BAB 24

526 25 0
                                    

Happy Reading!
Jangan Lupa Bahagia...

***

Apa yang tidak aku ketahui? Katakan agar aku mengerti!
- Arjuna Alfatih -

***

Arjuna POV

Dinda belum ketemu. Sudah hampir jam 12 malam. Keluarga Nabila pindah ke rumah Bunda untuk istirahat, tapi Nabila dan Ayahnya masih di rumahku. Cakra tidak ada di sini. Cakra masih mencari Dinda bersama El. Tapi beberapa menit yang lalu aku memintanya untuk pulang.

Di sini ada Phaton, Raja, Bang Aan, Langit, Nabila dan Ayahnya, Papa dan Mama, serta Bulan. Bunda sudah kupaksa untuk istirahat. Bulan menemaninya, tapi setelah Bunda tidur, Bulan kembali ke sini. Phaton memintanya istirahat, tapi Bulan bersih keras menemani Phaton. Aku tahu Phaton khawatir karena Bulan hamil muda.

Polisi masih mencari Dinda. Tapi belum ada tanda-tanda Dinda ditemukan. Bahkan sekarang Wais juga hilang. Hilang dalam artian dia belum juga pulang. Kemana anak itu? Pesan apa yang dia dapat sampai dia pergi dan belum pulang?

Ketiga pelaku pengeroyokan Dinda tidak tahu menahu tentang penculikan Dinda. Mereka memang tidak ada sangkut pautnya. Lalu siapa yang menyulik putriku? Siapa yang ingin menyakitinya?

Suara mobil berhenti membuatku mendongak. "Itu mungkin Cakra dan El," ucapku. El dan Langit memilih tidak pulang. Mereka ingin menemukan Dinda. Aku tidak bisa memaksa mereka apalagi El yang bersih keras masing ingin mencari Dinda. Aku tahu dia sangat khawatir.

"DADDY!?"

Aku menoleh cepat. Suara itu suara putriku. "Dinda." Aku berdiri dan segera berlari memeluknya erat. Dia membalas pelukanku tidak kalah eratnya. "Sayang, Daddy hampir gila dan mungkin akan gila kalau kamu nggak ada di pelukan Daddy sekarang," ucapku dengan penuh perasaan

"Daddy." Dia mendongak tanpa melepas pelukanku. "Pak Wais dimana?" tanyanya membuatku mengerutkan keningku.

"Memangnya kenapa? Pak Wais ada urusan katanya. Tapi dia belum pulang," jawabku.

Dia langsung melepas pelukannya. "Telepon dia sekarang, Dad!"

"Ada apa?"

"Yang nyulik aku pengen Pak Wais mati. Mereka bakal bunuh Pak Wais," jawabnya membuatku terkejut bukan main. Apa maksudnya ini? "Dad." Dia menyentakku.

"Kamu yakin, sayang?" tanyaku.

"Iya," jawabnya mengangguk mantap.

"Raja, hubungin Wais sekarang!" pintaku cepat dan kembali membawa Dinda ke dalam pelukanku sampai satu sosok di belakang Dinda membuatku melepas dan menatap lekat laki-laki itu. "Egy?"

Dinda melepas pelukanku dan segera menoleh. "Om Egy yang nolongin aku, Dad. Aku kabur dan nggak sengaja ketemu Om Egy di jalan." Dinda menjelaskan.

"Thanks, Gy," ucapku memeluknya pelan. "Lo kemana aja?" tanyaku setelah melepas pelukanku.

"Gua tinggal di Aussie, tapi sekarang gua balik lagi," jawabnya.

"Tapi lo beda banget sekarang." Aku menepuk lengannya dengan akrab.

"Semua orang bisa berubah," balasnya.

"Wais nggak angkat." Raja membuatku menoleh.

"Tapi aktif, kan?" tanyaku.

"Iya."

"Lo chat dia!" pintaku lagi.

"Tapi Dad, aku khawatir. Bagaimana kalau Pak Wais...?"

The Best DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang