Kawin lari?

1.2K 114 8
                                    


"Woy, yang itu masih ada debunya. Bersihin sampek bersih!" seru Jeongyeon pada Wonpil.

"Ya sayang, ini juga lagi dibersihin" ucap Wonpil.

Kini Jeongyeon melangkahkan kakinya ke dapur, tempat Seungmin berada.

"Abis masak telor, kulitnya jangan ditinggal kayak gini. Cepet buang ke tempat sampah!" pekik Jeongyeon.

"Iya bun. Entar aku buang" ujar Seungmin sembari membalik telur dadarnya.

"Awas kalo gak dibuang kamu bunda hukum" ujar Jeongyeon.

"Iya bun, bunda tenang aja! Nanti aku buang"

###

Selepas bersih-bersih rumah, Wonpil mendudukkan dirinya di kursi teras rumah. Ia melihat keliling rumahnya yang sudah bersih. Ia tersenyum puas akan hasil pekerjaannya, berharap Jeongyeon tak menyuruhnya tidur di luar gara-gara rumah gak bersih.

"Yah, nanti pacar aku mau main kesini" ujar Bangchan yang tiba-tiba datang lalu duduk di sebelah ayahnya.

"Eum, terus kenapa? Kamu mau ayah lamarin pacar kamu itu, biar kamu bisa cepet nikah"

"Kok ayah ngomong gitu sih?" tanya Bangchan heran.

"Ya ayah gak mau kamu gila kerja sampek lupa cari istri" ujar Wonpil.

Mendengar ucapan ayahnya, Bangchan langsung tertawa, "Yah yah, gak mungkin lah aku kayak gitu. Lagian, aku kan udah lumayan mapan. Kalo sama bunda aku terlalu gila kerja, bisa-bisa aku digolok kali. Ih, bayangin aja udah serem" ucap Bangchan sambil memainkan ponselnya.

"Iya juga. Ayah juga takut sama bunda. Bunda kamu tuh galak banget" ucap Wonpil tak sadar kalau Jeongyeon sudah ada di sampingnya.

"Ekhm, ngomong apa mas barusan?" tanya Jeongyeon dengan nada sarkas.

Wonpil menegang ketika mendengar suara istrinya, kepalanya perlahan memutar menoleh pada Jeongyeon.

"Eh sayang, lihat deh! Halamannya udah bersih. Aku tadi yang potong rumputnya pake pemotong kuku" ujar Wonpil dalem ati udah ketar-ketir, takut dimarahi.

"Ouh, bagus kalo gitu" ucap Jeongyeon yang kemudian kembali ke dalam rumah.

"Huft" Wonpil bisa bernafas lega sekarang.

"Pinter banget yah ngalihin pembicaraannya" ujar Bangchan masih fokus pada ponselnya.

"Iya dong, ayah gitu loh" ucap Wonpil sambil merebut ponsel Bangchan.

"Ayah" pekik Bangchan.

"Jangan hapean mulu. Hp kamu ayah sita. Gak usah pacaran. Langsung nikah aja ya" ucap Wonpil langsung masuk kedalam rumah, meninggalkan Bangchan yang sendirian di teras.

"Ish, kenapa ayah ikut-ikutan om Jinyoung sih? Tukang nyita HP" kesal Bangchan.

###

Kini, Bangchan dan pacarnya, Yeji sedang berada diruang tamu bersama Wonpil dan Jeongyeon.

"Yah, Bun, ngapain di sini sih?" kesal Bangchan sebab orang tuanya itu tengah mengawasinya.

"Biar kalian gak berbuat hal yang iya-iya" ujar Wonpil menatap Bangchan dan Yeji bergantian.

"Tapi yah--"

"Gak ada tapi tapian" seru Jeongyeon membuat Bangchan diam.

Jadilah hari itu, Bangchan dan Yeji cuma duduk sebelahan sambil diem-dieman sesekali melirik satu sama lain.

"Pacaran macam apa ini" batin Yeji yang menundukkan kepalanya. Dia berasa sedang disidang.

"Bangchan" suara Wonpil membuat Bangchan dan Yeji menatap Wonpil sedangkan Jeongyeon memilih untuk membaca majalah fashion seolah tak mau ikut campur dalam masalah ini.

"Iya yah" sahut Bangchan.

"Kamu cinta sama Yeji tulus?" tanya Wonpil.

"Tulus yah" jawab Bangchan berhasil membuat jantung Yeji berpacu cepat, wajahnya pun bersemu merah. Yeji menoleh sekilas, menatap wajah Bangchan dari samping.

"Kamu mau nikahin Yeji? Ayah gak mau kamu mainin hati perempuan. Terlebih ini Yeji anaknya temen ayah. Om Jackson kan baik banget orangnya" ujar Wonpil.

Bangchan mulai berkeringat dingin, ia berasa sedang diwawancara atasan. Lantas, ia menatap mata ayahnya, "Kalo aku ngomong mau, terus ayah mau nikahin aku sama Yeji beneran?" ucap Bangchan malah bertanya balik.

Sontak, Jeongyeon menaruh majalahnya kemudian menatap Bangchan tajam.

"Kamu kalo mau nikah harus bener-bener siap. Kamu harus siap menafkahi istri kamu lahir batin. Kalo enggak, istri kamu mau dikasih makan apa? Cinta doang gak bisa bikin kenyang Bangchan" ujar Jeongyeon.

Bangchan meremas kedua tangannya, menatap Jeongyeon sekilas kemudian menundukkan kepalanya.

"Tapi aku kan udah kerja, bun. Gajiku juga lumayan besar. Cukup buat nafkahin Yeji" ujar Bangchan sambil melirik Yeji.

Yeji yang melihat kekasihnya lantas berkata, "Aku siap kok dinikahin kamu kapanpun. Aku gak peduli walaupun gaji kamu dikit atau besar. Kita bisa berhemat" ujar Yeji seraya memegang tangan Bangchan. Bangchan menatap kekasihnya itu dengan senyumannya.

"Udah, kalian langsung ayah nikahin aja. Masalah kerja, Bangchan kerja sama ayah juga buat tambahan penghasilan, sembari kamu nyari kerja yang gajinya lebih gede lagi" ucap Wonpil sambil melirik istrinya.

Bugh...

Jeongyeon memukul bahu Wonpil dengan kencang. Ia teramat kesal sekarang.

"Seenak jidat ngomong langsung nikahin, mereka masih muda, terlebih Yeji. Seenggaknya tunggu dua sampek tiga tahun lagi" ucap Jeongyeon tak menggubris Wonpil yang kesakitan sambil memegang bahu kirinya.

"Bingung aku, kita kawin lari aja yuk!" bisik Bangchan tepat di telinga Yeji.

Yeji malah mengangguk setuju.

"Heh, ngomong apa itu kok bisik-bisik. Awas aja kalo sampek kawin lari, bunda kejar kalian terus bunda karungin" ujar Jeongyeon membuat Bangchan dan Yeji bergidik ngeri.

"Calon ibu mertua gini amat yak" batin Yeji.

Sementara itu, adik-adik Bangchan sedang mengintip.

"Wih, kak Bangchan keren. Langsung ngenalin calon istrinya ke bunda" kagum Zihao si bungsu.

"Kapan aku dilamar mas Hyunjin?" gumam Ryujin.

"Ngimpi aja sana" ketus Seungmin yang sedikit patah hati sebab orang yang ia sukai malah memilih kakaknya sendiri.

"Sensi amat sih. Dasar cowok gak peka. Syukurin, mbak Yeji mau nikah sama kak Bangchan. Siap-siap patah hati. Wle" ledek Ryujin kemudian berlari entah kemana.

"Kalau jodoh gak kemana" batin Seungmin sembari menatap Yeji.

TBC

Love FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang