BAB 12

410 25 0
                                    

Happy Reading!!
Jangan Lupa Bahagia...

***

Aku tidak bisa berjauhan dengannya karena separuh aku ada padanya.
- Arjuna Alfatih -

***

Arjuna POV

Kedatangan Cakra ke kantor cukup membuatku terkejut. Biasanya Cakra akan datang ke kantor dengan Dinda, tapi kali ini dia datang sendiri. Dia lebih dulu mengantar Dinda pulang ke rumah lalu kemari.

"Ada apa?" tanyaku melihat Cakra hanya diam seperti menahan lidahnya untuk bicara.

"Gu-gua boleh minta tolong, nggak, Bang?" tanyanya membuatku mengerutkan keningku.

"Minta tolong apa? Kalau gua bisa, gua bakal tolongin," jawabku.

"Gua punya temen, tapi dia nggak punya tempat tinggal. Maksudnya, rumah kontrakannya habis sewa trus dia nggak perpanjang karena sekarang rumahnya udah setengah jadi."

"Lalu?" Aku menunggu lanjutan cerita Cakra.

"Di rumah nggak ada kamar kosong karena Raja bakal tinggal beberapa bulan lagi sebelum pindah ke Bandung," sambungnya.

"Jadi maksud lo, temen lo bakal numpang di rumah gua sampai rumahnya jadi?" tebakku sudah mengerti maksud Cakra.

"Iya.. kalo dibolehin."

"Berapa hari?"

"Kok, berapa hari sih, Bang? Sebulan."

"Jadi gimana sama Dinda? Dia pasti nolak kalau harus tinggal di rumah Bunda sebulan. Sebenarnya nggak masalah juga, cuma lo tahu Dinda nggak bisa tidur kalau nggak didongeni tentang Mommy-nya," jelasku. Agak susah memang meninggalkan Dinda. Waktu aku ada pekerjaan di luar kota, Phaton datang untuk menidurkannya. Sebenarnya Bunda bisa, tapi Bunda lebih butuh istirahat. Bunda sudah cukup tua sekarang.

"Iya juga, sih." Cakra mengangguk mengerti.

"Lo udah ngasih tahu Dinda, belum? Coba lo kasih tahu Dinda dulu, deh."

"Lo aja yang bilang, deh. Yah... yah..." Cakra memohon.

"Iya. Nanti gua tanya dia. Boleh atau nggaknya."

Tidak enak untuk menolak. Cakra sudah sangat baik kepada Dinda. Bahkan dia rela menjadi supir pribadi anakku dalam keadaan apapun. Melakukan semua yang diperintahkan Dinda. Dia tidak pernah mengeluh atau marah jika Dinda memintanya aneh-aneh.

Sebulan? Apa boleh? Aku sih tidak masalah. Di pikiranku memang hanya ada Dinda. Bagaimana dia nanti? Bolak-balik ke rumah Bunda juga aku tidak apa-apa. Tapi apa nanti kata teman Cakra kalau aku hampir tiap malam ke sana?

***

Pekerjaanku hari ini sudah beres. Aku pun mengistirahatkan tubuhku dulu sebelum pulang. Lagian masih ada waktu 30 menit sebelum jam pulang. Aku bersandar di kursi kebesaranku dan membuka laci mejaku. Mengambil satu pigura dimana terdapat fotoku dan Rachel kala liburan di sebuah pantai.

Di sudut bawah kanan kuselipkan foto Rachel saat masih berumur 3 tahun. Aku melepas penat dengan mengingat semua kenangan manis kami. Hanya itu yang bisa kulakukan untuk terus menahannya di sisiku.

Jika dipikir aku sudah hilang rasa untuk jatuh cinta. Ada banyak sekali perempuan di luar sana yang terang-terangan ingin menjadi kekasihku. Sejak kuliah sampai saat ini. Aku tidak pernah merespon mereka seperti yang mereka inginkan.

Bukan tidak mau jatuh cinta. Jika bisa, aku mau. Hanya saja hingga saat ini aku belum menemukannya. Aku pernah mencoba. Dengan teman SMA. Kami bertemu kembali setelah lulus kuliah. Tapi tetap saja itu tidak bisa kubilang cinta. Dia hanya sekedar teman. Dan sekarang dia sudah menikah dengan orang lain. Dia memang bukan jodohku.

The Best DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang