Happy Reading!!
Jangan Lupa Bahagia...***
Aku posesif karena aku ingin terbaik untuknya. Dia putriku dan aku ingin dia bahagia.
- Arjuna Alfatih -***
Arjuna POV
Aku memarkir mobilku di depan rumah. Dinda segera turun dari mobil setelah berterima kasih kepadaku. Teman-temannya menyusul. Aku mengacak pelan rambutnya sebelum dia ke rumah Omanya sambil mengajak teman-temannya.
"Rumah lo yang mana, sih?" Kudengar Langit bertanya.
"Rumah gua yang di sebelah," jawab Dinda membuka pintu pagar yang menghubungkan halaman rumahku dan rumah Bunda.
"Jadi yang ini rumahnya Bang Juna, dong?" Abi menunjuk rumahku.
"Iya," jawab Dinda.
"Itu mobilnya Pak Cakra, kan? Dia ada di dalam, dong?" Milly menunjuk mobil di samping mobilku lalu menunjuk ke rumahku.
"Iya." Dan mereka berlima berlalu dari rumahku. El yang masuk terakhir. Dia menatapku sebentar dan tersenyum ramah saat aku melihatnya. Dia sedikit berbeda dari teman-temannya yang lain.
Aku masuk ke rumah dan mendapati Cakra menekuk wajahnya. Sudah beberapa hari ini aku memperhatikannya seperti ini. Lebih pendiam dan juga sedih. Dia juga tidak bercerita sehingga aku tidak tahu apa permasalahannya.
"Lo kenapa?" tanyaku akhirnya karena rasa penasaranku.
"Nggak," jawabnya ketus.
"Lo uring-uringan nggak jelas udah dari beberapa hari yang lalu. Lo kenapa? Ngomong, kek. Siapa tahu gua bisa bantu?"
"Lo bisa bantu apa, Bang? Nggak ada."
"Emang lo kenapa, sih? Lo nggak ngasih tahu masalah lo dan lo udah langsung bilang kalau gua nggak bisa bantu lo."
"Emang Abang bisa buat Nabil maafin gua?"
Ooh, ini masalah Nabila. Aku tidak tahu perkembangan cerita mereka karena Dinda tidak bercerita atau mungkin Dinda tidak tahu. Tapi kalau tidak salah Dinda pernah cerita kalau Cakra pernah bilang sesuatu yang membuat Nabila kesal. Walau itu didengar Nabila tidak sengaja.
"Emang lo ngapain sampai dia marah?" tanyaku lagi.
"Gua cuman minta maaf karena ucapan gua yang keluar gitu aja waktu itu. Beberapa bulan yang lalu. Awalnya gua biasa aja. Ya, udah sih, gua juga nggak terlalu peduli awalnya. Tapi pas gua ngajar di kelasnya beberapa kali, dia nggak kayak biasanya. Dia nggak antusias kayak Nabil yang biasanya dan gua nggak suka dia kayak gitu," jelasnya panjang lebar. Tuh, kan dipancing dikit keluar semuanya.
"Trus lo udah minta maaf dari beberapa bulan yang lalu nda belum dimaapin, gitu?"
"Gua baru minta maaf minggu lalu dan dia malah menghindar dari gua. Nggak mau liat gua, bahkan saat ngajar pun dia selalu dapat cara buat ngehindarin gua."
"Lo suka sama dia?" tanyaku to the point.
"Nggak."
Aku terkekeh. Dia langsung mengelak dengan nada ketus. Itu lucu banget. Jelas banget dia udah suka sama Nabila. Wajar, sih. Nabila cantik dan kelihatannya pintar. Kemakan omongan sendiri, kan?
"Kasih bunga, coklat, atau apa kek kesukaannya. Siapa tahu dimaapin?" Aku memberi saran.
"Lo tahu gua bukan tipe cowok kayak gitu kan, Bang?" tanyanya malah membuatku tertawa. "Seneng banget lo liat gua menderita."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Daddy
Fiksi UmumArjuna Rifid Alfatih (Juna) adalah seorang duda beranak satu. Ia menikah muda dengan sahabatnya kecilnya. Sayangnya, istrinya meninggal saat melahirkan putri mereka, Arinda Magdalena Alfatih (Dinda). Dinda sendiri tumbuh menjadi gadis cantik yang sa...