BAB 29

324 15 0
                                    

Happy Reading!!

Jangan Lupa Bahagia...

***

Manusia tiba-tiba berubah bukan karena tanpa alasan. Dengarkan, jangan bawa emosi!
- Arinda Anindita -

***

Arinda Anindita POV

Dinda terlihat mengantuk. Sekarang sudah jam 1 malam. Tapi dia tidak berhasil menutup matanya. Dia tampak gelisah membuatku juga ikut terjaga.

"Kamu kenapa?" tanyaku berbaring menghadapnya.

"Nggak bisa tidur, tapi ngantuk," jawabnya dengan nada manja. Benar-benar tidak mencerminkan dirinya yang sudah 16 tahun.

"Kamu lagi mikirin sesutu, yah?" tanyaku lagi tapi dia hanya menggeleng. Lalu, kenapa dia tidak bisa tidur? Biasanya orang-orang tidak bisa tidur karena memikirkan sesuatu sama sepertiku sekarang.

Pintu kamar terbuka dan menampakkan Pak Arjuna yang hanya mengenakan kaos dan celana training. Dia tersenyum ke arahku lalu ke Dinda yang mengerutkan bibirnya dengan lucu. Aku tersenyum melihat tingkahnya itu.

"Maaf, Dinda nggak bisa tidur kalau nggak didongengin," ucap Pak Arjuna melangkah ke Dinda yang langsung mengulurkan tangannya.

"Dongeng? Kan bisa minta saya. Saya tahu beberapa cerita dongeng, kok." Aku menatap Dinda dan mengacak gemas rambut Dinda.

"Bukan dongeng seperti itu." Pak Arjuna kemudian duduk di samping anaknya dan Dinda langsung bersandar di dada Daddy-nya. "Dia cuman bisa tidur kalau diceritain tentang Mommy-nya," tambahnya sedikit merebahkan tubuhnya agar tidur Dinda nyaman.

"Oh." Aku hanya mengangguk-angguk mengerti.

"Nggak apa-apa, kan?" tanyanya melihatku.

"Nggak apa-apa, kok. Silahkan!" jawabku sembari mempersilahkannya untuk bercerita.

Pak Arjuna mulai bercerita tentang istrinya sambil mengelus rambut Dinda dengan sayang. Rasa sayangnya kepada putrinya benar-benar tidak ada duanya. Pantas saja dia selalu menomor-satukan Dinda. Terlihat jelas bahwa dia tidak ingin kehilangan satu-satunya hadiah terindah dari Rachel.

Pak Arjuna menceritakan di saat-saat Rachel mengidam. Bagaimana repotnya dia, tapi dia tidak mengeluh sama sekali. Dari cara bicaranya, aku tahu dia sangat memuja istrinya. Dia tidak ingin istrinya sakit dan lelah. Aku bahkan tidak menyangka kalau saat itu mereka masih SMA. Pak Arjuna benar-benar dewasa dalam sikap walau umurnya masih muda saat itu.

Aku terus memperhatikannya. Mengaguminya diam-diam. Dia adalah tipe suami idaman yang diinginkan semua perempuan di luar sana. Jadi aku tidak heran jika Pak Arjuna memiliki banyak sekali fans. Di kantor hampir semua karyawati terus memuji-mujinya. Dan aku sekarang menjadi salah satunya.

Melihatnya memperlakukan Dinda dengan sangat baik dan penuh cinta membuatku menyimpan kekaguman yang sangat banyak. Dia begitu mencintai putrinya. Dia Daddy yang terbaik. Aku harus akui itu.

Dinda sudah tidur dan aku langsung menutup mataku berpura-pura tidak memperhatikannya. Aku merasa ranjang bergerak. Pak Arjuna berdiri. Dia memperbaiki selimut Dinda.

"Daddy sayang banget sama kamu, sayang," ucapnya membuatku mengintip dari bawah bulu mataku. Dia mengecup kening Dinda dengan sayang. Ya ampun, rasa apa ini? Dia terlihat sangat sempurna.

Aku langsung menutup mataku lagi saat dia melirikku. Aku berpura-pura tidur.

"Good night, sayang," ucapnya lagi dan kurasa dia sudah berdiri.

The Best DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang