkan dahiku dan menoleh ke arahnya lagi. Minuman ini bukan darinya. El tersenyum, apa dia baik-baik saja?
Semangat!
"Bukan dari gua, kan? Itu bukan sogokan," ucapnya masih tersenyum. Dia seperti bukan El yang biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Daddy
General FictionArjuna Rifid Alfatih (Juna) adalah seorang duda beranak satu. Ia menikah muda dengan sahabatnya kecilnya. Sayangnya, istrinya meninggal saat melahirkan putri mereka, Arinda Magdalena Alfatih (Dinda). Dinda sendiri tumbuh menjadi gadis cantik yang sa...