BAB 33

407 20 0
                                    

Happy Reading!!

Jangan Lupa Bahagia...

***

Karena kenyataannya, masalah yang membuat kita dewasa.
- Arinda Anindita -

***

Arinda Anindita POV

Aku sudah sampai di rumah Pak Arjuna. Bang Aan mengirim alamatnya lewat sms tadi. Aku segera turun dari mobilku. Aku melihat ada banyak mobil di sana, salah satunya mobil polisi.

Tidak. Apa Pak Arjuna akan ditahan malam ini?

Aku segera berlari masuk dan tidak lupa memberi salam. Cakra melihatku lebih dulu dan dia langsung tersenyum. Senyum paksa dan terlihat sangat menyedihkan. Mereka pasti khawatir akan Dinda. Tapi aku belum bisa memberitahu mereka.

"Dinda." Pak Bondan, Boss besarku berjalan ke arahku. Dia juga tak kalah kacaunya dengan yang lainnya. "Saya senang kamu datang," ucapnya.

"Bang Arjuna ngamuk!" teriak Phaton dari lantai atas.

Cakra segera berlari ke lantai atas dan aku mengikutinya. Semua orang yang ada di ruang tamu juga ikut ke atas. Cakra dengan cepat menerobos dan aku terus mengikutinya. Aku baru sadar kalau ternyata ada banyak orang di rumah Pak Arjuna. Mungkin karena acara pernikahan yang batal tadi pagi.

"BANG! LO JANGAN GILA, BANG! BANG, DINDA CUMAN KABUR. KITA MASIH BISA NYARI DIA." Cakra menggertak dan mengetuk pintu kamar Pak Arjuna dengan keras tapi Pak Arjuna tidak menjawab. Suara barang-barang pecah terdengar jelas dari dalam.

"Cak." Aku memegang pundak Cakra dan dia mengerti. Dia menggeser tubuhnya.

"Mas Juna. Ini aku Dinda." Aku mengetuk pintunya. "Mas, aku tahu Mas lagi kacau, Mas khawatir. Tapi nggak harus gini, Mas. Dinda pasti pulang, Mas," bujukku dan semua orang memperhatikanku. Semua keluarga Pak Arjuna ada di sini.

"Mas!" Masih belum ada balasan. "Mas Juna, aku takut. Kalau Mas Juna kayak gini aku harus kabur kemana lagi, Mas." Aku masih terus mengetuk pintu kamar Pak Arjuna. "Mas." Rasanya aku ingin menangis karena Pak Arjuna masih diam di dalam sana. Tidak ada suara pecahan lagi tapi aku tidak tahu apa yang terjadi di dalam sana.

Suara kunci terbuka membuatku terkejut dan orang-orang di belakangku siap siaga. Pintu terbuka dan aku bisa melihat Pak Arjuna yang nampak kacau dan kosong. Air mataku langsung jatuh begitu saja saat melihatnya seperti ini.

"Mas Juna!?" Aku memekik saat Pak Arjuna tiba-tiba jatuh ke arahku.

"Panggilin dokter, Cak!" pinta Phaton yang langsung membantuku mengangkat tubuh Pak Arjuna.

"Bawa ke kamar Dinda saja, Ton," ucap perempuan paruh baya yang kuyakini Mama Pak Arjuna. Aku tidak pernah bertemu dengannya sama sekali.

Salah satu laki-laki di sana mengambil alih. Aku tidak tahu siapa dia. Dia membantu Phaton membawa Arjuna ke kamar Dinda. Aku mengikut di belakang mereka.

"Jadi kamu yang namanya Dinda?" tanya perempuan paruh baya yang tadi kuyakini Mama Pak Arjuna.

"I-iya, Tante," jawabku.

"Saya Mamanya Juna. Terima kasih sudah datang," ucapnya mengelus lenganku.

"Iya, Tante." Aku masuk ke kamar yang mereka bilang kamar Dinda. Di kamar itu aku bisa melihat jelas bagaimana Dinda mencintai Mommy-nya.

Tidak lama kemudian dokter datang. Memeriksa Pak Arjuna yang tidak sadarkan diri. Setelah itu dokter menjelaskan bahwa Pak Arjuna hanya dehidrasi dan kurang energi. Bagaimana tidak? Seharian cuma nangis dan tidak makan.

The Best DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang